Akan Digelar di Tugu MOPRA, Event Alunan Budaya Desa VIII Angkat Tema “Benang Merah”

Lombok Timur – Ketua Panitia Alunan Budaya Desa Pringgasela ke VIII Ahmad Feryawan Muas S.Pd. mengundang sejumlah awak media untuk mengikuti Konferensi Pers di Lesehan Kokoday Pringgasela, pada hari Senin (8/7).

Pada Konferensi Pers tersebut Panitia menyampaikan informasi tentang akan digelarnya Alunan Budaya Desa Pringgasela (ALBD) VIII Tanggal 13-20 Juli 2024 di pusatkan di Tugu MOPRA Simpang Empat Pringgasela Raya dengan Tema Acara “BENANG MERAH”.

Hadir pada Konferensi Pers tersebut, Kadispar Lotim Widayat, Sundawa Artshop Supiandi, Tokoh Budaya Pringgasela Sareh Erwin, Ketua dan anggota BPPD Lotim Yogi Birul Walid Sugandi, semua Panitia ALBD Pringgasela dan 20 orang Jurnalis dari berbagai media.

Ketua Panitia Ahmad Feryawan Muas di hadapan awak media mengatakan bahwa persiapan sudah 80%, adapun kekurangan akan dikerjakan pada H-3.

Dijelaskan juga oleh Feryawan, Alunan Budaya Desa Tahun 2024 ini telah masuk pada Agenda Kharisma Event Nusantara (KEN) 2024. “Perjalanan dan persiapan ALBD pada tanggal 13-20 Juli 2024 yang akan datang dengan tema Nasional yaitu “Dari Desa Budaya Menuju Indonesia Jaya”, adapun tema konsep Main Event kali ini adalah karnaval tenun yang bertajuk “Benang Merah” lembayung merah atau benang pemersatu bangsa-bangsa,” sebutnya.

Lanjut Ferry, pada tahun lalu Alunan Budaya Desa Pringgasela dipusatkan di lapangan umum Pringgasela. Setelah di evaluasi, pelaksanaan ALBD tahun 2024 kembali dipusatkan di Tugu Mopra. Hal ini di maksudkan agar berada di tengah-tengah Masyarakat.

“Masyarakat Pringgasela sangat mencintai Tugu MOPRA sehingga ibu-ibu penenun dan warga lokal semuanya akan terlibat sebagai pelaku bukan saja sebagai penonton,” terangnya.

Dalam dialog dengan para Jurnalis mengemuka bahwa bantuan dana Kharisma Event Nusantara (KEN) dari kementrian Pariwisata untuk ALBD tahun ini, tidak berupa cash money, tetapi ada vendor atau sudah ada pihak ke tiga (Event organizer).

“Berupa dukungan barang dan jasa, ada 10 item, seperti dukungan untuk Talent, Sound system, Band-band tradisional, dekorasi, Panggung dan lain-lain juga panitia berharap dari pihak sponsor,” tutur Feryawan.

“Sedangkan Pemda lotim dukungan sebagai visit atau tuan rumah. Dukungan dari Dispar Provinsi NTB, sampai saat ini kurang respon, selalu di limpahkan ke Dispar Lotim,” katanya.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Lotim, Widayat mengatakan, Pemda tetap komitmen dari awal kurasi masuknya ALBD Pringgasela dalam KEN 2024, ikut terlibat dan bukanlah hal yang mudah.  Pengajuannya telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu dan telah melalui sistem kurasi dari tingkat Kabupaten hingga Provinsi.

“Kurasi Tingkat Nasional itu diikuti oleh 3.000 lebih event Se-Indonesia, dan ALBD berhasil masuk dalam 103 event yang lulus. Diharapkan ke depan semoga ALBD masuk pada 10 besar top event Nasional,” bebernya dengan optimis.

Di Kesempatan itu, Kadispar Lotim mengakui bahwa ALBD tahun ini masuk pada APBD perubahan dan diupayakan tahun depan (2025) masuk pada APBD induk sehingga persiapan bisa dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya.

“Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Kharisma Event Nusantara (KEN) ini hanya ada tiga, yaitu Perang Topat di Lombok Barat, Alunan Budaya Desa Pringgasela Lombok Timur dan Festival Rimpu Mantika di kota Bima,” paparnya.

Sedangkan Praktisi tenun dari Sundawa Artshop, Supiadi menyampaikan kesiapan para penenun untuk berpartisipasi pada ALBD VIII. “Mereka tetap bersemangat untuk menenun dan siap berpartisipasi walaupun usia sudah 70 tahun. Saya bangga bahwa regenerasi penenun Pringgasela terpelihara baik. Di samping tenun sebagai mata pencaharian juga sebagai warisan budaya nenek moyang kita,” tegasnya.

Budayawan Pringgasela, Sareh Erwin juga menyampaikan kesiapannya untuk mensukseskan ALBD VIII. Bahkan dirinya dari Songket Tradisi Galery akan menyumbangkan satu kuintal benang untuk dibagikan kepada para penenun.

Menurut Tokoh Budaya yang juga pelaku wisata ini, Budaya tenun adalah tradisi turun temurun dari nenek moyang Masyarakat Pringgasela yang harus dilestarikan. Ia berharap dengan konsisten Event Alunan Budaya Desa, Tenun sebagai warisan masyarakat Sasak akan lebih dikenal lagi di Dunia. Karena Pringgasela juga termasuk Desa Wisata, juga Daerah Tujuan Wisata (DTW) tamu Mancanegara.

“Tradisi tenun ini wajib bagi generasi selanjutnya untuk meneruskan estafet kemampuan menenun, karena ini bagian dari adat istiadat Desa Pringgasela di Lombok yaitu Suku Sasak,” kata Erwin.

“Tradisi tenun di Pringgasela dimulai dari pemintalannya sehingga menjadi benang sampai pewarnaan benang yang tidak memakai zat kimia, diwarnai menggunakan bahan pewarna alami dan menghasilkan warna pastel yang unik. “Warna alami tersebut berasal dari dedaunan, akar-akaran, biji-bijian, kulit pohon, batang pohon, bunga-bungaan, itulah salah satu keunggulan tenun Pringgasela,” jelas Erwin. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *