Pemerintah Desa Pringgabaya Gelar Event Budaya Rebo Bontong

Lombok Timur – Pemerintah Desa Pringgabaya Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur menggelar Festival Budaya Rebo Bontong, Rabu (21/9). Event tahunan tersebut berlokasi di pinggir pantai Tanjung Menangis Dusun Ketapang Desa Pringgabaya.

Kegiatan budaya tersebut diadakan setahun sekali, tepatnya hari Rabu pada minggu terakhir bulan Safar kalender Hijriah, masyarakat Desa Pringgabaya melakukan upacara Rebo Bontong. Masyarakat percaya pada hari itu merupakan puncak terjadinya bencana dan penyakit, sehingga upacara dilakukan untuk menolak bala.

Sekretaris Desa Pringgabaya Khairul Azmi menjelaskan Budaya Rebo Bontong adalah acara adat yang sangat sakral bagi masyarakat pelataran pesisir pantai. Di mana hajatan tersebut sebagai bentuk syukur untuk para nelayan.

“Jadi pelaksanaan Rebo Bontong, Betetulak Tamperan ini kita laksanakan setiap tahun sekali, karena ini adalah kegiatan budaya yang sangat sakral bagi masyarakat pelataran pesisir pantai. Di mana hajatan oleh nelayan kita itu wajib hukumnya untuk bersyukur atau berterima kasih atas rezeki yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Rasa syukur itu diwujudkan melalui kegiatan betetulak tamperan,” jelasnya.

Adapun kegiatan Rebo Bontong yang biasa dilaksanakan oleh Masyarakat itu adalah diwajibkan keluar rumah oleh wali terdahulu untuk membersihkan diri, yang mana menurut kepercayaan masyarakat pada hari rabu itu diturunkannya wabah dan penyakit oleh Allah.

“Yang mana pada rebo bontong sendiri masyarakat diwajibkan keluar rumah oleh para wali-wali kita terdahulu untuk membersihkan diri, artinya pada hari rabu itu adalah hari dimana diturunkan berbagai penyakit oleh Allah. Dengan begitu pada hari rabu tersebut masyarakat kita membersihkan diri, keluar dari rumah setengah hari, bersihkan diri ke sungai, ke Pantai atau kemanapun yang penting saat itu dia keluar dari rumah,” lanjutnya.

Untuk pelaksanaan beberapa tahun kemarin tidak diadakan karena berbagai alasan, yang mana di tahun sebelumnya itu ada bencana seperti gempa dan Covid-19.

“Nah untuk pelaksanaan beberapa tahun kemarin memang terkendala dengan beberapa hal, mulai tahun 2018 yang mana terjadi gempa bumi dan dilanjutkan oleh covid19 sehingga pada saat ini baru bisa dilaksanakan lagi,” terangnya.

“Tetapi pada tahun ini pemerintah sudah memberikan kita izin, memberikan kita lampu hijau untuk melaksanakan kegiatan adat tersebut,” lanjutnya.

Ia juga mengungkapkan kalau nantinya pada tahun-tahun berikutnya pemerintah desa akan kembali mengintruksikan kepada warga untuk bisa menggelar kegiatan adat tersebut dengan meriah.

“Nah untuk ke depan, mungkin tahun depan kita akan menginstruksikan kepada warga untuk dapat melaksanakan kegiatan ritual atau kegiatan Rebo Bontong ini untuk bisa keluar rumah dan berkumpul di pantai ketapang ini,” ungkapnya.

Untuk prosesi Rebo Bontong di Desa Pringgabaya sendiri dimulai Sore hari pada hari selasa ada acara ritual mengambil air dari sumber mata air di desa, kemudian Air itu dibawa ke Pinggir pantai. Pada malam harinya Air tersebut dibacakan doa dan zikir serta dibacakan beberapa Hikayat, setelah itu ada beberapa hiburan rakyat. Dilanjutkan pagi harinya pembacaan doa-doa selesai sholat subuh. 

Pada pagi hari sekitar jam 07.00 sampai jam 10.00 baru mengadakan ritual tetulak tamperan  dengan acara seremoni penyerahan sesajen dengan diiringi oleh 44 dulang. Kemudian itu diserahkan kepada pemerintah setempat. Setelah itu baru diadakan pelarungan dengan izin oleh pemerintah atau ketua adat setempat.

“Pelarungan itu sendiri bertujuan untuk berterima kasih dengan alam, yang mana imbal balik dari alam untuk manusia dan manusia sendiri memberikan imbalan untuk alam,” jelas Sekdes Pringgabaya tersebut. (Ozie)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *