Implementasi Pembelajaran Berbasis HOTS Menggunakan Pendekatan Saintifik Model Problem Based Learning pada Materi Fabel

Oleh:

SULFATUL UMMAH, S.Pd.

Guru pada SMP IT RAUDHATUL MUJAHIDIN KUMBUNG

 

BAB I 

PENDAHULUAN

 

  • Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013  merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan semua mata pelajaran yang lain. Keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang akan bermanfaat terhadap pemahaman pada mata pelajaran lainnya termasuk materi fabel pada pelajaran Bahasa Indonesia berkaitan erat dengan pembelajaran PKN dan Pendidikan Budi Pekerti dalam hal nilai moral dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran Bahasa Indonesia  dalam pembelajaran bertujuan agar siswa menguasai kemampuan berbahasa dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 Dalam praktik pembelajaran Kurikulum 2013,  guru  menggunakan buku siswa dan buku guru sebagai sumber belajar. Sebagian besar guru  meyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ternyata, dalam praktiknya, guru mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS).  Penulis juga jarang menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan anak-anak tampak tidak ceria. 

Berdasarkan fakta yang ditemui saat pembelajaran adalah suasana belajar yang monoton. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, siswa tidak bergairah terutama pada jam-jam siang. Selain ceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian siswa mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal menyalin dari buku teks. 

Untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0, siswa harus dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).  Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran problem based learning , model pembelajaran ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide – ide penting terhadap suatu disiplin ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

 Dalam PBL siswa dituntut untuk aktif dalam mengamati dan menganalisis permasalahan dan pemecahan masalah yang dihadapinya dengan menemukan dan menyelidiki permasalahan secara aktif dan berkolaborasi.  

Setelah melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model PBL, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar siswa meningkat. Lebih bagus dibandingkan pembelajaran sebelumnya. Ketika model PBL ini diterapkan pada kelas VII yang lain ternyata proses dan hasil belajar siswa  sama baiknya. Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model  problem based learning (PBL). 

 

  • Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilaporkan dalam laporan Best Practice ini adalah kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia yang berorientasi HOTS dengan pendekatan saintifik model Problem Based Learning.

 

  • Manfaat Kegiatan

Manfaat penulisan best practice ini adalah  untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama untuk menganalisis suatu permasalahan sampai penyelesaiannya pada pembelajaran yang berorientasi HOTS dengan menggunakan pendekatan saintifik model problem based learning pada materi fabel kelas VII SMP IT Raudhatul Mujahidin Kumbung.

BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

 

  • Tujuan dan Sasaran

Tujuan penulisan Best Practice  ini adalah untuk mendeskripsikan pengalaman terbaik penulis dalam menerapkan pembelajaran yang  berorientasi higher order thinking skills (HOTS). Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas VII semester 2 di SMP IT Raudhatul Mujahidin Kumbung. 

 

  • Bahan/Materi Kegiatan

Materi  yang digunakan dalam Best Practice  pembelajaran ini adalah materi  kelas VII semester 2 yaitu teks cerita Fabel yang merupakan pembelajaran  Bahasa Indonesia. Berikut adalah  pasangan KD pengetahuan dan keterampilan yang digunakan:

 

Bahasa Indonesia
KD 3.11 Kompetensi Pengetahuan

Mengidentifikasi informasi tentang fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar.

KD 4.11 Kompetensi Keterampilan

 Menceritakan kembali isi fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan dengar

 

  • Cara Melaksanakan Kegiatan

Cara yang digunakan dalam pelaksanaan Best Practice ini adalah menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS dengan model pembelajaran Problem based learning

Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan Best Practice yang telah dilakukan penulis.

 

  1. Pemetaan KD 

Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajara bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas VII, penulis memilih teks cerita Fabel  untuk membelajarkan pasangan KD 3.11 dan 4.11.

  1. Analisis Target Kompetensi 

Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut. 

KD Pengetahuan Target KD
3.11 Mengidentifikasi informasi tentang fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar.   Menjelaskan pengertian cerita fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar,Menganalisis  unsur cerita fabel/legenda daerah setempat, yang dibaca dan didengar Menganalisis kata/kalimat sebagai ciri cerita fabel/legenda daerah setempat  yang dibaca dan di dengar
KD keterampilan Target KD
4.11 Menceritakan kembali isi fabel/ legenda daerah setempat Mengurutkan isi cerita fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar  Menceritakan kembali isi cerita fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar 

 

  1. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetesi 

 

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Kompetensi Pengetahuan

3.11 Mengidentifikasi informasi tentang fabel/ legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar 

3.11.1 menjelaskan pengertian cerita fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar dengan tepat 

