Flores Timur – Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur meletus sejak Minggu (3/11/2024) tengah malam hingga Senin (4/11/2024) dini hari. Ribuan Warga dievakuasi dan 9 orang dilaporkan meninggal, sedangkan korban terdampak luka berat 31 jiwa, luka ringan 32 jiwa dan dirujuk ada 9 jiwa, disertai gempa susulan di hari-hari berikutnya. Jumlah pengungsi tercatat di Eputobi berjumlah 1.027.000 jiwa.
Tim Relawan Galaksi (Gerakan Langsung Aksi) MIM Foundation dari Kabupaten Lombok Timur mengirimkan anggotanya 5 orang, Sri Nurmala, dr.Ari, Baiq Trisna, Widi, dan Dul. Mereka mulai berangkat dari Selong Lombok Timur menuju Lewotobi Flores Timur hari Jumat 22 Nopember 2024.
Berangkat melalui perjalanan darat Tanggal 22 Nopember sampai di lokasi Tanggal 26 Nopember 2024. Esoknya mulai aksi tanggal 27-28-29 dan kembali 30 November 2024.
Diceritakan oleh Sri Nurmala, setelah di lokasi Relawan Galaksi menyerahkan obat-obatan ke Posko Dinas Sosial yang ada di Posko Konga Flores Timur NTT. Selanjutnya Tim Relawan Galaksi di berikan tempat untuk istirahat atau menginap di Puskesmas Damon Pagong.
“Besoknya kami Belanja untuk Distribusi sembako ke Larantuka dan hadiah untuk anak-anak Saat dukungan Psikososial,” ujar Sri.
“Pada malam nya tim relawan Galaksi Packing sembako, Paginya kami langsung mulai aksi,” tambahnya.
Diceritakan oleh Sri, kegiatan pertama aksi yaitu mengadakan Pelayanan kesehatan di Pustu Desa Riang Rita Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, lanjut dukungan psikososial di SDK Riang Kaha dan TKK Kartini Riang Kaha. Siangnya berlanjut distribusi sembako ke pengungsi mandiri yang ada di hutan-hutan Pulurea radius 6 km dari Lokasi Gunung Lewotobi, ada 3 titik lokasi pengungsi.
“Hari ke-2 mendistribusikan pangan ke pengungsi yang paling jauh, yaitu di pegunungan Pulolera yang harus di tempuh dengan dengan berjalan kaki lebih dari 1 km jalan menanjak,” kata ibu Sri.
Hari ke-3 selanjutnya Tim Relawan Galaksi mendistribusikan Air Bersih ke posko Eputobi, Lewoingu kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur NTT dibantu oleh Marwan relawan lokal.
Dikatakan oleh Sri Nurmala kepada massmedia, bahwa para pengungsi yang berada di barak-barak sangat bersyukur atas bantuan yang diberikan, karena mereka tidak tahu sampai kapan akan berada di pengungsian. “Menurut mereka ladang yang menjadi sumber kehidupan mereka sudah terkubur abu vulkanik,” tuturnya.
“Selama Tiga hari bersama para pengungsi yang paling dibutuhkan saat ini adalah Air bersih, Kebutuhan pokok, dan mereka harus direlokasi dari barak pengungsian dan dibuatkan Hunian sementara (Huntara),” tegasnya.
Informasi dari Tim Medis yang ada di sana, kata Sri, bahwa penyakit yang paling banyak diderita oleh para pengungsi yaitu Sesak Nafas, Gatal-gatal, Flu dan batuk. (Asbar)