massmedia.id, Lombok Timur-Kepala Desa Danger Kecamatan Masbagik patut mendapat apresiasi. Sebab, dirinya bersama Pemerintah Desa mampu menciptakan alat pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar Bensin, Solar dan Minyak Tanah.
Penemuan ini patut dibanggakan sebab hal ini akan menjadi nilai komersial yang tinggi dalam pemasukan pendapatan desa yang dipimpinnya. Apalagi kegiatan ke depan akan dikelola oleh BUM Desa.
Menjadikan Desa mandiri adalah cita-citanya. Hal ini sebagai contoh Saat wartawan berkunjung ke desanya, beberapa program unggulan Desa Danger ditunjukkan, antara lain Mesin Pengolahan Sampah menjadi bahan bakar, pemberdayaan ekspor pohon Gaharu dan produk UMKM produksi Tahu, Tempe. Kripik Tempe dan Tahu. Jum’at (09/04).
Dalam mewujudkan program ‘Kampung Sehat 2’ yang diinisiasi Kapolda NTB Irjend Pol Muhamad Iqbal S.I.K, Pemdes Danger bersama Kapolsek Masbagik AKP Zainudin Basri, Babinsa, Bhabinkamtibmas, juga tokoh masyarakat berjibaku bersama-sama dalam mensosialisasikan ke masyarakat tentang disiplin terhadap protokol kesehatan dan menjalankan 5 M.
Dari hasil yang diperoleh setiap aktivitas masyarakat Desa Danger selalu mematuhi Protokol kesehatan. “Kampung Sehat sebagai wahana pembelajaran masyarakat atas kepatuhan terhadap protokol kesehatan dalam memerangi penyebaran Virus Covid. Tujuannya adalah agar masyarakat terhindar dari serangan virus. Jika masyarakat sehat perekonomian akan berjalan,” terang Kapolsek Masbagik.
Alat Pengolahan Sampah menjadi BBM menjadi nilai ekonomis yang mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Alat pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar bensin, solar dan minyak tanah buatan Kades Danger dapat mengolah satu kilo sampah plastik yang bisa menghasilkan satu liter bensin, 1.5 liter solar dan minyak tanah. Pembuatan alat ini sudah satu tahun berjalan, sementara ini BBM yang dihasilkan dimanfaatkan untuk bahan bakar operasional Pemdes. Sedangkan ke depan pengelolaan alat ini mau diserahkan ke BUM Desa agar menjadi pendapatan desa.
Kegiatan ini dimulai dari tahun 2019. Dari hasil yang dicapai sempat menjadi juara 1 tingkat provinsi untuk Teknologi Tepat Guna, yaitu Mesin produksi pengolahan sampah dibuat oleh Pemdes Desa Danger. “Rencana ke depan kami mau perbesar agar bisa dikelola menjadi nilai komersial di masyarakat, akan kami olah menjadi perusahaan yang besar supaya dapat memberdayakan masyarakat Desa Danger khususnya,” terang Kades Danger, Kaspul Hadi.
“Program ini juga dalam rangka mendukung program Zero Waste di NTB, akan tetapi pemerintah Daerah maupun Provinsi belum ada respon bahkan perhatian serius terhadap kreativitas Pemdes Desa Danger terhadap penemuan alat pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar ini,” Kaspul Hadi menyesalkan.
Lebih Lanjut Kaspul Hadi menyampaikan harapannya terkait program Zero Waste yang dilakukan di desanya. “Harapan saya pemerintah merespon baik atas apa yang sudah kami lakukan ini. Program kami ini juga membantu program Zero Waste, program prioritas Gubernur dan Wakil Gubernur NTB. Dengan alat ini jika kami didukung maka NTB akan menjadi daerah yang maju. Inilah sebenarnya industrialisasi itu, program unggulan Gubernur NTB yang harus didukung juga,” jelasnya.
“Untuk pengembangan usaha pada alat pengolahan sampah menjadi BBM ini tinggal menunggu uji laboratorium, dan sekarang masih proses,” tambah Kaspul penuh keyakinan.
Selain program pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar bensin, solar dan minyak tanah ada salah satu program prioritas unggulan Desa Danger yang sudah mendunia yaitu ekspor pohon Gaharu (Pohon mahal asli Indonesia). Pohon Gaharu banyak sekali manfaatnya bukan hanya untuk kosmetik tapi bisa juga untuk obat.
Pengusaha Pohon Gaharu, Mansur, menjelaskan kepada media bahwa ada sekitar 1.600 orang di Desa Danger yang menggantungkan mata pencaharian di bisnis ini (baca: Pohon Gaharu). Namun karena Pandemi jumlahnya menjadi berkurang. “Masa pandemi Covid sekarang ini tinggal 600 orang yang terlibat dalam kegiatan ekspor Gaharu. Akibat musibah Covid juga memengaruhi bisnis ini. Kegiatan ini pun juga dikelola oleh Bumdes bersama masyarakat,” terangnya.
Melihat prospek besar bisnis Gaharu yang menjanjikan, untuk program berkelanjutan warga desa diwajibkan menanam gaharu di pekarangan rumahnya. Mengingat jumlah penduduk Desa Danger berjumlah 16.000 jiwa sedangkan Jumlah KK sebanyak 6.000. Dengan luas wilayah 296,3 hektar. Ini merupakan potensi yang besar. Program unggulan olahan kayu Gaharu sudah go internasional dan sudah menembus pasar Timur Tengah seperti Arab Saudi, Eropa dan Asia.
Selain itu untuk produk UMKM di Desa Danger lebih berkonsentrasi pada pengolahan Tahu dan Tempe. Produk ini diolah menjadi kripik tempe dan tahu. Pemasaran produk ini sudah menyebar ke seluruh pulau Lombok. Pemilik produksi Tahu Kurnia H. Kaharudin (55) mengatakan, “Kami perlu bimbingan pemerintah untuk membuat kemasan yang menarik agar dapat masuk ke pasar modern.” (Hul)