3.11.2 Menganalisis  unsur cerita fabel/legenda daerah setempat, yang dibaca dan di dengar dengan tepat. 

3.11.3 Menganalisis kata/kalimat sebagai ciri cerita fabel/legenda daerah setempat  yang dibaca dan di dengar.

Kompetensi Keterampilan

4.11 Menceritakan kembali isi fabel/ legenda daerah setempat yang di baca dan di dengar

4.11.2 Mengurutkan isi cerita fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan di dengar. 

4.11.3 Menceritakan kembali isi cerita fabel/legenda daerah setempat yang dibaca dan di dengar

 

  1. Pemilihan Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dipilih adalah problem based learning (PBL) dengan tahapan: 

  1. Orientasi peserta didik pada masalah 
  2. Mengorganisasi peserta didik dalam belajar 
  3. Membimbing penyelidikan peserta didik secara mandiri atau kelompok 
  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 
  5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 

 

  1. Merencanakan kegiatan Pembelajaran sesuai dengan pendekatan saintifik Model Pembelajaran Problem Based Learning, Pengembangan desain pembelajaran dilakukan dengan merinci kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintak Problem Based Learning. Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model Problem Based Learning. 
TAHAP PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN ALOKASI WAKTU
Kegiatan Inti
Orientasi peserta didik pada masalah 
  1. Peserta didik mengamati video fabel yang disajikan melalui LCD
10 Menit
Mengorganisasi peserta didik dalam belajar 
  1. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan yang relevan dari  video fabel yang telah diamati (berpikir kritis dan teliti)
  2. Peserta didik menanyakan hal yang belum dipahami tentang unsur cerita fabel dan ciri kata/kalimat fabel (komunikasi dan berpikir kritis)
10 Menit
Membimbing penyelidikan peserta didik secara mandiri atau kelompok 
  1. Peserta didik dengan dibimbing pendidik menentukan unsur cerita fabel.(berpikir kritis)
  2. Peserta didik dengan dibimbing guru mendaftar ciri kata/kalimat cerita fabel.   (berfikir kritis)
  3. Peserta didik menerima LKPD melalui wa grup.
20 Menit
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya 
  1. Peserta didik mengembangkan dan  menyimpulkan unsur cerita fabel dan mendaftar kata/kalimat sebagai ciri cerita fabel dalam video yang sudah ditonton pada LKPD 1(berfikir kritis)
  2. Peserta didik   menyajikan hasil mendaftar kata atau kalimat  sebagai ciri cerita fabel pada LKPD 1 secara bergantian(komunikasi)

.  

20 Menit
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah 
  1. 1. Peserta didik menganalisis hasil presentasi hasil yang ditanggapi peserta didik lain lain (kreativitas)
  2. Peserta didik menyimak umpan balik terhadap proses yang telah dilaksanakan. (literasi)

Peserta didik  merevisi hasil presentasi setelah ditanggapi peserta didik lain.(kreativitas)

10 menit

 

  1. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 5 di atas kemudian disusun rencana pembelajaran (RPP) yang komponennya sudah mengacu pada permendikbud no 22 tahun 2017. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21, seperti berikut ini. (terlampir)

  • Media dan Instrumen 

Media pembelajaran yang digunakan dalam Best Practice ini adalah Video fabel dan PPT yang ditayangkan melalui LCD serta buku siswa sebagai penunjang. Instrumen yang digunakan dalam Best Practice ini ada 2 macam yaitu instrumen untuk mengamati proses pembelajaran  berupa lembar observasi dan  instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan  tes tulis  uraian singkat.

 

  • Waktu dan Tempat Kegiatan

Best Practice  ini dilaksanakan pada tanggal 2 pebruari  2021 bertempat di kelas VII SMP IT Raudatul Mujahidin Kumbung.

 

BAB III 

HASIL KEGIATAN

 

  • Hasil 

Hasil yang dapat dilaporkan dari Best Practice  ini diuraikan sebagai berikut:

  1. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik model pembelajaran problem based learning  berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada pendidik maupun temannya. Aktivitas pembelajaran yang dirancang sesuai sintak problem based learning mengharuskan siswa aktif selama proses pembelajaran.  
  2. Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan saintifik model problem based learning meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge

Setelah siswa menonton fabel dan dilanjutkan dengan mengidentifikasi fabel, siswa akan jauh lebih memahami unsur dan ciri fabel. Pemahaman ini menjadi dasar siswa dalam mempelajari materi pengertian unsur dan ciri fabel. Pemahaman ini membantu siswa dalam mengembangkan dan menyajikan unsur dan ciri fabel dalam LKPD. 

  1. Penerapan Pendekatan Saintifik model pembelajaran Problem Based Learning meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk bertanya dan menganalisis unsur dan ciri fabel yang dibahas dalam pembelajaran. 

