Lombok Timur – Maulid Adat Gama yang menjadi salah satu dari bagian kegiatan Pesona Budaya Desa Pengadangan yang ke 5 digelar, Sabtu (8/10). Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Jami’ Fathurrahman Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela. Maulid Adat Gama Desa Pengadangan sendiri merupakan penggabungan dua kata adat dan agama yakni semua adat istiadat desa pengadangan, serta tradisi yang diangkat berlandaskan agama.
Menurut Sekretaris Desa Pengadangan Amrul Arahap menjelaskan bahwa maulid adat gama sendiri sebagai bentuk untuk mengimplementasikan serta menunjukkan budaya dan adat istiadat desa pengadangan, serta tradisi yang diangkat berlandaskan nilai-nilai keagamaan. Yang mana acara maulid adat gama tersebut nantinya diisi dengan beberapa kegiatan.
“Kegiatan dilaksanakan mulai dari bershalawat melibatkan kurang lebih 5000 warga pengadangan digelar di Masjid pada malam hari. Kegiatan dilanjutkan pada pagi harinya dengan sunatan massal, Ngengurisang, Sembeq Buraq Kyai, Praja Mulud, Ngangkat Klakat yang dilakukan oleh 444 pemuda, dan terakhir Begibung atau makan bersama,” jelasnya.
Ia juga mengatakan tujuan dari Maulid Adat Gama desa Pengadangan yang dilaksanakan tersebut untuk melestarikan adat istiadat, menguatkan tali silaturahmi yang ada di Desa Pengadangan. Selain itu tujuan pelaksanaan kegiatannya adalah berdakwah, mengenalkan budaya dan agama kepada seluruh pemuda yang ada di desa Pengadangan supaya nantinya mereka mengenal budaya asli desa Pengadangan.
“Maulid adat gama yang diadakan ini sebagai bentuk untuk melestarikan adat istiadat, menguatkan tali silaturahmi yang ada di desa pengadangan. Melalui kegiatan ini juga diharapkan akan mampu menguatkan Desa Pengadangan menjadi Desa wisata dengan menunjukan budaya yang ada, kearifan lokal, keagamaan, serta potensi yang dimiliki oleh desa Pengadangan. Dengan kegiatan ini pula para pemuda dapat mengenal budaya asli daerah Desa Pengadangan, ” ungkapnya.
Selain itu Amrul Arahap menjelaskan dalam Praja Mulud nantinya terdapat tiga anak kecil didandani berdasarkan nilai-nilai keagamaan, filosofis serta makna budaya setempat, diiringi gamelan dengan jenis pukulan lima yang berangkat dari rumah Kepala Desa menuju ke Masjid. Ketiga anak tersebut diangkat oleh warga dengan tangan kosong. Kegiatan dilanjutkan Ngangkat Klakat atau tempat makanan berbentuk segi empat terbuat dari bambu yang memiliki makna tertentu yang dilakukan oleh 444 pemuda.
“Pada praja mulud yang diadakan nanti terdapat tiga anak kecil yang didandani dan diangkat oleh warga dengan tangan kosong dibawa menuju ke Masjid, diiringi oleh gamelan beleq jenis pukulan lima yang berjalan dari rumah pak kepala desa. Setelah itu dilanjutkan dengan Ngangkat Klakat atau tempat makanan yang berbentuk segi empat yang terbuat dari bambu dengan dihiasi oleh hidangan sederhana di atasnya, itu digotong dari 4 penjuru desa pengadangan yang dilakukan oleh 444 pemuda,” jelasnya.
Selain itu juga ia menjelaskan tentang Sembeq Buraq Kyai atau yang dikenal dengan pelantikan kyai, yang mana di Desa Pengadangan sendiri masih diterapkan dwi tunggal atau kepemimpinan yang tidak hanya kepala desa melainkan juga kyai.
“Khusus untuk Sembeq Buraq Kyai atau pelantikan Kyai dilakukan karena di Desa Pengadangan masih diterapkan dwi tunggal yakni untuk kepemimpinan tidak hanya Kepala Desa melainkan juga Kyai. Kepala Desa fokus pada pemerintahan sedangkan Penghulu Desa yakni Kyai yang dilantik khusus dalam bidang keagamaan. Pada penghujung acara kegiatan begibung atau makan bersama dilaksanakan,” jelasnya. (Ozie)