Lombok Timur – Gede Semu, Tokoh Budaya dan Kesenian Lombok Timur asal Ramban Biak Desa Lenek Daya, Kecamatan Lenek, Kabupaten Lombok Timur, yang merupakan lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) yang berganti nama saat ini Institut Seni Indonesia (ISI) di Bali.
Sosok Gede Semu yang sangat familiar di kalangan para pelaku budaya dan Kesenian ini, mengakhiri pendidikan sarjananya di STIT pada tahun 1996. Namun selesai pendidikan S1nya tidak lantas membuat dirinya untuk pulang langsung ke kampung halamannya.
Sekitar dua puluh tahun lebih, Gede Semu, bertahan di Bali untuk mendalami dunia kesenian dengan mengikuti beberapa acara kontes dan pentas seni. Selain itu, dirinya juga ikut memperdalam dunia seni pengrajin perak. Tidak itu saja selama hampir dua puluh tahun di Bali menggeluti dunia pariwisata dan fokus di travel.
“Selesai kuliah saya tidak langsung pulang. Tapi saya diam puluhan tahun di Bali untuk perdalam Seni. Selain itu saya juga tekuni kerajinan Perak dan Bekerja di Travel,” tuturnya.
Setelah hampir dua puluhan tahun malang melintang di Pulau Dewata Bali, dari tahun 1996 hingga sekitar tahun 2010. Akhirnya tahun 2010 Gede Semu putuskan untuk pulang ke kampung halamannya untuk hidupkan kembali Budaya dan Kesenian Lombok Timur.
Saat di kampung halaman, Ia merasa terpanggil dan tertantang untuk mengembangkan dan membangkitkan Budaya dan Kesenian di Kabupaten Lombok Timur, khususnya Budaya dan kesenian Lenek. Karena saat itu dirinya merasakan Kesenian di Lombok Timur sedikit menurun.
“Saya merasa terpanggil untuk mengembangkan dan membangkitkan Budaya dan Kesenian Lombok Timur,” terangnya.
Gede Semu setelah berada di kampung halamanya langsung mendirikan sanggar seni dengan nama ‘Sanggar Tari Nelio’, sebagai wadah untuk latihan kesenian kepada generasi muda mudi dalam memperdalam kesenian khususnya seni tari.
Tak sampai di situ, sosok budayawan ini terus bergerak dan mengembangkan diri. Tepat di tahun 2017 setelah bertemu dan berdiskusi panjang dengan salah satu pemerhati dan penggiat sektor pariwisata di Nusa Tenggara Barat, akhirnya Gede Semu mulai mengembangkan usahanya sendiri di sektor pariwisata, dengan membangun Homestay.
Meski diakuinya, pada awal mulai terjun di sektor pariwisata harus dari sangat sederhana, karena harus merubah tempat tinggalnya (rumah-red) untuk menjadi Homestay untuk kemudian disewa oleh para wisatawan saat itu.
Kendati demikian, Gede Semu bersyukur karena mendapatkan dukungan dan dari masyarakat sekitar dan termasuk dari Pemerintah Desa. Karena dengan itu mendapatkan semangat dan energi untuk mngembaangkan Budaya dan sangat ada korelasinya dengan pariwisata.
Sehingga ia sangat optimis untuk kembangkan budaya dan pariwisata. Itu juga setelah kebijakan pemerintah NTB yang fokus untuk kembangkan sektor pariwisata sebagai prioritas utama dalam pembangun NTB. Terbukti hadirnya sirkuit MotoGP sebagai kawasan khususnya Mandalika yang menjadi prioritas pembangunan dan pengembangan oleh Pemerintah Pusat.
“Saya langsung buka sanggar seni. Tapi dalam perjalanan, saya mulai terjun di sektor pariwisata dan buka penginapan hingga sekarang,” tandasnya. (HH)