TK Rinjani Tetebatu Siap Menyambut Penilaian UNWTO 2021

Lombok Timur – Taman Kanak-kanak (TK) Rinjani Tetebatu di bawah Yayasan Putri Rinjani Bangkit ikut menyambut dan menyukseskan Tetebatu Juara dalam ajang Best Tourism Villages (BTV) United Nation World Tourism Organization (UNWTO) 2021. Demikian disampaikan Husniati, Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Rinjani TeteBatu Kepada Wartawan media ini ketika di temui di kantornya, Jum’at (24/9).

TK Rinjani Tetebatu berdiri sejak tahun 2011 di dusun Orong Gerisak Desa Wisata Tetebatu Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur. Pada awalnya, Husniati mendirikan Taman Kanak-kanak ini dengan memanfaatkan bangunan yang tidak terpakai, berukuran 6 x 8 meter.

 “Di dusun Orong gerisak ini cukup banyak anak usia PAUD yang tidak mendapatkan layanan sesuai dengan usianya,” ungkap Husniati.

Berbagai alasan mendasari pendirian TK Rinjani ini. Di antaranya, sekolah terlalu jauh dan jalan masih jalan tanah saat itu, banyak anak yang orang tuanya pergi ke ladang atau bekerja menjadi TKW keluar Negeri, atau para wisatawan yang pergi tour tapi ke daerah agak berbahaya untuk anak kecil sehingga mereka menitipkannya di TK Rinjani Tetebatu.

Seorang Anak Wisatawan yang dititip di TK Rinjani

Di samping itu, lanjut Husniati, Karena TK Rinjani Tetebatu berdirinya di daerah tujuan wisata tentunya pengajar mengajarkan dasar kepariwisataan, seperti ketika ada tamu datang atau menginap, diajaklah 4 atau 5 anak jalan-jalan. Ia mencontohkan, sekedar that’s coconut, that’s papaya, that’s monkey, kadang juga menyapa tamu walau hanya say hello.

“Dan anak anak juga mengajak ke hutan sekedar cari pakis kemudian cooking class walau cuma buat urap-urap yang penting mereka sudah bisa menyapa ketika ada tamu asing datang,” ujarnya dengan penuh semangat.

Pada tahun 2018 terjadi musibah gempa bumi, bangunan TK Rinjani Tetebatu roboh, rata dengan tanah. Dari Pemerintah hanya mendapat bantuan tenda untuk tetap mengajar agar anak di pengungsian saat itu tetap bisa belajar. Beberapa temannya dari daerah lain membatu trauma healing sekaligus bermain menghilangkan trauma. 

Ibu dari empat orang anak ini tidak patah arang, dengan berbagai upaya dan cara TK Rinjani harus berdiri kembali. Itu modal kekuatan dirinya untuk bangkit.

Selama berbulan-bulan mengajar di dalam tenda, Husniati juga menjual duren miliknya untuk dijual dengan moto “Makan Sepuasnya Bayar Seikhlasnya”  dan dikenal dengan nama “Durian WhatsApp”.

“Karena kalau saya minta bantuan ke Pemerintah saat itu terlalu banyak di Lombok ini yang terdampak makanya saya punya inisiatif untuk buka promo makan sepuasnya bayar seikhlasnya,” tuturnya.

Agen BRILink dengan cara mereka sendiri juga membantu promosikan makan durian sepuasnya bayar seikhlasnya. Sehingga orang dari luar daerah datang untuk membuktikan. Dari hasil durian tersebut sedikit demi sedikit dikumpulkan untuk membangun TK Rinjani Tetebatu.

Rombongan Wisatawan Jepang yang berkunjung ke Desa Tetebatu

Ketika ada rombongan wisatawan dari Jepang datang, salah satu bertanya padanya, kenapa kamu tukar durian dengan amplop, kan kamu tidak tau berapa isinya? Dengan pertanyaan tersebut Husniati menjelaskan bahwa dirinya sedang mencari donatur melalui makan durian sepuasnya bayar seikhlasnya, lalu orang Jepang itu menjawab bagaimana kamu bisa untung kalau uangnya tidak terlihat?

Tetapi setelah itu mereka mengerti keesokan harinya datang lagi dan berkata nanti setelah lebaran kamu bangun lagi TK Rinjani Tetebatu ini sekaligus mendonasikan 1000 Yen kalau dirupiahkan sekitar 135 juta, dengan rasa syukur dan penuh haru Husniati memeluk seraya mengucapkan terimakasih.

Pada Bulan Juli 2019 mulailah TK Rinjani dibangun kembali dengan ukuran lebih luas menjadi 8 x 9 meter. 

Awal membangun sekolah ini, Husniati menjemput calon anak muridnya ke rumah mereka, door to door mulai jam 6 pagi. Itu semua dilakukannya hanya ingin membuka mata hati masyarakat di sana agar mau menyekolahkan anaknya sejak dini.

Sampai saat ini, muridnya 57 orang hanya sekitar Orong Gerisak saja. Usia muridnya dari usia 4 tahun  sampai 6 tahun.

Sebagai Kepala Sekolah, Husniati atau sering dipanggil Ibu Aly telah mengajar di TK Rinjani selama 10 tahun sejak tahun 2010. Dulu waktu sendiri mengajar terang Husniati sampai 7 tahun uang SPP hanya Rp. 5,000 per bulan. Setelah 5 orang yang bantu mengajar, iuran SPP naik menjadi Rp. 15,000 Rupiah per orang.

“Walaupun gempa melanda wabah corona tak kunjung usai, saya tetap berdiri tegak untuk menyambut penilaian Tetebatu menjadi Desa Wisata terbaik oleh UNWTO tahun 2021, dan untuk  menyelamatkan anak bangsa,” tutupnya. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *