Lombok Timur – Event Tradisi Peresean untuk menyambut hari Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2023 yang ke-78, Selasa 8 Agustus 2023 di buka oleh Camat Montong Gading H. Suwardi. Acara ini juga dihadiri oleh Kapolsek Montong Gading Iptu Pathul Munir, Dosen UIN Mataram, Tokoh Agama dan Tokoh Pemuda Desa Lendang Belo serta ribuan penonton.
“Acara ini sesuai dengan tujuannya yaitu melestarikan budaya dari nenek moyang kita yang juga sebagai ajang silaturahmi dan persahabatan,” ungkap Camat Montong Gading dalam sambutannya. Ia berharap Peresean tersebut berjalan aman dan lancar hingga nanti selama 10 hari ke depan.
Salah seorang Tokoh pemrakarsa dan pemilik penginapan Bello Bungalow yang juga ikut mensponsori acara ini, H. Surya menjelaskan kepada massmedia bahwa Event Budaya Peresean ini diselenggarakan setiap tahun. Pada tahun ini kolaborasi antara Paguyuban Tandur Sabuk Belo, massmedia.id , Bello Bungalow dan Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Partisipatif (KKP) di Desa Lendang Belo.
Menurut mantan Kepala Desa ini, bahwa peresean merupakan wujud ekspresi kebahagiaan prajurit saat menang perang. Atraksi ini sekaligus melatih ketangkasan prajurit. Masa berganti, tradisi peresean kerap dilakukan dalam upacara adat meminta hujan.
“Kini, peresean menjadi kesenian tradisional Suku Sasak untuk menghibur wisatawan,” terangnya. Khusus di Desa Lendang Belo geliat Pariwisata sudah mulai terlihat, tamu mancanegara mulai hilir mudik datang ke Desa kami,” imbuhnya.
Acara pembukaan diawali dengan Tarian dan lagu-lagu daerah yang ada di Nusantara dipersembahkan oleh Mahasiswi UIN Mataram. Setelahnya para Pengembar masing-masing mempersiapkan Pepadunya (Petarung) untuk tampil di partai pertama, yaitu antara Pepadu atas nama Ungkeng dari Tandur Sabuk Belo melawan Roni dari Montong Betok.
Pertandingan tersebut dipimpin oleh Wasit Tuan Sulil dari Lombok Tengah. Selama 2 jam penuh, lebih dari 6 pasangan para Pepadu adu ketangkasan dan skill memainkan stik saling menyerang satu sama lain. Pertandingan berjalan selama tiga ronde dan diakhiri saling rangkul sebagai tanda persahabatan. Para Pepadu mendapat saweran ratusan ribu rupiah dari para penonton.
Salah seorang Penonton Turis wanita asal Belanda, Manon Van Jaarsveld, yang ikut menyaksikan Peresean pada awalnya merasa khawatir karena ini dilihatnya ada unsur kekerasan. Tetapi setelah dijelaskan filosofi nya oleh guide Ming Lombok bahwa bila terjadi ada darah yang menetes dari para Pepadu (petarung) itu menandakan kesuburan tanah untuk pertanian dan kesejahteraan masyarakat. Setelah itu Ia enjoy menonton dan dia bilang Very Happy.
Event budaya Peresean tersebut menghadirkan para Pepadu lintas Kabupaten Se-Pulau Lombok, direncanakan akan berakhir tanggal 16 Agustus 2023 mendatang. (Asbar)