Dalam pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa berorientasi HOTS suasana kelas cenderung sepi dan serius. Siswa cenderung bekerja sendiri-sendiri untuk berlomba menyelesaikan tugas yang diberikan guru tanpa menghiraukan benar salahnya. Fokus guru adalah bagaimana siswa dapat menyelesaikan soal yang disajikan; kurang peduli pada proses berpikir siswa. Tak hanya itu, materi pembelajaran yang selama ini selalu disajikan dengan pola deduktif (diawali dengan ceramah teori tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas, dan pembahasa), membuat siswa cenderung menghapalkan teori. Pengetahuan yang diperoleh siswa adalah apa yang diajarkan oleh guru. 

Berbeda kondisinya dengan praktik baik pembelajaran bahasa Indonesia berorientasi HOTS dengan menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik model problem based learning  ini. Dalam pembelajaran ini pemahaman siswa tentang pengertian ,unsur dan ciri fabel  benar-benar dibangun oleh siswa melalui pengamatan dan diskusi yang meuntut kemampuan siswa untuk berpikir kritis.

  1. Penerapan pendekatan pembelajaran saintfik model problem based learning juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem solving). Problem based learning yang diterapkan dengan menganalisis unsur fabel berisi permasalahan kontekstual mampu mendorong siswa merumuskan pemecahan masalah. 

Sebelum menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik model problem based learning, penulis melaksanakan pembelajaran sesuai dengan buku guru dan buku siswa. Meskipun permasalahan yang disajikan dalam buku teks kadang kala kurang sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa, tetap saja penulis gunakan. Jenis teks yang digunakan juga hanya pada teks tulis dari buku teks. 

Dengan menerapkan pendekatan saintifik model problem based learning, siswa tidak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari alam serta diberi kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya termasuk di youtube dan lainya sesuai dengan pembelajaran abad 21. 

 

  • Masalah yang Dihadapi 

Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran terutama sekali adalah siswa belum terbiasa belajar dengan pendekatan saintifik model PBL. Siswa terbiasa menggunakan pendekatan menghapal untuk menghadapi ulangan. Dengan menggunakan pendekatan saintifik  model problem based learning guru harus menyiapkan media dan alat yang digunakan. Kebiasaan guru yang mengajar hanya berdasarkan buku paket, harus diubah. Perubahan inilah yang menjadikan guru harus menyediakan waktu untuk menyiapkan pembelajaran. Dengan tujuan untuk mendapat antusias peserta didik dalam belajar pemahaman yang baik terhadap materi dan  nilai ulangan yang baik dari peserta didik. 

 

  • Cara Mengatasi Masalah 

Agar siswa yakin bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan saintifik model problem based learning dapat membantu mereka lebih menguasai materi pembelajaran, guru memberi penjelasan sekilas tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS dalam pembelajaran akan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, memberikan  kesadaran bahwa belajar bukan sekadar menghapal teori dan konsep saja akan tetapi harus berorientai pada pembelajaran yang HOTS sehingga bisa membuat peserta didik menjadi lebih maju dan berkembang. 

BAB IV 

Simpulan dan Rekomendasi

 

  1. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

  1. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan saintifik model problem based learning layak dijadikan praktik baik pembelajaran berorientasi HOTS  karena dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan pemecahan masalah;  
  2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran Bahasa Indoneia dengan pendekatan saintifik  model pembelajaran problem based learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21 yaitu pemanfaatan teknologi. 
  • Rekomendasi

Berdasarkan hasil Best practice pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan saintifik model pembelajaran problem based learning (PBL), berikut disampaikan rekomendasi yang relevan. 

  1. Guru seharusnya tidak hanya mengajar dengan mengacu pada buku siswa dan buku guru serta jaring-jaring teks yang telah disediakan, tetapi berani melakukan inovasi pembelajaran bahasa Indonesia yang kontekstual sesuai dengan latar belakang siswa dan situasi dan kondisi sekolahnya. Hal ini akan membuat pembelajaran lebih bermakna. 
  2. Siswa diharapkan untuk menerapkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam belajar, tidak terbatas pada hapalan teori. Kemampuan belajar dengan cara ini akan membantu siswa menguasai materi secara lebih mendalam dan lebih tahan lama (tidak mudah lupa). 
  3. Sekolah, terutama kepala sekolah dapat mendorong guru lain untuk ikut melaksanakan pembelajaran berorientasi HOTS. 

 

DAFTAR PUSTAKA

Kemntrian kebudayaan dan republik Indonesia.2016.Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

https://dongengceritarakyat.com/kumpulan-dongeng-untuk-anak-fabel-singa-tikus/ di unduh 20 april 2021 pukul 13.01 WIB.

https://pixabay.com/id/vectors/search/gambar%20hewan/?colors=transparent

https://www.google.com/search?q=unsur+cerita+fabel&oq=unsur+cerita+fabel&aqs=chrome..69i57j0l9.7292j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://media.neliti.com/media/publications/287750-metode-penerapan-model-pembelajaran-prob-b6fb960b.pdf

https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-model-problem-based-learning/

https://www.kajianpustaka.com/2019/05/pengertian-prinsip-dan-langkah-pendekatan-saintifik.html

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *