Cita – Cita Rupiarder Menjadi Milyarder

Hi beban keluarga, nama saya Thomas. Saya punya istri namnya Sainah dan kami punya 1 orang anak namanya Artur yang sangat saya sayangi melebihi sayanganya saya pada 2 ekor ayam di rumah yang sudah 2 hari tidak saya kasih makan.

Saya hidup di kota yang sangat sibuk, kota dimana uang menjadikan manusia sebagai budak. Awalnya saya punya cita – cita menjadi mapia seperti film kesukaan saya “Peaky Blinders”. Yah, tapi karna zaman dan cuaca yang tidak mendukung, membahagiakan keluarga yang menjadi prioritas pertama saat ini.

Pada pukul 07.26, seperti biasa di kota yang sibuk yang hanya memikirkan duniawi, kita sebut saja “Kota Money”. Saya mencoba dagang alat pengecek tulang yang selalu saya tawarkan ke rumah sakit di kota ini. Tapi karna hampir seluruh rumah sakit sudah punya alat seperti ini bahkan lebih canggih, alat-alat saya pun sulit laku. Saya gak mau menyerah, demi kehidupan anak istri saya sebagai kepala keluarga tidak boleh menyerah. Anak saya sekarang saya titip di panti asuhan karna istri saya tidak pernah ada waktu untuk mengurus si Artur. Istri saya bekerja di tempat laundry di pusat kota yang jam kerjanya sangat padat sehingga dia selalu pulang larut malam.

Tibalah disuatu malam ketika Sainah baru pulang kerja, tanpa ada kata pembuka Sainah marah-marah tidak biasanya yang di picu oleh sedikinya pendapatan uang dari saya dan bilang kalau saya tidak becus ngurus keluarga yang diakhiri dengan minta cerai dan cerai. Karna telinga saya sudah bosan dengar Sainah bilang cerai, “baiklah kita CERAI”. Tapi ingat jangan menyesal saya akan sukses.

Seperti biasa pagi-pagi saya mengatar Artur ke panti dan hari ini saya melamar pekerjaan diperusahaan besar, berkat doa ibu sayapun diterima “Alhamdulillah”. Ujian hidup saya belum berakhir, saya sudah boleh mulai kerja akan tetapi saya tidak dapat gaji dulu sebelum 6 bulan. Sempat kaget dan stress dengan keputusan perusahaan, tapi karna ini kesempatan besar dan langka, mau tidak mau saya harus putar kepala untuk mendapatkan uang untuk makan selama 6 bulan ke depan. Satu-satunya cara dengan menjual alat pemeriksa tulang yang saya punya.

Lima bulan berlalu dan satu bulan lagi saya sudah bias dapat gaji pertama. Tapi sisa uang yang saya punya sekarang tinggal Rp 250.000 yang tentu saja tidak cukup untuk keprluan sehari-hari. Karna sibuk dengan pekerjaan dikantor yang akan membuat saya pulang malam dan Artur tidak ada yang menjemput diPanti dengan terpaksa saya meminta tolong kepada mantan istri saya untuk menjemput dan lagi membuat saya dikatakan ayah tidak becus. Karna alat-alat yang saya jual tidak laku-laku dan uang sudah benar-benar mau habis saya rela menjual Ginjal saya demi uang untuk mencukupi hidup. Hari silih berganti, saya bertemu dokter diperjalanan menuju kantor, kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk menawarkan alat-alat yang saya punya dan akhirnya terjual. Ketika itu dokter sedang memeriksa alat-alat saya, eh malah alatnya tiba-tiba rusak dan tidak jadi laku. Perjuangan saya tentu saja tidak sampai di situ besoknya saya perbaiki alat itu sampai berfungsi lagi hingga saya tawarkan lagi sampai mendpatkan uang dan alat itu terjual.

Enam bulan berlalu hari ini saya bias mendapatkan gaji pertama saya. Antara senang dan haru saya tidak bias menjelaskan perasaan saya sekarang diam-diam bos saya selama 6 bulan ini memperhatikan saya dan bilang kalau saya pekerja keras, punya semngat yang tinggi dan disiplin. Entah saya mimpi apa semalam, bos menaikkan jabatan saya menjadi Manager di kantor. Akhirnya saya bias buktikan pada mantan istri saya kalau usaha-usaha yang sudah saya lakukan dengan sungguh-sungguh dan niat yang baik akan mendapat hasil yang baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *