Komunitas Kecial Kuning, dari Hobi hingga Bisnis Menggiurkan

Pemenang Lomba Kecial Kuning saat berfoto di Panggung sesaat setelah Pembagian Hadiah

massmedia.id, Lombok Timur – Kepopuleran burung Kecial Kuning mengalahkan burung-burung jenis lainnya di Lombok dan Sumbawa. Hal ini disampaikan beberapa waktu yang lalu oleh penggemar kecial kuning saat kontes yang diadakan seputaran Masbagik dan Pancor. Kontes Kecial Kuning atau Pleci kini sedang marak di berbagai desa di Pulau Lombok. 

Sejak 4 bulan belakangan ini,berbagai komunitas kecial kuning lombok dengan anggota puluhan hingga ratusan orang, terbentuk di berbagai pelosok Desa. “Di Kecamatan Masbagik saja lebih dari 20 komunitas, sedangkan di keseluruhan Kabupaten  Lombok Timur lebih dari 2000 penggemar kecial kuning dan kecial Jumbo,” tutur Galuh.

Anggota Komunitas ini berasal dari berbagai kalangan,dan tersebar di 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur bahkan hingga luar kabupaten,  Sumbawa dan kota Bima.

Salah satunya adalah Komunitas Kecial Kuning di Kecamatan Masbagik Lombok Timur, terbentuk pada tahun 2021, dengan nama komunitas “Big Brother”, demikian disampaikan ketua Big Brother, Galuh, saat ditemui di rumahnya, Minggu (15/3).

Dengan banyaknya Komunitas yang ada maka banyak pula yang mengadakan lomba Kecail Kuning. “Jadwal kontes kecial kuning dilaksanakan setiap hari, dalam satu hari bisa di dua tempat gantang yang berbeda sesuai jadwal yg sudah mereka buat. Komunitas-komunitas tersebut berkumpul di gantang atau tempat kontes kecial yang telah dijadwalkan pada setiap harinya,” tutur Galuh.

Ayah dua anak jebolan grup band Suck n Roll tahun 90-an ini menuturkan, Lomba kecial kuning dilakukan dengan sistem cukup sederhana. Setiap anggota yang akan ikut kontes, menyerahkan uang pendaftaran kepada pemilik gantang dengan uang pendaftaran sebesar Rp.5000 sampai Rp10.000 per satu kali naik, lomba bisa 5  sampai 8  kali naik sampai babak final. Kecial Kuning atau Pleci yang akan dilombakan, kemudian mendapatkan nomor urut, untuk kemudian menempati nomor urut tersebut yang tercantum pada gantang. 

Setelah semua siap, kemudian salah seorang anggota  komunitas membunyikan tong yang berbunyi nyaring mengitari seluruh gantang. Maka lomba kecial kuning pun dimulai dengan waktu yang disediakan sekitar 15 menit setiap Sesi. 

“Pemenang lomba atau kontes ditentukan berdasarkan jumlah banyaknya suara atau coret kicau Kecial selama 15 menit tersebut. Banyaknya kicau kecial dicatat oleh Juri  yang bertugas,” jelas Galuh

Ketua komunitas “Big Brother” ‘Galuh dari Masbagik Selatan telah sering mendapat juara baik event lokal maupun lomba se-Nusa Tenggara Barat (NTB). Ia juga pernah mengikuti lomba di kota Bima memperebutkan “Walikota Cup”, dan berhasil memborong juara Satu, juara dua dan juara tiga. Prestasi tersebut tidak didapatkan dengan mudah tapi ada kiat dan caranya sendiri dalam merawat burung Kecial Kuning  yang tidak diketahui orang lain. Ketika wartawan media ini menanyakan rahasia tersebut dengan cepat  Galuh menjawab. “Itu rahasia perusahaan,” tegasnya dengan canda khas Sang Maestro.

Galuh menuturkan burung yang dinamakan “Monster’ dan “Mbah Google”, sudah berkali kali menjadi juara, seraya memperlihatkan Piagam dan Piala yang berderet di rumahnya. “Khusus burung Cangklikan pernah meraih Juara Satu se-NTB,” tegasnya dengan bangga. 

Untuk menekuni hobinya ini tidak murah, harga burung relatif, bisa ratusan ribu sampai jutaan rupiah dan harga sangkar burung bahan pvc kecil untuk jenis Kecial ini dari harga terendah 200 ribu hingga tertinggi 700 ribu rupiah. Namun setelah burung kecial jadi juara maka harga jual dari burung tersebut bisa meningkat dari 15 juta sampai 60 juta. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *