Oleh Asep Barnara
Surga ada di telapak kaki Ibu, karena derita melahirkan antara hidup atau mati, dan “kerungsingan” memelihara anak-anak dari sejak bayi hingga lepas dari “treatment’ pengurusan orang. Apa yang dilakukan oleh Sang Ibu tidak mungkin terselenggara bila tidak di-“support” oleh pejuang pencari Kasab dan Rizki, karena satu kali jadwal makan bagi anak-anak tidak terlewat, tidak boleh kejadian anak-anak kelaparan, lalu kebutuhan pakaian, sekolah, dan rekreasi, semua itu sangat tidak mungkin tanpa peran seorang Ayah.
Yang pertama, Sesuai Qs. Annisa ayat 34, bahwa PERAN Sang Suami, Ayah atau Laki-laki adalah pemegang komando dengan cara lemah-lembut untuk melaksanakan Seruan Religi, yaitu : “kuuanfusakum waahlikum naaro”, artinya jagalah dirimu dan keluargamu dari API NERAKA. Itu seperti sederhana, namun maknanya sangat dalam dan holistik, yaitu dalam konteks pemahaman Rukun Iman dan Rukun Islam, maka laksanakanlah segala Perintah Allah dan jauhkanlah segala yang dilarang Allah. Memang di sini peran Suami, Ayah, atau Laki-laki adalah memperkuat pisik dan membangun karakter isteri dan anak-anak, serta generasi. Karena itu Sang Ayah harus kuat dan visioner, sebagai pemegang Komando.
Yang kedua, kembali peran Sang Ibu adalah sebagai “auxiliary” atau pendukung atau staf, bukan pemegang komando, pemberi “support”, selalu bersikap “sami’na wa atho’na” mendengar dan mentaati. Juga tidak harus didera untuk mencari kasab, bahkan tidak harus dibebani mengurus rumah, dan memasak. Apalagi di periode masa usia senja, semua itu bukan ukuran kuat-tidaknya seorang wanita, isteri, atau ibu. Ukuran kekuatan Sang Ibu adalah apakah masih bisa menerima nikmatnya makan, minum, bertadabbur, dan bersosialisasi. Kalau sudah hilang kenikmatannya, apapun yang diberikan atau dihadiahkan oleh anak-anak adalah tidak ada gunanya dan sia-sia.
Yang ketiga, oleh karena itu, segala apa yang dinikmati, dibanggakan, dan dirasakan “enjoy” oleh anak-anak, wajib dirasakan pula oleh Sang Ibu. Bagaimanakah perilaku kalian terhadap Ibumu sejak dari mampu menalar sampai sekarang. Kalian akan menyesal tatkala sampai Ibumu jatuh sakit, atau meninggal. Tidak ada gunanya lagi perhatian yang kalian berikan, bahkan kekayaan kalian pun. Wallahu’alam.