Lombok Timur – Kelompok kerja kesenian yang mengatasnamakan diri mereka sebagai sebuah gerakan, mempersembahkan kepada khalayak pecinta musik dari berbagai kalangan untuk menikmati pagelaran “diluar jendela” dengan tagline baru “yang datang menjadi seseorang”.
Sebuah karya seni musik untuk para pengkarya (musisi non cover) diadakan setiap minggu dari satu cafe ke cafe lainnya yang ada di Lombok Timur.
Yuspianal Imtihan, M.Sn, selaku konseptor acara di luar jendela, menjelaskan bahwa dengan menggelar acara ini, maka ini adalah peluang baru, sangat tepat bila dimaksimalkan guna menumbuhkembangkan semangat para musisi indie Lombok, agar mereka tetap terus berkarya melalui lagu-lagu original ciptaan sendiri.
Sederet ide, gagasan, konsep, bentuk penyajian dan keterlibatan para kerabat kerja lintas komunitas, lintas genre dan lintas media akan terus di update agar capaian mereka untuk setiap minggunya bisa menghibur tamu yang hadir.
Sebab program ini sendiri dicanangkan juga untuk mewujudkan perkembangan musik orisinil (non cover) yang lebih dinamis, yang lahir dari para musisi indie Lombok,” jelas Yuspianal.
Sementara itu, Direktur Program acara di luar jendela, Amaq Bunchen, menyatakan bahwa goals program ini menginginkan karya seni musik dari berbagai bidang seni orisinil lainnya di Lombok akan lebih punya dinamika dan visibility yang baik kedepannya.
Sebagai sebuah ruang bagi para pengkarya yang lebih ramah, lebih aman dan lebih tertata untuk mengekspresikan karya-karya para seniman yang terlibat dalam gerakan ini.
Lebih Lanjut kata Bunchen,”Kami bergerak dari titik ketitik dan sudah di titik ketiga, program ini dimulai awal bulan Februari 2023 dan akan terus berlanjut menuju titik berikutnya.
Di lokasi yang sama manajer program acara ini, bung Hay Sisik mengatakan, “Meskipun sampai titik ketiga ini, tim kami belum ada sponsor yang sudah siap menyatakan diri untuk kelancaran kegiatan ini, tidak menutup kemungkinan di titik berikutnya akan ada tuntutan untuk itu. Pada saat ini kami tetap optimis, bahwa gerakan ini memang harus lebih kreatif lagi untuk menuntaskan di titik berikutnya.
Dari perkembangan pada tiga titik ini, saya melihat kehadiran dan antusiasme para musisi sudah lebih hebat, lebih mandiri, lebih percaya diri dan lebih berani lagi mempresentasikan karya-karya orisinil mereka. Ini diibaratkan perayaan untuk menyambut kehadiran karya baru, support systemnya untuk saling mengapresiasi sudah jalan,” jelasnya.
Menurut data yang sudah masuk program ini direncanakan di 20 titik agar tidak membosankan atau monoton akan menjadi hal yang sangat prioritas akan kami tawarkan nantinya.
Kami berkomitmen memberikan sentuhan baru tiap minggunya. Bila sementara yang sedang berjalan ini masih berupa pagelaran musik yang dilaksanakan satu kali dalam seminggu di isi musisi yang memiliki setidaknya dua karya lagu.
Ke depan, untuk kegiatan di Luar Jendela ini tidak hanya berfokus dalam pertunjukan musik saja, tetapi akan menyasar cabang seni lainnya, seperti seni instalasi, photografer, videografer, teater, tari, seni pembuatan film yang akan difasilitasi melalui workshop-workshop oleh para filmmaker,” terangnya.
“Ya intinya program Di Luar Jendela ini lebih mungkin dijadikan ikon seni musik dan berbagai seni lainnya. Pungkas Sam Ambon selaku konseptor dalam gerakan ini.
Di panggung Jelly Potter Sabtu malam (18/02) Tim Di Luar Jendela menghadirkan beberapa musisi Lombok Ada Joy Akbar, Den Aero dan Alfian Bakti yang menyuguhkan karya-karya mereka yang bertemakan percintaan, Sam Ambon yang fokus membicarakan cerita-cerita sekitar kita lewat lantunan musik dan suara vokalnya yang khas, Pe Wira yang kerap menghipnotis penonton dengan menyuguhkan karya bertema sosial yang cukup sarkas, Armonica menyuguhkan karya menyuarakan isu lingkungan sedang untuk kelompok musik terakhir yakni Lock Blok, kelompok musik yang menyasar aliran musik psychedelic sebagai gagasan utama mereka, yang juga sangat andil untuk mengidentifikasi kelompoknya, mereka berhasil menutup perhelatan semalam dengan sangat sempurna dan berkesan dihati siapa saja yang datang. (*)