Umum  

Anggota MRI Lotim, dr. Taufik Nazar Masih Berada di Tenda Pengungsi Gempa Cianjur

Cianjur – Setelah sebulan lamanya pasca Gempa Bumi yang memporak porandakan kabupaten Cianjur ternyata barak-barak pengungsian masih berdiri. Bantuan juga masih mengalir namun tidak sebanyak seperti Minggu kedua pasca gempa.

Anggota Masyarakat Relawan Indonesia ( MRI) Daerah Lombok Timur, dokter Taufik Nazar kembali ke Cianjur pada tanggal 25 Desember 2022 dan akan kembali ke Lombok 25 Januari 2023. Ia diminta berangkat oleh Disaster Response Unit Club (DRU) mobil VW Cianjur, dan bergabung dengan Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) setelah sebelumnya juga pernah menjadi relawan medis pada hari ketiga pasca Gempa Bumi Cianjur 6.4 SR.

Ketika di hubungi via telepon Jum’at (20/01) dr Taufik mengatakan, kondisi terakhir di Pengungsian setelah satu bulan gempa, masyarakat terbagi menjadi 3 cluster, yaitu Mampu, kurang mampu, dan sangat tidak mampu. 

“Kalau mereka yang secara ekonomi mampu dan memiliki pekerjaan tetap kebanyakan mereka sudah mulai membangun rumah entah itu di tanah yang lama kalau memang tidak di zona merah, tapi kalau di zona merah mereka membangun tidak aman jadi harus  di kawasan hijau yang aman dari gempa,” jelasnya.

“Tetapi bagi mereka yang kurang mampu saat ini mereka juga sudah mulai membangun tapi dari sisa puing-puing rumah lama mereka untuk dijadikan hunian sementara sambil menunggu bantuan Pemerintah atau para donatur,” terangnya.

Menurut dr Taufik, yang memprihatinkan adalah bagi mereka yang sangat tidak mampu. Secara ekonomi mereka buruh tani lepas artinya pekerjaan mereka tergantung musim panen dan dengan kondisi saat ini banyak orang yang tidak bisa bertani karena masih takut. Akhirnya bagi mereka yang menggantungkan nasib di sini mereka tidak ada penghasilan. Dan rata-rata kondisi rumah mereka sudah rata dengan tanah. Jadinya sampai sekarang mereka masih tinggal di tenda pengungsian.

Selain itu kata dokter muda ini, para relawan sudah berkurang karena proses tanggap darurat sudah lewat. Terutama relawan medis sudah tidak sebanyak dulu lagi yang melakukan pengobatan di tenda-tenda.

Sedangkan masyarakat di sana, menurut dr. Taufik, pola pikirnya adalah tidak ke dokter atau Puskesmas terdekat kalau belum parah. Akibatnya banyak kasus penyakit menular seperti penyakit kulit yang menyebar di tenda pengungsian sampai menimbulkan infeksi sekunder di tubuh mereka.

Dijelaskannya bahwa Posko utamanya ada di perumahan Panorama Panembong Cianjur. Untuk pelayanan kesehatan itu para dokter keliling ke posko-posko sesuai panggilan masyarakat yang membutuhkan. Karena nomor telepon Tim Kesehatan kebetulan sudah ada di medsos jadi kalau ada yang butuh pengobatan bisa langsung menghubungi.

“Aktivitas sehari hari  di sini sifatnya situasional. Kadang pagi pengobatan terus trauma healing kemudian sorenya kalau lagi bertepatan dengan jadwal ngaji ya ngajarin ngaji. Kemudian malamnya buka pengobatan di posko kesehatan utama,” jelas Taufik. 

Mengenai Obat-obatan Tim Relawan kesehatan mendapatkan dari Tim DRU Cianjur, DINKES Cianjur, TKB Jakarta, SAR Jogja, BSMI Cianjur. “Jadi untuk obat selalu ada dan lebih dari cukup,” katanya dengan penuh semangat 

Tapi kadang kalau kasusnya lagi naik misalnya masalah infeksi kulit karena scabies itu, relawan sampai kehabisan salep scabies jadi harus nyari donatur lain. Karena harganya lumayan. “Tapi ada obat atau tidak ada tetap jalan insya allah dengan modal pengetahuan yang kami miliki kekurangan obat tadi bisa di improvisasi dengan obat-obat yang lain dengan fungsi hampir sama,” terang dr muda ini.

Ketika ditanyakan apa saja masih dibutuhkan para pengungsi pada saat ini,  Ia mengatakan yang masih mereka butuhkan saat ini yaitu kebutuhan dasar. “Beras, popok, susu ibu menyusui dan hamil, selain itu untuk di beberapa daerah ada juga yang TPA nya rusak dan masih nunggu bantuan untuk direnovasi, ” tutup dokter yang masih lajang ini. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *