Lombok Timur – Anyaman yang merupakan bagian dari kerajinan, merupakan serat yang dirangkai hingga membentuk benda yang kaku. Anyaman dapat dibuat dari bahan yang berasal dari bahan alami dan juga bahan buatan. Contoh bahan alami yang digunakan yaitu lidi kelapa, rotan, dan bambu. Sementara itu untuk bahan buatan dapat berupa plastik, kertas dan lainnya.
Anyaman lidi merupakan anyaman yang cukup unik karena tidak banyak ditemukan di daerah lain. Di Lombok Timur bisa ditemukan di Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik yang menjadi sentra produksi kerajinan lidi. Salah satu kelompok yang menghasilkan kerajinan anyaman lidi adalah di Bina Keluarga Remaja (BKR) dipimpin oleh Majerun.
Kerajinan lidi di Lendang Nangka didirikan oleh Majerun pada tahun 2002. Nama tempat usahanya adalah BKR (Bina Keluarga Remaja) masa depan Lendang Nangka. Sebelum menekuni pembuatan anyaman lidi, Ia bekerja sebagai pengurus kelompok Tani tetapi dirinya tidak punya sawah.
Ketika ada pelatihan, kerjasama Pertanian dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lombok Timur, Ketua Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian mengikutkan dirinya (Majerun) untuk ikut menjadi peserta Pelatihan.
Kesempatan baik ini tidak disia-siakan oleh Majerun. Ia ikuti pelatihan hingga dirinya mahir menganyam lidi dalam berbagai bentuk. Karena dalam benaknya bahan baku lidi ini melimpah di lombok.
Ilmu hasil dari pelatihan diterapkan secara mandiri di rumahnya. Sejak itulah Majerun mulai membuat satu jenis produksi piring makan dari lidi atau sering disebut inke.
Setiap tahun Majerun punya ide untuk mengembangkan motif yang berbeda-beda. “Alhamdulillah sekarang bisa produksi puluhan jenis anyaman dari lidi, berbagai jenis barang atau pernak pernik dapur seperti piring makan, tempat menyimpan buah-buahan, tempat sendok, tempat tisu lipat, rak bumbu, tempat nasi/ponjol, tas dari lidi, hiasan dinding, tenun lidi, tempat Aqua gelas dan banyak lagi yang lainnya,” terangnya.
Namun di awal merintis dari Tahun 2002 sampai 2006 produksi bertambah namun usahanya terkendala dengan pemasaran. Pada tahun 2007 Majerun berkesempatan ikut pameran Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) ke Palembang. Dari situ mulai banyak dikenal, karena sewaktu pameran Ia sebar banyak brosur ke semua Stand Provinsi-provinsi lain.
Lima bulan setelah mengikuti Pameran KTNA kemudian ada yang telpon dari Bangka, Jambi, Batam, minta dikirimi barang. “Sejak itulah silaturahmi tidak putus. Sampai saat ini pesanan tetap ada bahkan yang minta 1 kontainer ke Korea dan kebetulan sudah berjalan kontraknya sampai tanggal 27 Juli 2024,” katanya.
Saat ini Majerun sering mengikuti Pameran produk UMKM di Jakarta dan Palembang, Pelatihan Manajemen Usaha, bahkan pelatihan Pemasaran on-line. Ia juga menularkan usahanya kepada anak-anaknya.
Diakuinya mengenai bahan baku Ia merasa tidak kesulitan untuk mendapatkan. Justru yang menjadi kendala adalah orang yang mau mengerjakan anyaman ini. “Insyaallah tidak kesulitan, yang jadi kendala saat ini Sumber Daya Manusia (SDM ) yang masih kurang. Permintaan barang tidak sebanding dengan pengrajin yang produksi. Sementara ini pegawai yang dibina hanya 20 orang,” sebutnya. (Asbar)