Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Berorientasi HOTS dengan Pendekatan Saintifik Model Problem Based Learning

Oleh: Zamroni Syahdan, S.Pd

Guru SMP IT ASH-SHAMADI

 

PENDAHULUAN

Situasi dan Kondisi yang Terjadi

Kurikulum 2013 merupakan standar acuan pada pendidikan nasional. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia kurikulum 2013 merupakan mata pelajaran yang berkaitan antara satu dengan lainnya misalnya pada materi puisi berkaitan dengan PKN pada dalam hal patriotisme dan nasionalisme.

Pada kurikulum 2013 guru menggunakan buku siswa dan buku guru. Sebagian besar guru menyakini bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan di kelas karena diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun pada praktiknya, guru kesulitan karena tidak sesuai dengan situasi, kondisi, dan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan materi. Dengan demikian proses berpikir siswa masih dalam level C1 (mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidak pernah melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/ HOTS).  Dampaknya, suasana pembelajaran di kelas kaku dan monoton sehingga siswa menjadi kurang bergairah dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu juga, masih digunakan metode ceramah sebagai model utama dalam melakukan pembelajaran di kelas.

Berdasarkan fakta di atas, diperlukan model yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan membuat siswa ceria saat proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran problem based learning. Pada model pembelajaran ini siswa dituntut berperan aktif saat proses terjadinya pembelajaran. Misalnya, siswa diajak mengamati hingga mengembangkan dan menyajikan hasil.

Setelah melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan model PBL, penulis menemukan adanya perubahan dan peningkatan yang signifikan Praktik pembelajaran PBL yang berhasil baik ini penulis simpulkan sebagai sebuah best practice (praktik baik) pembelajaran berorientasi HOTS dengan model  problem based learning (PBL).

Landasan Teori

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia V versi daring, pengertian yang sesuai dengan konteks Best Practice ini menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang atau membuat surat) dengan tulisan. Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irima, rima, serta penyusunan larik dan bait. Sedangkan strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Jenis Kegiatan

Kegiatan yang dilaporkan dalam Best Practice ini adalah kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia yang berorientasi HOTS dengan pendekatan saintifik model Problem Based Learning.

Tujuan dan Sasaran

Tujuan penelitian best practice ini adalah untuk mendeskripsikan pengalaman terbaik penulis dalam mendeskripsikan pengalaman terbaik penulis dalam menerapkan pembelajaran yang  berorientasi higher order thinking skills (HOTS). Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas VIII semester 1 SMP IT Ash-Shamadi NW Tanak Maik.

Manfaat Kegiatan

Manfaat penelitian Best Practice ini adalah untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia yang berorientasi HOTs dengan pendekatan saintifik model problem based learning pada materi teks puisi kelas VIII di SMP IT Ash-Shamadi Tanak Maik.

PELAKSANAAN KEGIATAN

Bahan/Materi Kegiatan

Materi  yang digunakan dalam Best Practice  pembelajaran ini adalah materi  kelas VIII semester 1 Teks Puisi yang merupakan pembelajaran Kompentensi Dasar Bahasa Indonesia berikut ini.

KD 3.7 Kompetensi Pengetahuan

Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi (perjuangan, lingkungan hidup, kondisi sosial dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca.

KD 4.8 Kompetensi Keterampilan

Menyimpulkan unsur-unsur pembangun dan makna teks puisi perjuangan, lingkungan hidup, kondisi sosial dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca.

Cara Melaksanakan Kegiatan

Cara yang digunakan dalam pelaksanaan Best Practice ini adalah menerapkan pembelajaran berorientasi HOTS dengan model pembelajaran Problem based learning.

Berikut ini merupakan langkah-langkah pelaksanaan Best Practice yang telah dilakukan penulis.

  1. Pemetaan KD

Pemetaan KD dilakukan untuk menentukan pasangan KD yang dapat diterapkan dalam pembelajara bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil telaah KD yang ada di kelas VIII, penulis memilih teks puisi pada KD 3.7 dan 4.7.

  1. Analisis dan target kompetensi

Hasil analisis target kompetensinya sebagai berikut.

KD Pengetahuan

3.7. Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi (perjuangan, lingkungan hidup, kondisi sosial dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca.

Target KD

  1. Mengidentifikasi unsur fisik puisi yang dibaca/didengar.
  2. Mengidentifikasi unsur batin puisi yang dibaca/didengar.

KD Keterampilan

4.7. Menyimpulkan unsur-unsur pembangun dan makna teks puisi perjuangan, lingkungan hidup, kondisi sosial dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca.

Target KD

  1. Menyimpulkan unsur-unsur pembangun teks puisi yang dibaca/didengar.
  2. Menyimpulan makna teks puisi yang dibaca/didengar
  3. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi

KOMPETENSI DASAR

  • Mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi (perjuangan, lingkungan hidup, kondisi sosial dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca.

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

  1. Mengidentifikasi unsur fisik puisi yang dibaca/didengar.
  2. Mengidentifikasi unsur batin puisi yang dibaca/didengar.

KOMPETENSI DASAR

4.7. Menyimpulkan unsur-unsur pembangun dan makna teks puisi perjuangan, lingkungan hidup, kondisi sosial dan lain-lain) yang diperdengarkan atau dibaca.

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

  1. Menyimpulkan unsur-unsur pembangun teks puisi yang dibaca/didengar.
  2. Menyimpulan makna teks puisi yang dibaca/didengar
  3. Pemilihan Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dipilih adalah problem based learning (PBL) dengan tahapan:

Orientasi siswa pada masalah

Pertama, sampaikan pada siswa tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian, sajikan sebuah masalah yang harus dipecahkan siswa. Masalah digunakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan analisis, juga inisiatif.

Mengorganisasi siswa

Pada tahapan ini siswa dibagi menjadi beberapa kelompok  Setiap anggota dalam kelompok akan menyampaikan informasi yang sudah dimiliki perihal masalah yang ada. Kemudian, akan terjadi diskusi yang membahas informasi faktual, dan juga informasi yang dimiliki setiap siswa. Nah, di sinilah brainstorming dilakukan. Peran guru adalah membantu siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang relevan dengan masalah yang disajikan.

Membimbing penyelidikan

Mendorong siswa dalam pengumpulan informasi yang relevan, melaksanakan eksperimen, dan siswa mampu memecahkan sebuah permasalahan.

Mengembangkan hasil karya

Membantu siswa ketika proses perencanaan dan penyajian karya. Pada pembelajaran di kelas. Siswa melakukan presentasi hasil dari diskusi bersama kelompoknya

Analisis dan evaluasi

Arahkan siswa untuk melakukan refleksi dan evaluasi dalam setiap proses yang dijalankan dalam penyelidikan. Kelompokkan bagian yang sudah dianalisis keterkaitannya satu dengan lain. Manakah yang paling menunjang, bertentangan, dan lain-lain.

Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model Problem Based Learning.

Tahapan Pembelajaran: Orientasi

Kegiatan Pembelajaran

  1. Peserta didik mengamati teks puisi yang berjudul Diponegoro yang ditayangkan melalui proyektor/LCD (berpikir kritis)
  2. Peserta didik menanyakan hal-hal yang tidak dipahami melalui pengamatan teks (berpikir kritis, komunikasi)

Alokasi Waktu: 5 menit

Tahapan Pembelajaran: Organisasi

Kegiatan Pembelajaran

  1. Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok.
  2. Peserta didik menerima LKPD melalui WAG dan dipelajari secara berkelompok

Alokasi Waktu: 5 menit

Tahapan Pembelajaran: Penyelidikan

Kegiatan Pembelajaran

  1. Pendidik membimbing peserta didik mengumpulkan informasi terkait materi mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi. (tanggung jawab, literasi digital, komunikasi, kolaborasi)
  2. Peserta didik menanyakan hal-hal yang tidak dipahami saat pengumpulan informasi. (berpikir kritis, komunikasi)

Alokasi Waktu: 10 menit

Tahapan Pembelajaran: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil

Kegiatan Pembelajaran

  1. Secara berkelompok, peserta didik mendiskusikan informasi yang diperoleh untuk persiapan memecahkan masalah, (kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, teliti).
  2. Peserta didik mengerjakan LKPD secara berkelompok. (kolaborasi, komunikasi, berpikir kritis, teliti).
  3. Peserta didik mempresentasikan dan kelompok lain memberikan tanggapan. (komunikasi, berpikir kritis, teliti, santun).

Alokasi Waktu: 20 menit

Tahapan Pembelajaran: Analisis dan Evaluasi

Kegiatan Pembelajaran

  1. Peserta didik bersama pendidik menyepakati jawaban yang benar
  2. Peserta didik diberi penguatan oleh pendidik dengan menyampaikan teori lengkap
  3. Peserta didik diminta
  4. Peserta didik mengumpulkan hasil untuk dievaluasi

Alokasi Waktu: 10 menit

Berdasarkan hasil kerja 1 hingga 5 di atas kemudian disusun rencana pembelajaran (RPP) yang komponennya sudah mengacu pada permendikbud no 22 tahun 2017. RPP disusun dengan mengintegrasikan kegiatan literasi, penguatan pendidikan karakter (PPK), dan kecakapan abad 21, seperti berikut ini. (terlampir)

Media dan Instrumen

Media pembelajaran yang digunakan dalam Best Practice ini adalah video teks puisi dan PPT yang ditayangkan melalui proyektor serta buku siswa sebagai penunjang. Instrumen yang digunakan dalam Best Practice ini ada 2 macam yaitu instrumen untuk mengamati proses pembelajaran  berupa lembar observasi dan  instrumen untuk melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan  tes tulis  uraian singkat.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 September 2020 bertempat  di SMP IT Ash-Shamadi NW Tanak Maik pada siswa kelas VIII.

HASIL KEGIATAN

Hasil

Adapun hasil yang dilaporkan dari Best Practice ini diuraikan sebagai berikut:

  1. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan dengan menerapkan pembelajaran saintifik berbasis Problem Based Learning (PBL) belangsung aktif dan terjadinya interaksi antara guru dan siswa yang lebih. Siswa lebih aktif merespon dan mengajukan pertanyaa kepada guru. Kelas yang biasanya didominasi oleh guru berubah dengan adanya keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
  2. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan dengan menerapkan pembelajaran saintifik berbasis problem based learning (PBL) terbukti meningkatkan kemampuan belajar siswa. Siswa menonton video teks puisi dan dilanjutkan dengan mengidentifikasi teks puisi, siswa akan jauh lebih memahami unsur fisik dan batin ada teks puisi. Pemahaman ini menjadi dasar siswa dalam mempelajari unsur fisik dan unsur batin pada materi teks puisi . Pemahaman ini membantu siswa dalam mengembangkan dan menyajikan LKPD yang dikerjakan secara
  3. Pembelajaran Bahasa Indonesia penerapan pembelajaran saintifik berbasis problem based learning (PBL) meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat dengan kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan saat pembelajaran dan mengembangkan hasil berupa presentasi dari hasil LKPD.

Pada pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis tanpa menggunakan berorientasi pada Problem Based Learning (PBL) suasana kelas cenderung monoton yang didominasi oleh guru. Penyajian materi dengan pola deduktif yaitu diawali dengan ceramah tentang materi yang dipelajari, pemberian tugas dan pembahasan membuat siswa cendrung jenuh berbeda dengan pola induktif yang memulai dari mengamati contoh teks puisi yang kemudian berdiskusi dan presentasi membuat siswa terbiasa untuk berpikir kritis terhadap suatu permasalahan.

  1. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem). Siswa terbiasa memikirkan masalah (problem) bukan hanya di sekolah namun juga kehidupan nyata.

Pada pembelajaran sebelumnya yang dilakukan penulis menggunakan buku guru dan buku guru dalam melaksanakan pembelajaran, kadang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada sekolah. Sedangkan pada Problem Based Learning media yang digunakan media visual maupun media audiovisual dengan pemamfaatan teknologi TPACK sehingga siswa seperti merasakan langsung dan pembelajaran terasa menyenangkan.

Masalah yang Dihadapi

Adapun masalah yang dihadapi pada penelitian ini sebagai berikut.

  1. Siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran pendekatan saintifik berbasis Problem Based Learning (PBL), siswa terbiasa dengan pembelajaran mengingat dan menghafal pada model pembelajaran sebelumnya.
  2. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Problem Based Learning masalah yang dihadapi juga membutuhkan perangkat gawai serta kuota internet untuk mencari informasi karena terbatasnya stok ketersediaannya buku pada perpustakaan sekolah.
  3. Pada pembelajaran Problem Based Learning (PBL) guru harus menyiapkan media dan alat yang pembelajaran yang sesuai, sebelumnya hanya menggunakan buku guru dan buku siswa. Dengan tujuan memperoleh antusias dan pembelajaran yang menyenangkan dan siswa ceria saat berada di sekolah.

Cara Mengatasi Masalah

Adapun cara mengatasi permasalahan di atas sebagai berikut.

  1. Guru memberikan penjelasan tentang pentingnya pembelajaran dengan Problem Based Learning tentang apa, bagaimana, mengapa, dan manfaat belajar berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS). Pemahaman dan kesadaran akan pentingnya HOTS dalam pembelajaran akan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.
  2. Guru menyiasati gawai dengan kuota internet dalam mencari informasi tidak hanya di sekolah namun juga dengan menggali inormasi dari mana saja termasuk di rumah.
  3. Guru harus menyiapkan dan belajar lebih tentang teknologi dan informasi agar pembelajaran yang menyenangkan dan siswa aktif menjadi kenyataan.

KESIMPULAN

Simpulan

Adapun simpulan pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL) dengan berorientasi pada HOTs ini layak dijadikan Best Practice (Praktik Baik) karena dapat meningkatkan kemampuan siswa yang meliputi Transfer Knowledge (Transfer Pengetahuan), critical thinking (Berpikir Kritis) dan Problem Solving (Pemecahan Masalah). Selain itu, dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat, pembelajaran Bahasa Indoneia dengan pendekatan saintifik  model pembelajaran problem based learning yang dilaksanakan tidak sekadar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21 yaitu pemanfaatan teknologi.

Rekomendasi

Adapun hasil Best Practice ini adalah guru harusnya berinovasi yang kontekstual dengan keadaan siswa dengan memamfaatkan teknologi serta informasi yang merupakan tuntutan abad 4.0. Guru tidak hanya terkurung dalam buku guru dan buku siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Dengan pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis problem Based Learning ini siswa diharapkan mampu menerapkan kemamuan berpikir tingkat tinggi sehingga daya ingat menjadi lebih lama terhadap materi. dan rekomendasi yang terakhir, sekolah harusnya mendorong agar semua guru menerapkan pembelajaran berbasis HOTS agar kemampuan berpikir kritis siswa semakin terasah.

 

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian kebudayaan dan republik Indonesia.2016.Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

https://media.neliti.com/media/publications/287750-metode-penerapan-model-pembelajaran-prob-b6fb960b.pdf

https://fatkhan.web.id/pengertian-dan-langkah-langkah-model-problem-based-learning/

https://www.ruangguru.com/blog/tingkatkan-keaktifan-siswa-dengan-metode-pembelajaran-problem-based-learning

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *