Lombok Timur – Dipilihnya Desa Tete Batu Kabupaten Lombok Timur menjadi Desa yang mewakili Indonesia di ajang Penghargaan Desa wisata dunia. Acara yang digelar tahunan oleh United Nation World Tourism Organization (UNWTO) ini merupakan ajang bergengsi di dunia pariwisata dunia.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) menetapkan Tete Batu pada prioritas utama. Ini menjadi pelecut dan momentum awal jika pemerintah daerah mau maksimal mengembangkan pariwisata di Lombok Timur.
Dr Maharani dari Lombok Research Center (LRC) ketika di temui tim massmedia Kamis (5/8) menjelaskan analisanya, menurut Maharani dengan terpilihnya Desa Tete Batu oleh Pemerintah Pusat menjadi wakil Indonesia di ajang ini, seharusnya mampu menjadi momentum bagi Pemerintah Daerah untuk menjadikan kebijakan Skala Prioritas. “Jangan hanya pariwisata berhenti sebatas diskusi dan seminar saja, namun jika pemerintah serius, ayo kebijakan dibidang pariwisata diikuti dengan kebijakan penganggaran yang jelas. Saat ini anggaran di bidang pariwisata di Lombok Timur tidak sampai 1 persen dari total belanja tahun 2021. Bagaimana mau berbuat?” Ungkap Maharani dengan serius.
The World Tourism Organization (UNWTO) meramalkan bahwa ke depan pasca Covid-19 pertumbuhan pariwisata domestik akan lebih dulu stabil dibandingkan dengan pariwisata internasional. Untuk itu, Peneliti LRC ini berharap tata kelola desa wisata yang ada di seluruh wilayah Lombok Timur lebih ditingkatkan, karena akan menguntungkan masyarakat pedesaan yang menjadi lokasi desa wisata. Apabila hal ini dapat dipraktekan maka, akan menjaga mata pencaharian masyarakat yang tentunya akan berdampak terhadap peningkatan ekonomi lokal.
Maharani juga menegaskan bahwa Ajang ini harus dijadikan langkah awal oleh pemerintah daerah untuk berbenah. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Bapak Sekretaris Daerah Lombok Timur M.Juaini Taofik dalam acara jumpa pers senen (2/8) di ruang Rupatama kantor Bupati.
“Momentum ini akan membawa pariwisata NTB, khususnya Lotim ke kancah internasional,” ujarnya sembari mengharapkan dukungan semua pihak, termasuk media Lotim untuk suksesnya Tete Batu di ajang tersebut.
Peneliti dari LRC ini juga mendorong agar tata kelola pengembangan desa wisata harus dapat menyatu dan harmonis, dimana pengembangan desa wisata harus menyesuaikan dan mengarah pada kekhasan utama yang dimiliki oleh desa wisata, bukannya malah menduplikasi konsep desa wisata lainnya yang belum tentu sesuai dengan karakter masyarakat dan kondisi lingkungan dari desa wisata tersebut. kekhasan dan lingkungan alam yang ada apabila dikembangkan dapat menjadi ecotourism ke depannya.
Kemudian lanjut Maharani, yang harus dilakukan pada masa pandemi Covid-19 ini adalah tersedianya berbagai fasilitas pendukung yang memenuhi kriteria protokol kesehatan namun tetap mengakomodir kebutuhan masyarakat dalam beraktivitas. Keberadaan protokol yang ketat memang akan membuat ketidaknyamanan namun, hal itu harus tetap dilaksanakan meskipun kriteria keamanan tersebut harus tetap menyertakan kenyamanan. Aman dan nyaman akan menjadikan warga masyarakat serta wisatawan yang berkunjung akan menjadi santai dan rileks didalam menjalankan aktivitas, tanpa harus abai terhadap protokol kesehatan yang berlaku.
Memang, keterlibatan semua pihak mutlak dilakukan dalam dunia pariwisata. Karena pariwisata akan berjalan sesuai dengan relnya jika semua terlibat. “Namun tetap Politik anggaran di bidang pariwisata menjadi keharusan dan itu bolanya ada di pemerintah daerah. Dan mari kita jadikan Tete Batu ini menjadi sebuah awal dan jangan menjadi akhir pengembangan pariwisata di Lombok Timur.” Ungkap Maharani. (Asbar)