Mataram – Laporan survei Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2015, Indonesia berada di peringkat ke 62 dari 70 negara dan pada tahun 2018 pada tingkat 71 dari 78 negara yang menjadi sampel. Riset juga dilakukan oleh oleh Central Connecticut State University (CSSU) tentang minat baca negara-negara di dunia atau world’s Most Literate Nations tahun 2016 yang menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara yang menjadi sampel penelitian. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat literasi Indonesia terbilang rendah dibandingkan dengan negara lain di dunia.
Berangkat dari keadaan ini, sejumlah akademisi dan pegiat yang peduli tentang literasi di NTB luncurkan Sahabat Perpustakaan, Selasa (8/6). Sahabat Perpustakaan melihat masalah literasi di Indonesia dan NTB sebagai salah satu poin perhatian yang harus menjadi konsentrasi NTB dengan cara berkolaborasi dengan semua pihak.
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi NTB, Julmansyah, menerangkan bahwa peringkat literasi di NTB perlu ditingkatkan karena secara Nasional masih tertinggal dengan daerah lain. “Menurut Kemendikbud, NTB berada di peringkat 25 dari 34 Provinsi, dan menurut Perpusnas, NTB berada di peringkat 15 dari 34 Provinsi,” paparnya.
Menurut Ketua Dewan Pembina Sahabat Perpustakaan, Rosiady H Sayuti, Sahabat Perpustakaan terinspirasi dari Gerakan literasi di Amerika, di mana buku layak yang sudah tidak dibaca dijual di bazar buku dengan harga murah atau didistribusikan secara gratis kepada yang membutuhkan. “Saya terinspirasi di Amerika terkait pengumpulan buku yang sudah tidak dibaca lagi yang dimasukkan ke bazar dengan harga murah tetapi sangat bermanfaat bagi yang membutuhkan,” terang akademisi yang akrab disapa Pak Ros ini.
Lebih lanjut, Rosiady menerangkan upaya ini perlu kolaborasi untuk memperpendek kesenjangan antara kota-desa, miskin-kaya, dan berpendidikan-tidak berpendidikan, supaya kapasitas literasi merata di seluruh daerah NTB. “Literasi menjadi pintu untuk mengembangkan kemampuan SDM NTB agar keluar sebagai salah satu Provinsi Unggul,” tegasnya.
Peluncuran Sahabat Perpustakaan didukung penuh oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB dalam upaya meningkatkan kapasitas Literasi NTB. Aidy Furqan memandang ini sebagai usaha untuk mengembangkan literasi masyarakat dari berbagai tingkatan literasi dan ikut mengambil bagian dan berkolaborasi dengan Sahabat Perpustakaan guna meningkatkan kompetensi, minat, dan prestasi literasi masyarakat, tidak hanya literasi dasar tetapi juga sampai pada literasi digital dan literasi visual sesuai dengan kondisi perkembangan. “Support yang sangat dalam kami berikan kepada Yayasan ini (Sahabat Perpustakaan) untuk bisa berkolaborasi dalam membangun Nusa Tenggara Barat,” tegasnya.
Senada dengan Julmansah, Ia menambahkan upaya yang dilakukan oleh Sahabat Perpustakaan merupakan inspirasi untuk menunjang literasi di NTB. Diungkapkan bahwa rasio buku di NTB saat ini 1 berbanding 90 sehingga sangat terbantu dengan keberadaan Sahabat Perpustakaan. “Sahabat Perpustakaan sangat relevan sebagai Gerakan meningkatkan kapasitas literasi. Dan perlu mendorong keberpihakan anggaran untuk literasi di Sumbawa dan Lombok Barat karena agak lambat Gerakan literasi, rasio buku 1/90 orang,” terangnya.
Peluncuran Sahabat Perpustakaan sekaligus sebagai peringatan Ulang Tahun ke 60 Ketua Dewan Pembina Sahabat Perpustakaan, Rosiady H. Sayuti. Acara ditutup dengan penandatanganan Piagam Kerjasama antara Sahabat Perpustakaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB, dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan ProvinsI NTB. (*)
Kolaborasi berbagai stakeholder menjadi pertanda baik untuk mengatasi masalah literasi di NTB. Sangat mendukung program ini