Lombok Timur – Komunitas Lombok Landscaper menggelar Jambore Fotografer Nusa Tenggara Barat (JFN-NTB), yang digelar di kaki Gunung Rinjani Sembalun Lombok Timur, mulai pada tanggal 22 sampai 23 Oktober 2022.
Jambore tersebut dihadiri oleh ratusan fotografer dari berbagai Kota se-NTB termasuk dari luar daerah yakni Jawa Timur, Jakarta dan Bandung. Selain itu, sejumlah mentor juga hadir untuk berbagi ilmunya. Mereka adalah, dua fotografer senior yakni Arbain Rambey, Martha Suherman dan ketua Yayasan Fotografer Indonesia (YFI), Andi.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Suherman SSTP mengungkapkan kegiatan ini ingin mengulang suksesnya Jambore Nasional Fotografer (JNFI) di Taman Nasional Bromo pada bulan Agustus 2022 yang lalu.
Kemudian juga bertepatan dengan ulang tahun komunitas fotografer Indonesia yang ke 11 dan bertepatan dengan sebelas tahun komunitas Lombok Landscaper yang telah bergabung dengan komunitas fotografer Indonesia.
Tujuan lainnya adalah menjalin silaturahmi antar komunitas fotografer yang ada di NTB maupun dari luar NTB. Dan giat tersebut direncanakan kurang dari satu bulan.
“Kurang dari satu bulan kami rencanakan kegiatan ini. Saya rasa luar biasa untuk tingkat NTB,” ungkapnya, Minggu (23/10).
Pada kegiatan ini, peserta yang terdaftar sebanyak 145 orang dari berbagai kota se-NTB dan dari beberapa daerah di Indonesia. Padahal peserta dibatasi di angka 100, namun rupanya peserta terus berdatangan. “Kalau kami tidak batasi, mungkin peserta lebih dari ini,” ujarnya.
Keberadaan komunitas Lombok Landscaper, lanjut laki-laki yang akrab disapa Edmond ini sudah berusia sebelas tahun. Tetapi keberadaan komunitas ini baru beberapa tahun saja dilirik oleh pemerintah atau berkolaborasi dengan pemerintah.
“Setelah kami masuk komunitas ini, barulah berjejer foto-foto hasil karya teman-teman di kantor Bupati. Sebelumnya tidak ada,” ungkap Edmond.
Ia mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan Kantor Bupati sebagai galeri foto sehingga ketika tamu datang ke kantor Bupati, tidak perlu bertanya lagi hendak berkunjung ke suatu tempat yang ada di wilayah NTB, khususnya di Lotim.
“Sehingga pemerintah bisa memfasilitasi tujuan wisatawan itu. Jadi fotografer dan pariwisata tidak bisa dipisahkan,” pungkas Edmond.
Ia berharap, pemerintah melalui Kominfo bisa memfasilitasi komunitas fotografer tentang pelatihan foto jurnalisme. Agar para fotografer tidak beropini liar, maka dengan itu pemerintah berkewajiban untuk mengendalikan opini itu.
Supaya apa yang disuguhkan oleh komunitas tersebut bisa terarah maksud dari suatu foto maupun narasinya. Sangat disayangkan jikalau foto-foto dan narasinya liar, sehingga ia tidak ingin melihat Lombok khususnya punya ikon Sembalun tidak dikemas dengan baik.
“Hal itulah perlu diarahkan potensi teman-teman ini, supaya Lombok Timur ke depan lebih maju. Karena fotografi, pariwisata dan jurnalisme tidak bisa dipisahkan,” kata Edmond
Dalam kesempatan itu, Edmond mengucapkan terimakasih kepada teman-teman fotografer, atas dedikasinya selama ini yang telah mengexplore setiap sudut dan pojok yang ada di NTB, sehingga NTB umumnya bisa dikenal oleh orang luar.
“Terimakasih kepada teman-teman, tanpa teman-teman barangkali tempat-tempat yang paling pojok, paling sudut di NTB ini tidak dikenal oleh orang luar,” ucapnya.
Kegiatan jambore fotografer ini, dibuka langsung oleh Bupati Lombok Timur melalui kepala dinas Kominfo Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Dr Faozan.
Faozan mengatakan dalam sambutannya, para peserta yang mengikuti jambore ini tidak akan kehabisan angle foto di kawasan kaki Gunung Rinjani.
Menurutnya Sembalun yang berada di kaki Gunung Rinjani, merupakan surganya fotografer untuk mengabadikan segala momen maupun keindahan alamnya.
“Kita tidak pernah bosan datang ke Sembalun, karena Sembalun memiliki ciri khas yang unik dan eksotik untuk diabadikan,” katanya.
Lewat jambore tersebut, ia berharap kepada para peserta bisa menyampaikan pesan dan kesan kepada dunia tentang keindahan alam Indonesia, khususnya Lombok.
“Bumi Indonesia memiliki keindahan alam yang luar bisa, termasuk di wilayah Sembalun ini. Anugerah yang diberikan Allah patut kita syukuri, semoga bisa menyampaikan kesan kepada dunia lewat karya fotografer,” harap Faozan.
Sementara itu, Ketua Yayasan Fotografi Indonesia, Andi Kusnadi mengatakan kegiatan jambore fotografer ini lanjutkan dari kegiatan serupa di Bromo.
Menurutnya, kegiatan jambore fotografer di Gunung Bromo beberapa bulan yang lalu menjadi pemicu kegiatan teman-teman fotografer di daerah.
“Sejak kegiatan itu, banyak dari teman-teman fotografer jejaring Indonesia itu menghubungi kami untuk melakukan kegiatan serupa di daerahnya,” tuturnya.
Diharapkan dari jambore ini, pihaknya ingin membuat jejaring fotografi secara nasional.
Langkah awal menunaikan misi itu dimulai dari Gunung Bromo kemudian daerah-daerah lain di seluruh Indonesia.
“Kami ingin merangkai Indonesia dengan fotografi. Jika jejaring fotografi kuat, cerita tentang Indonesia tak akan pernah habis,” tutup Andi. (HH)