Lombok Timur – Menutup rangkaian Masbagik Festival VI tahun 2021, Panitia menyelenggarakan Seminar Budaya yang bertajuk “Masbagik dalam Sejarah Perjuangan Kemerdekaan” bertempat di Kedai Lumbung TA Masbagik, Ahad (31/10).
Seminar yang membahas sejarah perjuangan masyarakat Masbagik pada perang kemerdekaan tersebut dihadiri 58 peserta. Peserta ini berasal dari para pecinta alam yang sebelumya melakukan penelusuran sejarah melalui kegiatan Lintas Alam “Masbagik Heritage Orienteering” pada Sabtu (30/10). Selain itu hadir sebagai pemantik dari tokoh Masbagik yang juga keluarga dari pejuang dan pemerhati sejarah, seperti Muhammad Farhi, anak dari Almarhum TGH. Mahsun, Lalu Khalid Tarmizi, mantan birokrat, Ahyak Mudin, penulis sejarah Serangan Umum 7 Juni 1946. Pada kesempatan itu juga hadir Kepala Desa Danger, Kaspul Hadi, yang juga sebagai Pengurus Veteran Lombok Timur, dan Badran Achsyid, Wakil Ketua DPRD Lombok Timur.
Mirzoan Ilhamdi sebagai Ketua Panitia, pada pidato pembukaan berharap para peserta bisa menelurkan hasil diskusi dari kegiatan sebelumnya dan seminar tersebut dalam bentuk tulisan. Selain itu bisa juga dirumuskan rekomendasi untuk tindak lanjut dari seminar yang diikuti pada hari ini.
“Mengharapkan adanya ide kreatif dari peserta untuk membuat paling tidak satu tulisan untuk bisa menjadi referensi kita di masa depan terutama untuk anak-anak cucu kita,” harap laki-laki yang akrab disapa Ming ini.
Selanjutnya, salah seorang Pemantik, Muhammad Farhi, selaku keturunan salah seorang Pejuang dari Masbagik TGH. Mahsun, menurutkan apa yang didengar dari ayahnya langsung terkait proses penyerangan ke markas NICA di Selong bulan Juni tahun 1946. Farhi menjelaskan bagaimana perjalanan rencana penyerangan Pejuang dari berbagai daerah yang ada di Lombok Timur.
“Ini sekedar menceritakan, cerita dari orang tua saya, kalau tahun-tahun itu nanti diulas oleh yang lain,” ungkap Farhi.
Sementara itu, Lalu Tarmizi Khalid, salah seorang tokoh Masbagik menyampaikan perspektif yang berbeda tentang perjuangan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Masbagik. Mamiq Khalid, begitu beliau akrab disapa, mengulas perjuangan tokoh Masbagik melalui perjuangan politik.
“Perjuangan Politik tokoh Masbagik ini melalui Masyumi yang dulunya merupakan gabungan dari Partai-partai Islam,” terang Lalu Khalid.
Sejarah perjuangan Masbagik diperluas lagi oleh Pemantik diskusi lainnya yaitu Ahyak Mudin. Secara rinci, Ahyak Mudin menjelaskan rentetan sejarah mulai dari jaman sebelum kemerdekaan, saa-saat awal Belanda datang ke Indonesia. Ahyak menerangkan bagaimana Bangsa Sasak awalnya menjalin kerjasama dengan Belanda (NICA) untuk mengusir Bangsa Bali yang menjajah Lombok pada kurun waktu tahun 1891. Namun pada perkembangannya, karena penindasan juga dilakukan oleh tentara Belanda, maka Bangsa Sasak mulai menentang tentara Belanda melalui perlawan-perlawan kecil di berbagai daerah di wilayah Sasak Timur (Lombok Timur).
“Saya ingin membuka lebar-lebar pikiran kita untuk meninggalkan Masbagik sejenak untuk mengambil kerangka berpikir lebih luas untuk menuju sentralnya Masbagik,” terang Pegiat Pariwisata ini.
Di akhir sesi diskusi, Badran Achsyid, dalam kapasitasnya sebagai Putra Masbagik mendorong agar penulisan ulang Sejarah perjuangan oleh pejuang masbagik segera dilakukan. Dirinya siap mendukung proses penulisan tersebut dengan memberikan biaya operasional.
“Untuk itu saya menantang, saya yang akan jadi sponsornya. Silahkan tulis tentang Laskar Banteng Hitam,” tegas Politisi Gerindra ini.
Diskusi berlangsung lancar dengan banyak tanggapan dari peserta. Dengan rekomendasi bahwa akan dilakukan penulisan sejarah perjuangan Laskar Banteng Hitam yang mana di dalamnya banyak terlibat tokoh masbagik sebagai pejuang kemerdekaan. (geges)