Lombok Timur – Lombok digambarkan sebagai surga dari bentangan Pantai yang masih asli, Air Terjun yang memukau dan Gunung Berapi yang menjulang tinggi. Pantai Kuta Lombok, pantai Ekas dengan pasir merica dan laut biru yang dipenuhi dengan ombak menjadi impian para peselancar dunia.
Selain Kuta, ada juga Sekotong dengan terumbu karang yang lunak maupun keras dengan topografi landai menjadi lingkungan yang ideal untuk menyelam dan snorkeling.
Sementara di sebelah utara pulau, terdapat tiga buah pulau cantik (Gili Trawangan, Air dan Meno) dengan blue coral dan ikan yang menawan dan dapat diakses dengan perahu. Di sana, wisatawan akan mendapatkan pengalaman olahraga air yang terbaik seperti menyelam, bermain kayak atau memancing.
Sebelah Timur ada Gunung Rinjani menjulang tinggi serta Alam Sembalun yang mempesona, telah mulai di tata dengan rapi, walaupun pandemi Alam Sembalun tetap ramai dikunjungi wisatawan domestik.
Wartawan media ini berkesempatan berbincang dengan mantan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Timur, Ahmad Roji, Kamis (9/9).
Bang Oji, begitu sapaan akrabnya, sangat optimis sekali Pariwisata NTB akan berkembang cepat. Menurutnya, diIbaratkan minuman air soda dalam botol, saat digoyang botolnya dan dibuka tutupnya, maka airnya akan muncrat berhamburan keluar. Nah dalam kondisi pandemi ini, imbuhnya, pariwisata kita tertekan, mobilisasi agak terbatas.
Tetapi sesungguhnya kita sedang menyimpan energi. Begitu pandemi berakhir, maka seluruh dunia, termasuk Indonesia, terutama pulau Lombok, dan NTB pada umumnya akan kebanjiran wisatawan, mancanegara maupun nusantara.
“Tugas berat kita saat ini adalah menata Kawasan Wisata, menyiapkan infrastruktur yang baik, menyiapkan rencana promosi yang hebat, dan bersinergi dengan semua pihak, Pelaku wisata, Pemerintah, Polri dan TNI, media massa offline maupun Online, IKM dan UMKM,” tegasnya.
Meski demikian Oji meyakini, pasca pandemi berlalu nanti, pariwisata NTB akan kembali bangkit dan bergeliat. Hal ini juga pernah terjadi saat gempa bumi melanda Lombok bulan Agustus 2018 lalu. “Saat itu, kawasan Kuta, Senggigi, dan tiga Gili, Trawangan, Air dan Meno, sempat ditutup. Begitu pula dengan pendakian Rinjani. Kunjungan wisata sepi, namun akhirnya bisa bangkit kembali,” urainya dengan nada optimis.
Menurut Bang Oji, dua bencana alam dan non alam yang mewarnai pertumbuhan pariwisata di daerah ini, menjadi pengalaman sangat berharga.
Bahwa Pemerintah Daerah, stakeholder terkait, dan pelaku industri pariwisata di NTB harus menerapkan konsep Pariwisata Berkesinambungan, membangun mitigasi, dan mampu beradaptasi.
“Selalu ada hikmah di balik bencana global, pandemi Covid-19, dan cobaan bertubi-tubi menerjang dunia Pariwisata,” ungkap Oji.
Menurut Pemilik Restoran Lumbung Ta Masbagik ini, sepinya kunjungan wisatawan saat ini bisa digunakan untuk berbenah destinasi, peningkatan kapasitas SDM di destinasi, dan penerapan Protokol Kesehatan yang memang standar Daerah Pariwisata Internasional. “Artinya ada peremajaan tempat-tempat Destinasi,” tutupnya. (Asbar)