Lombok Timur – Usia 73 tahun tidak meredupkan semangatnya untuk memikirkan Pariwisata, karena dalam hidupnya jiwa pariwisata sudah tertanam sangat dalam. Sejak umur 15 tahun sebelum jadi pegawai negeri sekitar tahun 60-an Mugni kecil sudah bekerja sebagai buruh di Hotel Raden Suweno di Tetebatu bersama H. Radiah saat itu.
Kepada wartawan massmedia hari Sabtu (26/6) Med Mugni, menuturkan pengalamannya menjadi pelayan masyarakat di Dinas Pariwisata Lombok Timur.
Pada tahun 70-an mendaftar menjadi pegawai negeri, dan lulus masuk menjadi pegawai Negeri, bersamaan testing dengan H. Serinata mantan Gubernur NTB.
Pertama kali bekerja ditempatkan di Inspeksi Keuangan Daerah, kalau jaman sekarang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tidak begitu lama hanya beberapa tahun di sana. Bersamaan dengan itu, dibentuklah Kehumasan Daerah sekitar tahun 1974, bersama dengan Pak Saiful Wathan.
Nah di sinilah saya kata Med Mugni, mendapatkan pekerjaan yang sesuai hobi nya, yaitu memotret atau fotografi. Sering ditugaskan memotret kegiatan pemerintahan dan tempat Wisata yang belum terkenal menjadi dikenal. Hasil fotonya itu disimpan di kantor Bupati dan pendopo supaya dilihat oleh tamu-tamu yang berkunjung ke Lombok Timur. Pada saat itu DInas Pariwisata masih di bawah Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda).
“Pada tahun 1990-an baru saya bergabung di Dinas Pariwisata, dan merasa sangat cocok bekerja sekaligus hobi. Dan secara kebetulan Bupati Sadir menempatkan saya pada bagian pemasaran atau dulu saya sering menyebutkan Divisi Marketing biar gaya sedikit,” tuturnya sambil tertawa lepas.
Di sanalah waktu itu kami menggagas Event Besar yang disebut LOMBA LINTAS SELAT perorangan dari Pulau Lombok berenang menuju pulau Sumbawa. Event tersebut mendapat perhatian pusat dan masuk pemberitaan Nasional, Baik media televisi, radio, dan koran-koran nasional secara serentak.
Lomba LINTAS SELAT ini digagas oleh Dinas Pariwisata Lombok Timur bekerja sama dengan TNI Angkatan laut yang ada di Mataram. “Lomba ini Termasuk Gagasan Besar,” tegasnya.
Mugni menambahkan, Bidang Promosi yang dipimpinnya pernah mengikuti festival layang-layang Tingkat Nasional seperti di Sumatra Selatan, Parang Teritris Jogjakarta, Pangandaran Jawa Barat dan lain-lain.
Karena keunikannya, layangan tersebut terbuat dari bahan pelepah pisang berukuran besar, dan pembuatnya warga Lendang Nangka, layangan ini sempat dipamerkan di museum Jakarta.
Lebih lanjut Med Mugni menyebutkan, dirinya pernah juga ditugaskan Dinas Pariwisata Lombok Timur, waktu itu untuk membawa rombongan dua bis dari Sembalun, menuju Jakarta untuk Pentas Mengayu-ayu.
Dinas Pariwisata, menurut Med Mugni, harus punya Big Ideas atau Gagasan Besar walaupun anggaran sedikit, tetapi harus bisa menjualnya. Maka gagasan besar itu akan bisa terwujud kalau kita bisa menjualnya. Di sinilah peran Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) sebagai mitra Dinas Pariwisata untuk bisa menjual gagasan besar ini kepada pihak luar atau swasta.
Kalau sekarang menurut pengamatan saya kata Med Mugni, “Selalu berpatokan kepada anggaran yang besar yang dikucurkan dari pusat maupun Daerah. Baru Lombok Timur punya acara Besar,” tutupnya. (Asbar)