Mengenal Lebih Dekat dengan Sekdes Pengadangan Amrul Arahap

Lombok Timur – Amrul Arahap, M.Pd. lahir di Pengadangan, 30 tahun yang lalu, anak bungsu dari 13 bersaudara pasangan  H. Muhammad Idris Madani dan Hjh. Aminah (Alm)

Setelah Lulus SMAN 1 Masbagik, Amrul, kuliah di Universitas Muhammadiyah Mataram mengambil Jurusan S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan melanjutkan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta dengan Jurusan yang sama.

Sekretaris Desa (Sekdes) muda ini secara gamblang menceritakan kepada massmedia (3/11) kisahnya ketika mengenyam pendidikan S2 di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). 

Selama 2 semester, Amrul mengakui sempat menjadi mahasiswa ilegal. “Memasuki semester 2 saya tidak punya uang untuk membayar semester. Saya hanya bermodal semangat, walaupun tidak ada nama saya di absen, tidak memiliki Nomor Induk Mahasiswa (NIM) juga tidak bisa mengakses Portal Kampus, saya tetap masuk kuliah. Nama pada absen saya tulis tangan saja lalu masuk seperti biasa setiap ada jadwal kuliah,” tutur Amrul.  

Amrul mengaku sempat dipanggil beberapa kali oleh pihak akademik namun tidak dia hiraukan. Sampai pada akhirnya Dia menerima surat panggilan resmi dari direktur Pascasarjana. Namun entah kenapa, aku Amrul, dia tetap diizinkan masuk dengan syarat pihak universitas tidak bertanggung jawab jika tidak ada nilainya yang keluar.

“Lama kelamaan saya terbiasa dipanggil dengan sebutan Mahasiswa ilegal oleh teman sekelas dan dosen-dosen di sana,” ungkap Sekdes Muda ini. Keadaan ini, imbuh Amrul, berlangsung selama 2 semester. Memasuki semester 4 Orang Tuanya ada rizki. “Segera saya melunasi semua tunggakan,” akunya.

Setelah pembayaran selesai, kemudian Amrul menemui satu persatu Dosen mata kuliah untuk meminta nilai. Pada waktu itu Ia berprinsip bahwa hanya sistem Tuhan yang tidak bisa ditawar. “Selama sistem masih buatan manusia asal untuk kebaikan dan sungguh-sungguh pasti ada jalan dan kebijakan,” bebernya.

“Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan Pendidikan S2 tepat waktu. Selama kuliah di Jogja saya sempat bekerja di bangunan, di hotel jadi sales kompor gas, juga menjual mijelasnya.

Selesai mengenyam pendidikan, Amrul sempat menjadi tenaga pengajar di Universitas Muhammadiyah Sorong Papua Barat. Namun karena berbagai pertimbangan pada tahun 2018 Ia memilih pulang kampung dan mulai aktif membangun Desa. 

Amrul mengaku sebelum menjadi Sekdes, aktif sebagai Sekretaris Karang Taruna, Sekretaris Lembaga Adat, Sekretaris Remaja Masjid, Sekretaris Pokdarwis, Tim Pendamping Inovasi Desa dan berbagai fungsi kestrukturan lainnya. 

“Sebelum memutuskan untuk menjadi Sekretaris Desa Pengadangan tentu banyak hal yang harus dipertimbangkan. Faktor utama adalah dukungan keluarga. Keluarga sempat tidak mendukung  bahkan melarang,” ungkap Amrul.

Pertimbangnnya, ujar Amrul, mungkin karena faktor pendidikan dan usia yang relatif masih muda. Beberapa keluarga dan teman dekat sempat mencemooh, ujar Amrul. “Masak S2 mau jadi Sekdes kan masih banyak peluang lain yang lebih menjanjikan,” katanya.

Namun karena semangat ingin membangun desa dan mengabdi kepada Masyarakat akhirnya pada tahun 2019, Ia memutuskan untuk Menjadi Sekretaris Desa.

Sebelum dan setelah menjadi Sekdes, berkat kerja sama dengan semua unsur dan elemen Masyarakat meski belum maksimal dan masih banyak kekurangan sedikit demi sedikit ada perubahan di Desa Pengadangan.

Beberapa program sedikit tidaknya memiliki dampak terhadap kemajuan desa secara umum. Seperti Gerakan Pemuda Mendata, GATINDUK (Gerakan Tertib Administrasi Penduduk), Pelayanan Online. Program PONDASI (Pendataan Penduduk Setiap Hari), Arsip Digital, Program Satu Dusun Satu Produk. Beberapa program tersebut berhasil membawa Desa Pengadangan menjadi juara III dalam Lomba Desa Tingkat Kabupaten Tahun 2020. 

Selain itu, dalam bidang budaya dan pariwisata sejak tahun 2018, sekali lagi berkat arahan kepala desa dan kerja sama semua unsur tetap konsisten melaksanakan Pesona Budaya Pengadangan. 

Even ini berhasil mengangkat potensi Desa Pengadangan khususnya di bidang budaya dan pariwisata. Selain telah ditetapkan menjadi desa wisata juga telah menjadi libe site dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. 

Selain menjadi Sekretaris Desa saat ini aktif menulis di berbagai portal media online, dan sedang melaksanakan penelitian terkait budaya dan kearifan lokal bersama teman-teman pemuda yang berasal dari desa-desa lain. Juga aktif dalam Dunia Pariwisata lewat Asosiasi Pokdarwis Lombok Timur, Yayasan Desa Wisata Nusantara, Larisda dan Organisasi lainnya. 

Menurut Sekdes Bajang ini, Desa adalah wajah Indonesia yang sesungguhnya. Dan ingat Proklamator Bangsa ini pernah berkata bahwa, “Indonesia ini tidaklah diterangi oleh obor besar yang ada di Jakarta namun diterangi oleh lilin-lilin kecil yang ada di Desa,” tutupnya. (Asbar)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *