Seni  

SMA Yadinu Masbagik Kembali Menggarap Film, Ini Bocorannya

Lombok Timur – Usai merilis film WetQu pada tahun 2021 yang mengangkat tentang sebuah persahabatan, serta sukses mendatangkan banyak penggemar, SMA Yadinu Masbagik kembali memulai produksi film terbaru berjudul TULAQ.

Masih sama dengan WetQu yang mengangkat tentang persahabatan antar pelajar SMA, namun kali ini alur cerita yang diberikan sedikit berbeda. Pada film kali ini lebih mengangkat realita yang sering terjadi di sekitar masyarakat yaitu pernikahan anak (Merariq Kodeq). 

Menurut sang penulis naskah Riyana Rizki, ide pembuatan film ini diangkat dari konteks sosial masyarakat yang terjadi saat ini. Di mana pernikahan anak sangat tinggi di NTB. Dari tahun 2020 atau semenjak Covid-19 pernikahan anak terus terjadi. Dilihat dari beberapa data yang diperoleh dari berbagai sumber, baik dari pemerintah maupun dari berbagai pihak. Walaupun sudah disahkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 tahun 2021 tentang pernikahan anak oleh Pemerintah Daerah akan tetapi pernikahan anak tersebut masih saja terjadi di masyarakat.

“Idenya sih memang melihat konteks sosial masyarakat. Kondisi pernikahan anak itu masih tinggi banget di NTB. Itu sih dari awalnya. Masuk tahun 2020 pada kondisi Covid-19 itu ternyata punya efek untuk nambah angkanya di mana beberapa media banyak memberitakan hal itu. Pada tahun 2021 pemerintah daerah sudah mengesahkan perda no 5 tahun 2021 tentang pernikahan anak. Namun walaupun sudah di Perda kan, tapi masih aja masyarakat bisa mengajukan dispensasi nikah,” ungkap Riyana pada saat diwawancarai langsung oleh media ini.

Riyana juga menambahkan kalau dia akan konsentrasi untuk mengangkat isu yang sangat penting tersebut menjadi sebuah film, yang mana nantinya film tersebut akan menjadi sebuah advokasi bagi masyarakat.

“Film ini nantinya akan mengedukasi dan mengadvokasi masyarakat. Kita akan konsen terhadap isu tersebut untuk kita angkat, karena itu sangat penting,” lanjutnya.

Sama halnya dengan Riyana, Gita Tiara selaku Sutradara film tersebut juga menceritakan bahwasannya banyak dari masyarakat serta teman-temannya yang memilih menikah muda, apalagi dari mereka ada yang belum cukup umur. Hal tersebutlah yang membuat Gita akhirnya sangat antusias dalam pembuatan film tersebut. Dia berharap juga nantinya film ini bisa menjadi edukasi bagi masyarakat serta teman-temannya.

“Awal ceritanya banyak kita lihat, di sekeliling kita. Teman-teman kita juga yang masih sekolah, serta banyak yang belum cukup umur untuk memilih menikah muda, padahal belum waktunya. Karena hal itu lah yang membuat kita bergerak untuk memotivasi dan mengedukasi teman-teman untuk tetap memilih melanjutkan sekolah daripada harus menikah muda. Supaya teman-teman juga bisa berfikir lebih ke depannya,” ungkap Gita yang saat ini masih duduk di bangku SMA kelas 12.

Di sisi lain, Joe Auzai dan Chawink Arantha pembina perfilman SMA Yadinu Masbagik mengungkapkan, pembuatan film kali ini langsung disutradarai oleh siswa-siswi SMA Yadinu Masbagik. Menurut Joe dan Chawink sendiri, film yang diproduksi saat ini bukan bagian dari film WetQu. Hanya saja secara garis besar masih dalam cerita tentang sebuah persahabatan anak SMA, namun dalam fokus cerita lebih mengangkat dari segi pernikahan anak.

“Untuk film kali ini sutradaranya kita ambil dari siswa-siswi. Jadi dari sana kita mengedukasi siswa-siswi bagaimana cara membuat sebuah film. Untuk cerita film Tulaq sendiri berbeda dengan film WetQu. Secara garis besar masih tentang persahabatan, namun film kali ini menampilkan bagaimana seorang siswi yang mempunyai sahabat yang tiba-tiba menikah muda atau belum cukup umur, siswi ini pun menyadarkan sahabatnya tersebut yang masih duduk dikelas 1 SMA,” jelas Joe dan Chawink.

Selain itu, Kepala SMA Yadinu Masbagik, Dedi Zamhari sangat mengapresiasi tentang adanya pembuatan film seperti ini. Pihak sekolah juga akan terus membantu serta mengembangkan kreativitas siswa-siswi. 

“Alhamdulillah, kami dari pihak sekolah sangat-sangat mengapresiasi. Kami juga akan memaksimalkan minat dan bakat serta ekstrakulikuler yang ada pada anak-anak ini. Apalagi hal tersebut berpotensi untuk kemajuan dan perkembangan buat sekolah dan Yayasan,” ujarnya.

Selain itu Dedi juga menjelaskan kurangnya perhatian pemerintah terhadap kreatifitas yang terus dilakukan siswa-siswi. Apalagi di dunia perfilman, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk terus mengembangkan dan memproduksi sebuah karya yang nantinya mampu menjadi pesaing di kancah nasional ataupun internasional.

“Alhamdulillah kalau masalah support doa banyak. Tapi yang namanya produksi tidak lepas dari pembiayaan-pembiayaan untuk membuat sebuah karya. Sampai saat ini kami di SMA Yadinu ini, sudah memproduksi 2 film tapi masih belum ada keseriusan dan perhatian dari pemerintah terkait. Ya kedepannya kami harapkan dukungan sepenuhnya baik secara materi ataupun non-materi, sehingga nantinya kami bisa terus berkarya lebih dan juga anak-anak bisa lebih semangat lagi,” terang Dedi.

Film TULAQ tersebut diproduksi oleh SMA Yadinu Masbagik, bekerja sama dengan ANGGREK MEDIA sebagai Tim Kreatif dan TIMBANG MOMOT sebagai Tim Manajemen. (Ozie)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *