Lombok Timur – Event lari lintas alam Rinjani 100 yang digelar 26-28 Mei 2023, telah berakhir dan ditutup Minggu malam (28/5). Penyelenggaraan event bertaraf Internasional ini melombakan lima kategori, yaitu kategori 27 km dan 36 km yang dimulai dari Desa Sembalun, kategori 75 km, 119 km dan 162 km pelari menikmati keindahan kawasan pesisir dari Sambelia sebelum menuju puncak Rinjani.
Untuk diketahui, Rinjani 100 Ultra ini medannya bervariasi, dari savanna, area berpasir gunung berapi, hutan, kebun, jalur perbukitan. 939 orang dari 34 negara yang mengikuti Rinjani 100 ultra berakhir hari Minggu 28 Mei 2023.
Kesuksesan acara Rinjani 100 tahun 2023 ini menyisakan polemik terhadap pegiat dan stakeholder di Sembalun yang merasa kurang dilibatkan. Berikut beberapa tanggapan dari Mereka yang peduli Pariwisata di Lombok Timur
Direktur LarisDa NTB ( Lembaga Pemerhati Pariwisata Daerah ) NTB, Ahmad Roji menyayangkan penyelenggaran Event Rinjani100 Ultra sedikit melibatkan SDM lokal padahal menurut nya, kegiatan ini dilangsungkan di kawasan di mana mereka dilahirkan dan dibesarkan. Dan dipastikan mereka tahu betul situasi dan keadaan medan yang dilalui, baik itu lembah, perbukitan ,sungai, pegunungan dan lain-lain.
Ke depan Ia menghimbau kepada Pemerintah Daerah untuk tidak merekomendasikan kegiatan kegiatan yang tidak melibatkan potensi Sumber Daya lokal sebagai mitra kerja seperti Pokdarwis, dan pegiat wisata lainnya.
Kita dukung berbagai kegiatan-kegiatan yang memajukan Pariwisata Daerah, tetapi bersinergi agar tidak ada polemik pasca event bangunlah kemitraan biar sukses dunia akhirat,” Sebut Bang Roji.
Rijalul fikri atau yang dikenal Rijal Sembapala Ketua Komunitas Pemerhati Lingkungan Hidup Sembalun (KPLH Sembapala) juga Sekretaris Forum Wisata Lingkar Rinjani, sebagai Tuan rumah, Ia sangat menyayangkan kepanitiaan Event Rinjani 100 sangat minim melibatkan warga lokal, tidak seperti pada tahun 2016 yang lalu semua stakeholder, Pokdarwis, dan pemuda ikut terlibat.
Dirinya berharap kepada Pemerintah baik Provinsi NTB maupun Pemda Lotim, Supaya mengingatkan kepada penyelenggara untuk berkolaborasi karena hanya warga sembalun yang banyak tahu tentang Rinjani, jangan sampai event ini hanya menjadi bisnis segelintir orang saja. Pada awal boleh lah warga lokal hanya sebagai penjaga Pos atau Marshall, tetapi seharusnya sudah kesekian kali acara tersebut dilaksanakan adalah transfer ilmu kepada Panitia lokal untuk lebih meningkat, dulu kita dilibatkan dari perencanaan sampai pelaksanaan sekarang hanya pas hari H nya saja,” ujarnya dengan nada kecewa.
Mantan Kabid Pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan era tahun 90’an Med Mugni, ikut prihatin seandainya benar warga lokal tidak dilibatkan, dalam event internasional ini sangat menyayangkan tidak melibatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Sembalun, ini penting untuk diberdayakan sehingga pada saatnya nanti mampu menyelenggarakan event nasional maupun internasional jangan sampai mereka merasa ditinggalkan dan hanya sebagai penonton saja,” tegasnya.
Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Provinsi NTB Mirzoan Ilhamdi, Ia mengatakan selama ini dirinya tidak mendapat pemberitahuan atau undangan untuk kegiatan Event Rinjani 100 Ultra, walaupun dulu pada awalnya Ia dan kawan-kawan Rinjani Mountain Expedition Team ( RMET) yang menggagas perhelatan internasional ini. “Mungkin panitia di sembalun sudah punya Tim yang dijadikan Marshall, tapi paling tidak penyelenggara permisi ke Tokoh adat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan stakeholder disana, untuk kegiatan ini mungkin ada masukan dan ide yang bisa dijalankan bersama, dan berharap keluhan teman-teman pelaku wisata di Sembalun didengarkan oleh penyelenggara untuk koreksi pada penyelenggaraan tahun depan,” terang ketua APGI NTB ini.
Taufan Rahmadi Anggota Tim Monev dan Akselerasi KEK Pariwisata Kemenparekraf RI, juga ikut berkomentar tentang keluhan pegiat wisata di Sembalun, Ia mengatakan suksesnya kekuatan penyelenggaraan event itu ketika semua stakeholder terkait berkolaborasi, dan bersama sama bergerak mensukseskan event itu, kita memahami dalam penyelenggaraannya tentu ada lebih kurangnya, ini menurutnya agar menjadi catatan untuk di masa depan oleh penyelenggara, karena kesuksesan event ini pastinya akan berdampak terhadap Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur khususnya dan NTB pada umumnya. (Asbar)