Seni  

Istiqomah Menstimulasi Daya Cipta

Mataram – Kamis 5 Agustus 2024 berkesempatan ke Perpustakaan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mataram. Menyerahkan Kumpulan Puisi “Buku Harian Merah Muda” (Agus K Saputra, Penerbit CV Halaman Indonesia, Cetakan Pertama: Juni 2024)

Keseluruhan puisi terinspirasi dari novel Hati Itu Berkata Cinta (2021) karya Dyah Ruwiyati. Menurut Tjak S Parlan, puisi-puisi dalam kumpulan ini bergerak mengikuti plot yang terbangun dalam novel. Dengan menggunakan sudut pandang (aku lirik) masa remaja, penulis mencoba menghidupkan tokoh-tokoh yang ada di dalamnya: tindakan-tindakan, peristiwa  yang dialami, curahan perasaan (hal. 54)

Tjak S Parlan menilai, kemungkinan penulis menggunakan puisi untuk bercerita. Kali ini Ia merespon sebuah novel berlatar tahun 80-an. Era di mana remaja yang kasmaran memiliki gaya dan caranya sendiri; era di mana surat cinta masih sering ditulis dan diharapkan kedatangan pada suatu pagi lewat seorang tukang pos yang membunyikan bel sepeda di depan rumah; era di mana perasaan-perasaan pribadi menjadi rahasia dan lebih sering ditumpahkan ke dalam buku-buku diary, bukan dipampang di dinding media sosial seperti hari-hari ini (hal. 57)

Hal lain yang melatarbelakangi buku ini. Pertama, kumpulan puisi ini semacam kerja kolaborasi. Berawal dari Novel Karya Dyah Ruwiyati (Alumni Smansa 87). Setting cerita pun berlokasi di Sekolah ini. Selama proses penciptaan, Agus diminta oleh Wiwiet –panggilan kecil Dyah Ruwiyati– sebagai semacam editor. Dari sinilah kemudian “lahir” beberapa puisi. Sebagai bentuk komentar. Puisi-puisi tersebut “iseng-iseng” dikirim ke Soni Hendrawan. Yang lantas beberapa diantaranya dimusikalisasi.

Kedua, beberapa kawan tahun lulus 1987 berbagi kebahagian untuk mencetak Buku ini. Sehingga makna kolaborasi mewujud utuh menjadi sebuah karya. Hal ini tersampaikan kepada Pustakawan dan beberapa siswa yang sedang berkunjung. Seolah makna “gotong royong” menemukan jalan hidupnya kembali.

Pada kesempatan ini, Saprun -staf perpustakaan- berharap dengan adanya donasi berbentuk buku karya dari alumni, menambah minat siswa untuk berkarya. Bukan hanya di saat menyelesaikan tugas akhir.

Hal senada pun diutarakan oleh Eko Wahono dari Teater Lho Indonesia. Selama ia mengampu ekstrakurikuler teater hingga tahun 2012, potensi siswa untuk serius menulis karya dan berteater sangat banyak. Bahkan di akhir 2023 kemarin beberapa siswa memintanya untuk mendukung proses cipta film pendek.

“Ini bukti bahwa potensi yang ada sangatlah besar. Tinggal bagaimana kita sebagai pendidik untuk terus istiqomah menstimulus daya cipta dan memberi ruang yang luas. Jika perlu, para pendidik pun berkarya, menulis, ” tandas Eko. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *