Lombok Timur – dr. Mawardi Hamry dilaporkan hilang pada 23 Maret 2016 yang lalu. Saat itu, Mawardi yang berprofesi sebagai dokter merupakan Direktur RSUD Nusa Tenggara Barat (NTB).
Polda NTB sempat menelusuri keberadaan Mawardi. Namun, pencarian dihentikan pada Tahun 2018. Pada saat itu, Kapolda NTB dijabat Brigjen Polisi Firli Bahuri, yang kini Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Polda NTB akan membuka kembali kasus tersebut jika ada bukti baru.
Pada hari ini, kamis 23 Maret 2023, genap 7 Tahun dr Mawardi dinyatakan hilang dan tidak ada kabarnya hingga kini.
Nurul Hidayati Hamry atau panggilan sehari-hari Mba Ida, adik kandung dr. Mawardi, ketika dihubungi massmedia.id via telpon Kamis 23 Maret 2023, mengatakan, keluarga besar tetap berharap mendapat kabar baik dalam keadaan hidup maupun meninggal. Ia juga berharap semoga di bulan Ramadhan 1444 H yang penuh berkah ini, segala doa yang dipanjatkan diijabah Allah SWT. Ia berharap ada mukjizat meskipun mustahil, tetapi kalau Allah sudah berkehendak yang tidak mungkin jadi mungkin “Kun Fayakun”.
“Berharap suatu hari kembali dan di manapun berada semoga selalu dalam lindunganNYA, ini Rindu tak Berujung,” ucapnya dengan lirih.
Hilangnya dr. Mawardi Hamry masih menjadi teka-teki. Keluarga bahkan yakin sang dokter masih hidup, tetapi tidak bisa pulang karena faktor tertentu.
“Kami tidak tahu, ini mungkin perasaan seorang adik saja. Insya Allah saya yakin beliau masih ada (hidup), tapi tidak tahu di mana dan apa yang dia alami,” kata Nurul Hidayati.
Mba Ida, percaya bahwa kakaknya masih hidup, tetapi mengalami sesuatu hal sehingga tidak bisa kembali ke keluarga. Ida mengungkapkan kesedihannya sekaligus upaya keluarga yang sangat ingin menemukan keberadaan dr. Mawardi.
Lebih lanjut Mba Ida bercerita pertemuan terakhirnya dengan sang dokter yang dikenal perhatian pada keluarga itu. Sebelum dikabarkan hilang pada Kamis malam, 24 Maret 2016, lima hari sebelumnya atau Sabtu, 19 Maret 2016, Ida bertemu dr. Mawardi di Jakarta saat kunjungan kerja. Karena, Ida tinggal di Jakarta, maka mereka bertemu. Ketika itu, dr. Mawardi bercerita banyak hal dan harapannya untuk rumah sakit Provinsi NTB, Bahkan, pada 24 Maret 2016, Mawardi menuturkan akan ke Solo untuk menerima penghargaan.
Sebelum balik ke Lombok beliau ke Kalimantan, saya antar ke bandara Jam 03.00 WIB, dia akan melihat lahan sawitnya di sana. “Itu pertemuan terakhir saya di Jakarta, itu terakhir saya komunikasi,” katanya dengan rasa sedih yang mendalam.
Dirinya Berharap Kaka kelima dari 13 bersaudara ini, suatu hari akan pulang, berkumpul dengan keluarga kembali,” kata Ida, tak akan pernah berhenti berjuang menemukan Mawardi. Ida mengaku akan menerima jika dr. Mawardi sudah meninggal. Namun, pihaknya berharap melihat jenazahnya. Namun, hingga kini keluarga tidak mendapatkan kabar apapun tentang kondisi Kakaknya setelah dinyatakan hilang pada 7 tahun yang lalu.
Ida Hamry mengungkapkan kesedihannya sekaligus upaya keluarga yang sangat ingin menemukan keberadaan dr. Mawardi. Tentang sayembara 200 juta yang dicanangkan keluarga besarnya beberapa tahun yang lalu, Ida Hamry mengatakan, “sayembara senilai Rp 200 juta bagi yang menemukan keberadaan dr Mawardi masih berlaku.
Keluarga tetap akan memberikan hadiah tersebut bahkan akan diberi lebih. “Itu masih berlaku sampai detik ini, asalkan jelas Kakaknya memang benar benar ditemukan, asalkan akurat, kami hanya ingin dr. Mawardi ditemukan apapun kondisinya,” ungkapnya. (Asbar)
Semoga Alloh swt memberikan kemudahan dan Alloh swt membalas ketabahan dan kesabaran keluarga didalam penantian panjang ini,,dan menjadi indah pada waktunya