Budaya  

Lalu Dirakse Ingin Kembalikan Sukadana sebagai Desa Budaya

Lombok Timur – “Di sini masih banyak kelompok kesenian yang masih eksis” Ungkap Amaq Ukar. Mengawali diskusi pada siang itu (27/7) di Kantor Desa Sukadana Kecamatan Terara Lombok Timur.

Salah satu pegiat wisata di Lombok Timur Ahyak Mudin juga menegaskan bahwa Pusat Informasi Pariwisata pertama di Lombok Timur juga berada di Desa Sukadana. Memang, jejak-jejak kejayaan pusat informasi pariwisata di desa ini masih tetap berdiri di pinggir jalan utama Prau Banyar-Tetebatu. Walaupun sudah using dan lapuk, namun tanda itu masih tegak berdiri.

Budaya merupakan daya tarik wisata dengan mempromosikan karakteristik budaya dari destinasi, sehingga wisatawan melakukan perjalanan wisatanya. Tujuan dari pariwisata budaya adalah memahami makna suatu budaya, bukan sekedar mendeskripsikan suatu budaya. Dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan tentu memiliki berbagai kendala. 

Nilai-nilai kearifan lokal dan kebudayaan suku bangsa dengan masuknya unsur-unsur budaya asing menyebabkan masyarakat mengabaikan nilai-nilai budaya lokal, nilai-nilai kearifan lokal seperti gotong royong, musyawarah mufakat, dan tenggang rasa sulit ditemukan lagi dalam kehidupan bermasyarakat saat ini.

Mengembalikan desa Sukadana sebagai desa budaya merupakan cita cita Lalu Dirakse sebagai kepala Desa Sukadana. “Saya ingin mengembalikan Sukadana sebagai Desa Budaya,” tegasnya siang itu.

Kunjungan dari Lombok Research Center (LRC) dan Dewisnu Foundation ke Desa Sukadana siang itu ingin menggali dan melihat sejauh mana keseriusan masyarakat Sukadana. Diskusi awal dimulai dari kantor Kepala Desa.

Bangunan tua dan permanen masih tegar berdiri sebagai aula kantor desa. Di sebelahnya berdiri bangunan yang menurut Ahyak yang dijuluki Tuan Guru Pariwisata (TGP) sangat cocok dijadikan sebagai sanggar ataupun sebagai galeri kesenian. Walaupun saat ini di tembok bangunan itu tertempel spanduk “Rumah Isolasi Mandiri”.

Tujuan dari Desa Budaya adalah melestarikan dan mengembangkan potensi Adat Tradisi, Kesenian, Kerajinan, Arsitektur dan Tata Ruang agar menumbuhkan jati diri, pembentuk citra desa sebagai salah satu penyusun untuk mencapai visi Sukadana sebagai Pusat Budaya, serta mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Desa ini tinggal kita tata sedikit saja, perangkat lunaknya sudah jadi,” ungkap TGP Ahyak. Banyak masukan yang diberikan terkait model pengembangan dan konsep dasar ke depannya.

Sambil mengangguk dan sesekali bilang siap, Lalu Dirakse sebagai kepala desa dengan antusias menerima setiap masukan. “Yang penting untuk kemajuan Desa, saya siap,” tegasnya.

Setelah dari kantor desa, kunjungan dilanjutkan ke bangunan yang saat ini dijadikan sebagai Lumbung Pangan Desa. Bangunan ini sangat besar dan memiliki 4 lantai jemur. Dengan bangga Lalu Dirakse mengatakan bahwa, bangunan ini mampu menampung sampai 50 ton gabah. Dan semua peruntukannya untuk masyarakat.

“Beras yang dihasilkan dari pecatu disalurkan untuk masyarakat miskin, orang tua jompo, dan masyarakat yang mengalami penyakit menahun,” ungkap Lalu Dirakse.

Banyak sekali hal-hal yang dalam waktu dekat akan ditindak lanjuti untuk menjadikan Desa Sukadana menjadi Desa Budaya kembali. Rencana juga akan mengumpulkan penggiat pariwisata tingkat desa yang disebut Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Dan membuat langkah awal untuk memulai apa yang bisa dikerjakan langsung. Seperti dalam pepatah sasaknya “Pelisak Bawon Batu” kalau belum melihat belum percaya.

“Mari kita memulai dari apa yang ada dan apa yang bisa dilakukan,” ungkap Ahyak sambil bersalaman kepada Lalu Dirakse dan beberapa Kepala wilayah yang hadir siang itu. (HH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *