Umum  

Sila’ Conservation, Enam Tahun Berjuang Menjaga Ekosistem Laut dan Pesisir

massmedia.id, Sumbawa Barat -Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km. Oleh karenanya negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan Pariwisata. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. 

Di sela-sela kesibukannya, Maryunani Apiyanto D, S.Pi atau di kalangan teman-teman Pokdarwis dipanggil Yudha, pendiri Sila Conservation menyempatkan diri untuk bercerita lewat Telepon kepada wartawan massmedia, Sabtu (30/4), tentang kepeduliannya terhadap Alam dan Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil.

Yudha menerangkan komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. “Namun kenyataannya Lingkungan Pesisir telah mengalami abrasi yang disebabkan oleh faktor alam (oleh arus dan gelombang) serta oleh manusia misalnya pengambilan pasir pantai. Penebangan pohon mangrove juga ikut menyebabkan kerusakan di pantai. Belum lagi banyaknya sampah, limbah rumah tangga dan industri. Serta maraknya pengeboman ikan dan penangkapan ikan dengan menggunakan potasium,” terangnya di ujung telepon dengan penuh rasa prihatin.

Selanjutnya menurut Yudha, banyaknya kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh alam dan manusia. Sampah bermuara ke laut, menyebabkan banyak sampah menutupi terumbu karang di dasar lautan. Dengan alasan tersebut tergerak hatinya untuk membentuk Konservasi Pesisir dan Laut dan berdirilah Sila’ Conservation pada tanggal 15 Nopember 2015 yang lalu. Berkantor di Desa Kertasari Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat.

“Sila’ Conservation selama 6 tahun telah melakukan Penyadaran, Sosialisasi tentang pengelolaan pesisir dan laut, Riset Keragaman terumbu karang yang mengalami kerusakan dan mati, dan pada tahun 2016 Demplot plan hutan mangrove. Selain itu, juga dilakukan Penguatan Lembaga Masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan Sumberdaya laut dan pesisir, dan terakhir Monitoring, identifikasi dan evaluasi,” terang Yudha dengan penuh semangat.

Selanjutnya Yudha menuturkan kiprah Sila’ Conservation beberapa tahun yang lalu di beberapa tempat. Di antaranya di Dusun Ketapang Desa Pringgabaya dan Takalok Desa Sugian Sambelia Lombok Timur, Gili Sulat dan Gili Lawang Sambelia, dan Desa Kertasari Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat.

“Wilayah kerja Sila’ Conservation, di Kabupaten Lombok Timur meliputi wilayah Pringgabaya dan Sambelia sedangkan wilayah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) meliputi Poto Tano, Sekongkang, Maluk dan Taliwang,” tutup Yudha. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *