Seni  

Mengintip Usaha Kreatif Pembuatan Alat Musik Ketongkeq di Sanggar Seni Banaspatiraja

Lombok Timur – Jurnalis massmedia kembali berkunjung ke Sanggar Tari Banaspatiraja, Padepokan milik Wahyudi Idris alias Yudi Puen di Kampung Karang Siswa Desa Masbagik Selatan, hari Sabtu 11 September 2021.

Saat ditemui, Wahyudi dan kawan kawan sedang tekun mengerjakan pembuatan alat musik tradisional dari bambu yang dikenal dengan nama Ketongkek.

Pada kesempatan tersebut, Wahyudi menceritakan bagaimana proses pembuatan alat musik Ketongkek dari awal pembuatan hingga akhir.

Wahyudi Idris sedang memotong bambu untuk membuat Tongkek

Pertama, mereka mencari Bambu (sasak: Treng) jenis Treng Galah dengan memperhatikan tingkat kekeringan, ketebalan, dan diameter bagian bawah bambu.

Selanjutnya membuat potongan bambu yang disesuaikan dengan bagian nada yang dibuat sesuai dengan diameter bambunya. Lalu memberikan irisan dengan panjang sesuai dengan nada yang akan dicari resonansinya.

Setelah menemukan resonansinya baru iris bagian ujung bawah dan pangkal lubangnya untuk menemukan hasil gema.

“Untuk pengadaannya, kami mengikuti penadaan standar dalam musik natural yaitu dengan nada dasar C:do dengan tangga nada pentatonik pelog” terang Yudi.

“Sebagai tunernya kami menggunakan beberapa alat musik standar seperti belira, gitar dan juga aplikasi tuner yang kami download dari google,” imbuhnya.

Satu setnya, kKetongkeq terdiri dari 20 bilah. Masing-masing dua bilah nada yang sama dari 2 oktaf nada pelognya tapi nadanya cuma 5 Oktaf dan ada 2 bilah nada gong.

Lebih lanjut diceritakan oleh Wahyudi bahwa tongkeq merupakan alat musik yang berasal dan berkembang dari Pancor. Alat musik ini terbuat dari bambu yang diruncingkan sehingga menghasilkan suara yang bervariasi sesuai panjang dan lebar peruncingan bambunya. Dan dipengaruhi juga oleh ukuran diameter bambunya.

Pada awal perkembangannya, menurut Wahyudi, alat ini digunakan sebagai Kentongan untuk membangunkan masyarakat makan Sahur di bulan puasa. “Setelah itu, dibuatkan variasi nada dengan jumlah 3 nada, dan disebut musik pantok telu,” tegasnya.

Semakin ke sini alat ini makin berkembang dan diberikan sentuhan gendang beleq. Selain itu juga dengan kreativitasnya, masyarakat membentuk komposisi nada pentatonik pelog dan slendro untuk penadaan ada bilahnya dan membentuk komposisi grup Tongkeq seperti grup gendang beleq.

Pada  tahun 2014 pernah diadakan festival Ketongkeq se Lombok Timur.  Kompetisi khusus Tongkek ini dimaksudkan guna melestarikan Tongkek dan diikuti oleh semua kalangan. Kompetisi tersebut dimenangkan oleh grup Ketongkeq Pancor. Group Ketongkeq Pancor ini pernah membanggakan Nusa Tenggara Barat saat dapat kesempatan pentas di Negara Kangguru Australia,” tutupnya. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *