Digelar Perdana, Gawe Adat Inan Dowe Desa Loyok Didorong Menjadi Event Tahunan

Lombok Timur– Ribuan Masyarakat berbaris rapi dengan pakaian lengkap khas Sasak. Laki-laki menyelipkan sebilah keris di dada, sebagian ada yang membawa tombak dalam posisi waspada.

Di depan terlihat juga para perempuan memakai lambung dengan membawa geben (Kotak yang terbuat dari bambu-red) menyambut tamu. Inilah gawe Adat Inan Dowe Desa Loyok Kecamatan sikur Lombok Timur yang digelar pada Hari kamis 25 Juli 2024.

Gawe Adat Inan Dowe ini merupakan event perdana yang digelar di Kecamatan sikur. Event ini merupakan perpaduan adat tradisi yang memiliki nilai spiritual dan Kerajinan tangan khas desa Loyok yang dikenal puluhan tahun yang lalu sebagai desa Kerajinan tangan Anyaman  Bambu.

Inan Dowe sendiri berasal dari Bahasa Sasak, yang Berarti Harta Ibu. Kalau dalam arti luas hal ini sebuah kalimat penegasan bahwa Geben dan Dungki merupakan karya asli nenek moyang orang Loyok yang diwarisi turun-temurun kepada anak cucunya.

Adapun rangkaian acara inan Dowe ini diawali penyematan sebuah geben kepada Pj Bupati Lombok Timur Drs.H.M. Juaini Taofik, dan pejabat yang hadir sebagai simbol akuisisi bahwa produk ini merupakan warisan leluhur desa Loyok.

“Jadi kami ingin pemerintah mengetahui, mulai saat ini desa Loyok lah yang memiliki hak cipta atas produk geben ini. Seandainya ada produk yang serupa di beberapa daerah, tentu karena orang loyok lah yang mengajari mereka sebelumnya,” tegas Lalu Arya Karma selaku Ketua Panitia.

Usai penyematan simbol Geben, Para tokoh adat dan masyarakat mengantarkan Pj Bupati Lotim ziarah ke Makam Selaparang 2 yang berada di desa Gelora, yang merupakan desa pemekaran dari desa Loyok, untuk “disembek” (cuci muka di makam-red), sebagai simbol izin memasuki desa Loyok,

“Jadi dalam Prosesi ini kami tidak mau mengklaim terkait situs makam selaparang II, ini murni ziarah karena memang makam ini menurut penuturan masyarakat merupakan nenek moyang kami,” ungkapnya.

Usai ziarah, kemudian Pj Bupati Lotim diarahkan menuju Lokasi acara puncak, untuk melihat prosesi pembuatan geben, dari awal sampai akhir, untuk membuktikan bahwa akuisisi geben ini dibuktikan dengan bukti yang otentik.

Pj Bupati Lotim takjub Melihat prosesi Gawe Adat inan Dowe

Pj Bupati Lotim dalam pidatonya menyampaikan, sangat bangga melihat prosesi Gawe Adat Inan Dowe ini, baik dari penyambutan serta antusias masyarakat desa Loyok yang sangat luar biasa mensukseskan acara ini.

“Walaupun Event pertama di Desa Loyok, namun sangat luar biasa begitu terlihat kesakralannya. Namun yang paling menarik ketika melihat tangan-tangan terampil para perajin membuat sebuah kerajinan tangan anyaman bambu,” akunya.

Maka dari itu, pria yang akrab dipanggil Kak Ofik ini berharap, event Gawe Adat Inan Dowe menjadi event tahunan desa Loyok. Karena ini tentu akan berdampak bagi para perajin terutama untuk promosi produk-produknya, sehingga akan menarik masyarakat luar untuk membelinya.

“Memang kalau membangun sesuatu dari awal itu sangat sulit, dan tentu banyak rintangannya. Namun yang paling penting adalah kolaborasi yang baik dengan seluruh stakeholder. Event ini harus menjadi milik masyarakat. Jadi siapapun jadi pemimpin ke depannya, event ini akan tetap berjalan,” jelasnya.

Ia berharap event Gawe adat Inan Dowe akan menjadi daya tarik desa Loyok di kancah Nasional seperti alunan Budaya Pringgasela. Namun yang paling penting keistiqomahan masyarakat, khususnya para pemuda Pemerhati Budaya Desa Loyok (PPBDL) untuk terus melaksanakan kegiatan tersebut.

“Karena kita tidak tau ke depannya. Seperti kata bijak Pahlawan Nasional, Almagfurullah TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid bahwa menggenggam pasir sedikit-demi sedikit maka 8 tahun akan menjadi emas,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *