Lombok Timur – Saat ini makanan yang dibuat dari olahan kedelai sangat familiar di Masyarakat. Seperti Tahu atau Tempe telah menjadi salah satu makanan yang dikreasikan dalam berbagai jenis makanan dan cemilan, sehingga saat ini peminat tahu atau tempe semakin meningkat.
Peminat tahu saat ini semakin meningkat dan banyak pelaku UMKM yang makanan dari bahan tahu atau tempe seperti gorengan dan lain-lain.
Bahan baku utama Tempe dan Tahu adalah Kedelai. Harga kedelai di pasaran menyentuh Rp.12.500 – Rp 13.000 per kg, dari yang sebelumnya Rp.8000 per kg, hal ini di keluhkan oleh sejumlah pengusaha Tahu Dan Tempe rumahan yang ada di Lombok, khususnya yang ada di Kabupaten Lombok Timur, seperti kecamatan Masbagik, Lenek dan Aikmel, kepada massmedia, Jumat (30/9).
Sejumlah Pabrik Tahu dan Tempe memutar otak agar konsumen tetap membeli, dengan sangat terpaksa mereka memperkecil ukuran tempe maupun tahu, walaupun konsumen pelanggan mengeluhkannya.
Di samping itu juga mereka menurunkan jumlah produksi dari yang sebelumnya 1 kuintal menjadi setengah kuintal per hari. Hal ini untuk mensiasati agar usahanya tetap berjalan.
Seperti diungkapkan oleh M. Juaeni, pembuat Tempe di Aikmel Lombok Timur, para pembuat tempe termasuk dirinya, mengalami penurunan omzet, pada akhirnya berdampak kepada ancaman merumahkan sebagian pekerja mereka.
“Kenaikan harga kedelai saat ini mencapai dua kali lipat dari harga normal, ini yang membuat kami kelimpungan,” keluhnya.
Ia dan teman-temannya para pengusaha Tempe dan Tahu rumahan maupun Pabrik berharap agar Pemerintah segera memberikan subsidi untuk harga kedelai export sehingga harga tempe dan tahu bisa normal kembali.
Kenaikan harga kedelai mempengaruhi nilai jual produk olahan kedelai seperti Tahu dan Tempe. Tapi kenaikan harga kedelai tidak membuat para pedagang di pasar senang.
Seperti Pedagang Tahu dan Tempe di Pasar Lenek Lombok Timur mengeluhkan kondisi ini. Inaq Pah menyebut tidak bisa tiba-tiba menaikkan harga karena para pembeli tidak mau tahu dengan kenaikan harga kedelai. (Asbar)