Mataram – Pasar Tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan buah, sayur-sayuran telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik dan lain-lain.
Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, termasuk juga di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Bagi kebanyakan orang, keberadaan pasar tradisional menjadi hal yang lazim dari waktu ke waktu. Semua mengalir dengan sendirinya. Tapi tidak bagi politisi muda Gerindra, Rannya Agustyra Kristiono.
Rannya menilai potensi Pasar Tradisional sangat strategis dalam menggerakan perekonomian masyarakat dan daerah. Apalagi jika revitalisasi dan kolaborasi pasar dengan sektor pariwisata bisa dilakukan.
“Saat ini kan, setidaknya sudah ada 8 pasar tradisional di Indonesia yang jadi destinasi wisata. Nah, di Lombok hal ini bukan mustahil untuk dilakukan juga,” kata Rannya, Selasa 22 Agustus 2023.
Ia mencontohkan, pasar Beringharjo Yogyakarta, pasar Apung Banjarmasin, pasar Mama-Mama Papua, pasar Gede dan pasar Klewer di Solo, juga pasar Sukowati di Bali, semua tadinya adalah pasar tradisional biasa, namun berubah menjadi destinasi setelah disentuh.
Menurut putri mendiang HBK ini, Lombok memiliki keunikan tersendiri jika dilihat dari sisi lokasi pasar tradisional. Sepanjang jalan nasional dari Ampenan, Kota Mataram hingga Labuhan Lombok, Lombok Timur, bisa dijumpai belasan hingga puluhan pasar tradisional di sisi ruas jalan negara.
“Bayangkan kalau salah satunya bisa menjadi destinasi wisata.Tentu ini akan berdampak bagus pada Lombok dan NTB umumnya yang sudah terbranding sebagai destinasi wisata internasional,” katanya.
Rannya juga mengajak generasi muda [ baca : Milenial dan Gen Z ] untuk mengubah mindset tentang pasar tradisional. Apalagi di era persaingan global dimana gerai pasar modern sudah banyak tersedia termasuk di Lombok ini.
Ia mengatakan, gerai pasar modern memiliki pangsa pasar masyarakat perkotaan, ekonomi menengah ke atas. Sementara pasar tradisional terstigma menjadi pangsa ekonomi menengah ke bawah.
Padahal, papar dia, sejatinya gerai pasar modern berkaitan dengan investasi dan modal kapital. Sementara pasar tradisional digerakan oleh masyarakat lokal.
“Pasar modern bisa menyumbang lapangan kerja sebagai karyawan, sementara pasar tradisional bukan saja membuka lapangan kerja tapi juga kesempatan dan wadah berwirausaha,” ujarnya.
Gagasan Rannya tentang pasar tradisional ini tak lepas dari semangat dan cita-cita mendiang ayahandanya, HBK. Masyarakat Lombok dan NTB umumnya sangat paham jika almarhum HBK sangat serius bekerja mewakili rakyat di DPR RI, terutama dalam hal peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama para petani.
Menurut Rannya, bukan saja pada aspek produksi dan pengolahan pasca panen, petani juga harus punya akses pemasaran yang lebih terbuka dan maksimal. Salah satu yang paling make sense adalah pasar tradisional.
Namun untuk semua ini, papar dia, mindset masyarakat dan pedagang di pasar tradisional pun harus mulai diubah sedikit-demi sedikit. Mulai dari bagaimana kebersihan dan kenyamanan pasar, hingga bagaimana memberikan pelayanan dan hospitality yang ramah bagi pengunjung.
“Sehingga nantinya pasar tradisional bukan saja menampung hasil para petani, tetapi juga menjadi tempat yang nyaman dikunjungi, bahkan bisa menjadi destinasi wisata baru di Lombok ini,” katanya.
Saat ini, Rannya Kristiono mulai aktif membangun jejaring dan membuka ruang diskusi dengan kelompok muda di Lombok. Salah satu yang terus dibahas adalah bagaimana generasi muda bisa ikut mendorong pengembangan pasar tradisional.
“Banyak rekan-rekan kita generasi muda Lombok yang fresh graduated, ada sarjana ekonomi, ada pertanian dan ada juga pariwisata. Mereka bisa kembali ke kampung untuk mengaplikasikan keilmuannya untuk masyarakat,” tukas Rannya
Kunjungannya ke pasar tradisional Kopang, Lombok Tengah, membuat Rannya optimistis. Bisa menghadirkan pasar tradisional yang merujuk destinasi wisata. Apalagi lokasi pasar tradisional Kopang tepat di sisi jalan negara.
Menurut Rannya, dengan revitalisasi pasar dan mengkolaborasikannya dengan aspek pariwisata, akan mentrigger pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat, terutama para pedagang pasar dan para petani, peternak, dan juga nelayan.
Di sisi lain, sebagai destinasi baru, pasar tradisional juga akan memperkaya khasanah potensi wisata di NTB ini.
“Kalau sekarang wisatawan masih banyak belanja di gerai modern, ke depan pasar tradisional bisa menjadi pilihan yang tak kalah menarik,” pungkasnya. (*)