Lombok Timur – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Nahdlatul Ulama (STITNU) Al Mahsuni Danger-Masbagik, Menggelar Seminar dengan tema “Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Satuan PAUD”, Rabu (13/6).
Dalam seminar tersebut, HMPS PIAUD STITNU Danger bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Pendidik (Ditjen GTK) Balai Guru Penggerak Provinsi Nusa Tenggara Barat yang diwakili oleh Bapak Irham Yudha Permana.
HMPS PIAUD STITNU Danger, Asmawati menjelaskan diadakan seminar ini untuk mempersiapkan guru-guru supaya nantinya tidak bingung tentang Kurikulum Merdeka ini. Yang mana kurikulum tersebut sedang disusun di tingkat nasional untuk nantinya menjadi kurikulum baru.
“Jadi tujuan kami mengadakan seminar ini, agar jika seandainya kurikulum ini nantinya diterapkan di sekolahnya, pastinya para pendidik sudah paham bagaimana cara menerapkan kurikulum tersebut, supaya juga mereka tidak mengambang dalam melakukan pembelajaran,” jelasnya.
Ia juga mengungkapkan kalau kurikulum merdeka ini tidak diharuskan untuk dipakai di setiap sekolah, penggunaan kurikulum merdeka sendiri jika mau diterapkan di setiap sekolah harus melalui pendaftaran.
“Menurut yg dijelaskan barusan dari pemateri, bahwasannya kurikulum merdeka ini tidak diharuskan untuk dipakai di setiap lembaga atau sekolah. Akan tetapi seandainya ada lembaga atau sekolah yang ingin menerapkan kurikulum ini, itu harus melalui jalur pendaftaran. Untuk jalur pendaftaran pertama itu sudah ditutup akan tetapi bisa didaftarkan pada jalur mandiri,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga menerangkan kalau nantinya seminar ini juga bisa menjadi acuan untuk guru-guru supaya mampu membedakan kurikulum yang dipakai di lembaganya atau sekolahnya. Karena disini juga ia akan dijelaskan perbedaan kurikulum merdeka sendiri dengan kurikulum K13.
“Seminar ini juga untuk melatih para pendidik untuk bisa membedakan kurikulum merdeka dengan kurikulum K13 yang mempunyai beberapa perbedaan. Harapannya nantinya para pendidik lebih mengerti kurikulum yang dipakai oleh lembaga atau sekolahnya,” terangnya. (Ozie)