Identifikasi Kondisi Pariwisata di Masa Pandemi, POLRI dan LRC Gelar FGD

Lombok Timur – Di masa pandemi Covid-19 ini, sektor Pariwisata merupakan sektor yang paling terkena dampak secara langsung. Bahkan di beberapa daerah pelaku pariwisata sudah mengibarkan bendera putih. Guna mengidentifikasi permasalahan dasar dan bagaimana strategi untuk bertahan ke depannya, Markas Besar (Mabes) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) bersama Lombok Research Center (LRC) mengadakan Focus Group Discussion (FGD), Selasa, (17/8). 

Kegiatan FGD ini bertempat di taman bunga Benteng Van Flower, Dusun Benteng, Desa Lendang Nangka Utara, Lombok Timur (Lotim).  Adapun tajuk yang diambil dalam diskusi kali ini adalah pengembangan potensi wisata melalui optimalisasi peran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di wilayah NTB.

AKBP Agus Sri Wahyuni, Perwakilan MABES POLRI

Dari Mabes Polri hadir yaitu AKBP. Agus Sri Wahyuni, Peneliti LRC Maharani, Ketua Program Studi Pariwisata Universitas Hamzanwadi, Irwan Rahadi, Anggota Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata NTB, Ahyak Mudin, Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) NTB, Mirzoan Ilhamdi, Ketua Sahabat Pariwisata Nusantara (SAPANA) Lombok Timur, H. Abdul Aziz Zuhdi, Anggota BPPD Lotim, Mastur, Kepala Desa Lendang Nagka Utara, Jumawal, dan sejumlah Pelaku Wisata Lombok Timur. 

Pada kesempatan ini juga AKBP Agus Sri Wahyuni turun langsung untuk melihat dan mendengar kondisi pariwisata Lotim terkini melalui paparan pelaku wisata, praktisi wisata, dan akademisi wisata yang berasal dari Lotim.

AKBP Sri mengatakan, sektor pariwisata merupakan salah satu aset bangsa yang memberikan sumbangan cukup besar kepada Negara, tentunya hal itu harus tetap dipertahankan kendati di masa sulit seperti saat ini.

“Maka dari itu kami turun secara langsung saat ini untuk mengecek kondisi sesungguhnya di lapangan. Kalau ada kemudian kendala atau masalah yang dihadapi, itulah yang akan kita carikan solusi jalan keluarnya seperti apa nantinya,” ucap AKBP Sri. 

Dia menyebut, daerah Lotim saat ini menjadi salah satu barometer pariwisata yang ada di NTB, khususnya di Lombok. Dalam kesempatan itu, Ia juga mengakui kalau Pokdarwis yang selama ini dibentuk belum terlalu difungsikan dengan maksimal.

Oleh sebab itulah, pihaknya dalam hal ini membutuhkan masukan apa saja yang menjadi kebutuhan pelaku wisata. Khususnya bagi Pokdarwis supaya menjelaskan apa saja kendala yang dialami sehingga Pokdarwis itu tidak maksimal dijalankan. Hal ini juga sebagai ikhtiar bersama untuk membangun wisata di NTB.

“Potensi wisata yang kecil justru dijadikan aset untuk mengembangkan wisata tersebut, karena kalau tidak mempunyai inovasi percuma juga. Seperti contoh, banyak orang-orang yang datang ke suatu tempat itu hanya untuk berselfi, maka itu juga perlu menjadi contoh ke depannya bagaimana cara menggaet wisatawan dengan pengelolaan destinasi wisata yang matang,” jelasnya.

Dia berharap masyarakat NTB, khususnya yang ada di Lotim, bisa mengembangkan potensi wisata yang dimilikinya sekecil apapun. Karena hanya dengan modal ide yang besar, maka konsep yang kecil tadi akan menciptakan daya tarik sendiri bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Peneliti LRC, Dr. Maharani (Kanan)

Mendengar hal itu, peneliti dari Lombok Research Center (LRC) Maharani menuturkan, kondisi Lotim. Berdasarkan kajiannya selama ini, Pemerintah Daerah Lombok Timur belum terlalu peduli terhadap pembangunan di bidang pariwisata.

Hal itu dapat dilihat, terang maharani, dari kebijakan anggaran di Lombok timur yang masih sangat kurang. Sebagai contoh, jumlah PDRB Lotim pada sektor pariwisata 1,6 persen, seharusnya Pemerintah Daerah (Pemda) menggelontorkan anggaran 40 Miliar untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Lotim. Namun faktanya, Pemda hanya memberikan 8 Milyar di tahun ini untuk pengembangkan wisata di Lotim.

“Uang sudah kecil, digunakan juga untuk hal-hal yang tidak efektif. Ke depannya perlu kita mengeluarkan hasil kajian supaya dengan uang kecil itu bisa membuahkan hasil yang efektif, sehingga kita mampu mengimbangi Lombok Tengah,” tandas Maharani.

Seperti yang diketahui, Lombok Tengah saat ini menjadi Destinasi Super Prioritas (DSP) yang dibangun oleh pemerintah pusat, karena adanya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Nantinya Lotim akan berperan sebagai penyangga dari KEK Mandalika tersebut, maka dari itulah sangat penting untuk mempersiapkan, baik itu dari segi sumber dayanya maupun infrastruktur. 

Ahyak Mudin, SE, Anggota Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata NTB (Kiri)

Dari praktisi pariwisata juga memberikan gambaran kondisi kepariwisataan di Lombok Timur saat ini. Ahyak Mudin mengatakan bahwa dengan kondisi seperti ini dibutuhkan sebuah kreasi dalam membuat paket-paket wisata. Dan orang-orang yang terlibat di bidang pariwisata biasanya orang yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. Sehingga tidak ada kata menyerah dalam bidang pariwisata. “Saya sangat menyesalkan jika teman-teman di daerah lain mengibarkan bendera putih. Seharusnya yang dikibarkan adalah bendera merah putih,” ungkap Ahyak. 

Sementara itu Akademisi Universitas Hamzanwadi menyampaikan bahwa pihaknya akan lebih fokus kepada pengembangan Wisata Religi. Hal ini mengingat masyarakat Lombok Timur mayoritas muslim dan gemar untuk ziarah makam. 

Sedangkan Ketua SAPANA Lotim, H. Aziz, menyampaikan belum optimalnya perhatian pemerintah terhadap sektor ekonomi kreatif yang masuk kategori UMKM. Dirinya berharap integrasi ekonomi kreatif dengan sektor pariwisata bisa terjalin dengan baik sehingga terjalin kolaborasi yang mutualisme ke depannya. (Yudha) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *