Umum  

Mengenal Drs. H. Asipudin, Rekam jejak Sebuah Pengabdian

Lombok Timur – Drs. H. Asipudin merupakan peletak “batu pertama” yang memperkenalkan dan mengubah sudut pandang masyarakat Desa Pengadangan tentang pentingnya mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia lahir di Pengadangan pada 31 Desember 1961. 

Sarjana kedua di Desa Pengadangan ini, sejak tahun 1984 mendirikan dan menjadi ketua Himpunan Pelajar dan Mahasiswa. Waktu itu sembari menyelesaikan pendidikan Sarjana Muda di IKIP Mataram juga mengabdi sebagai Guru pada salah satu Sekolah Dasar Negeri di Desa Sandik Lombok Barat. 

Dari beberapa cerita pemuda Desa Pengadangan, ketika tinggal di Lombok Barat, pintu rumah salah satu keturunan langsung dari tokoh penyebar Agama Islam di Pulau Lombok ini (Sri Ketip Menganti) konon tidak pernah tertutup. Maksudnya, para pemuda Pengadangan dibebaskan untuk datang kapan saja, berkumpul dan makan di sana bahkan beberapa di antara pemuda tersebut  ada yang tinggal. Kehabisan beras, berkeliling cari pinjaman, berhutang di pedagang keliling, kejadian-kejadian ini acap kali terjadi.

Kemudian tahun 1987 dipercaya menjadi ketua Karang Taruna Desa Pengadangan. Dari sinilah sosok yang dikenal humoris ini mulai aktif mensosialisasikan pentingnya pendidikan pada para generasi muda. 

Waktu itu, pendidikan dianggap tidak penting. Anak-Anak, remaja dan pemuda di Desa Pengadangan hanya sebagian kecil yang bisa mengenyam pendidikan. Paling banter hanya sampai tamat Sekolah Dasar. Setelah itu, membantu orang tua bekerja di sawah dan berternak sapi. Pendidikan dianggap tidak penting bahkan hanya membuang waktu. Keadaan inilah yang melatarbelakangi Drs. H. Asipudin pada tahun 1991 pulang ke Desa Pengadangan. Laki-Laki yang akrab dipanggil Asip ini bertekad bahwa anak-anak Pengadangan harus bisa seperti dirinya mengenyam pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Tidak ingin membuang-buang waktu, ia langsung berdiskusi dengan Kepala Desa, Penghulu Desa dan tokoh-tokoh lain yang ada di Desa Pengadangan untuk menyampaikan hajat, niat dan tekadnya. Seperti gayung bersambut keinginannya diterima dengan baik. 

Ia kemudian mengumpulkan pemuda-pemuda yang memiliki pemikiran yang sama kemudian membagi tugas. Ada yang melakukan pendekatan ke tokoh di masing-masing dusun karena pendirian sekolah ini akan dilakukan dengan gotong-royong dan swadaya masyarakat. Pemuda yang lain belajar tentang perizinan dan administrasi lainnya. Berkat kerjasama semua unsur serta persatuan masyarakat pun dengan semangat pemuda di tahun yang sama 1991 di Desa Pengadangan resmi berdiri Yayasan Ash-Sirotol Mustaqim dengan  Pendidikan formal pertama adalah Madrasah Tsanawiyah (sekarang menjadi MTsN 2 Lombok Timur). 

Nama Ash-Sirotol Mustaqim sendiri diberikan oleh Alm. TGH. Ahmad Nurul Azim, yang juga merupakan mertua Drs. H. Asipudin. 

Sempat terjadi diskusi yang alot dalam proses pemilihan ketua Yayasan saat itu. Sebagai penggagas dan inisiator pendirian yayasan yang diakui oleh semua unsur masyarakat  Drs. H. Asipudin sempat diharuskan menjadi ketua dalam forum musyawarah. Akan tetapi, setelah Drs. H. Asipudin  menjabarkan alasan-alasan dan menunjukkan wujud rasa hormatnya kepada tokoh yang lebih dituakan, akhirnya,  semua peserta musyawarah sepakat menunjuk Sukarma yang saat itu menjabat sebagai Kepala Desa sebagai ketua Yayasan. Namun demikian, seiring berjalannya waktu dan masa bakti Sukarma berakhir Drs. H.Asipudin tidak bisa mengelak untuk kedua kalinya. Seluruh masyarakat Pengadangan menghendakinya untuk menjadi ketua Yayasan sampai dengan saat ini.

Setelah izin pendirian dan operasional selesai. Selaku penggagas Yayasan bersama rekan pemuda lainnya, selanjutnya melakukan gerilya mendatangi rumah warga untuk mencari  siswa. Dalam prosesnya tentu banyak rintangan. Mulai dari memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan sehingga tertarik untuk menyekolahkan anaknya. Karena dana operasional sekolah yang sangat minim hingga pemuda yang menjadi pengurus ditugaskan untuk berkeliling mencari sumbangan di masyarakat dan putra-putri Desa Pengadangan yang dirasa mapan dan tinggal di luar desa sekedar untuk membeli kapur tulis dan perlengkapan lainnya.

Tahun 1995 dari Praubanyar  H. Asipudin dipindahtugaskan ke SDN 3 Pengadangan. Sesuai harapan, kepindahan ini memberikannya waktu yang lebih banyak untuk mencurahkan tenaga dan pemikirannya sebagai wujud pengabdiannya pada desa dan dunia pendidikan. Ia kemudian mulai merancang untuk pendirian Madrasah Aliyah dengan proses yang hampir sama. Pada tahun 2002 bersama tokoh dan segenap masyarakat Pengadangan ia berhasil mendirikan MA Yastaqiem. 

Pendidikan dan pengabdian pada desa, dua hal yang sepertinya menjadi dunia yang penuh bahkan sesak dengan perasaan riang gembira baginya. Tahun 1999 ia dipindahkan ke SDN Timbanuh yang saat itu masih satu desa dengan Pengadangan. Di Timbanuh ia mengabdi sampai tahun 2003 kemudian diangkat menjadi Kepala Sekolah di SDN 1 Pengadangan (2003-2009). Saat menjabat sebagai kepala sekolah di  SDN 1 Pengadangan, ia memiliki andil yang cukup signifikan dalam proses lahirnya gagasan pendirian Sekolah Satu Atap di Timbanuh. Sehingga pada tahun 2009 ia kembali dipercaya sebagai kepala sekolah SD dan SMP satu atap di sana. Kita patut berbangga bahwasanya SMP satu atap di Timbanuh merupakan SMP satu atap pertama di Indonesia di mana ide  satu atap ini lahir di Timbanuh dan diadopsi di seluruh Indonesia. 

Sementara itu, pemikiran dan gagasannya dalam pembangunan desa ia implementasikan lewat Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Sejak tahun 1993, ia dipercaya sebagai ketua di lembaga tersebut. Tidak berhenti sampai di sana, tahun 2003 dilaksanakan pemilihan Badan Permusyawaratan Desa. Pemilihan anggota Badan tertinggi di desa ini dilaksanakan dengan metode pemilihan langsung oleh masyarakat. Ia mendapat perolehan suara tertinggi. Dengan demikian, langsung diangkat sebagai ketua BPD dan menjabat selama dua periode.

Tahun-tahun berikutnya ia tetap mencurahkan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membangun desa dan mengusahakan pendidikan sebagai pemberadaban yang  akan membebaskan dari jerat keterbelakangan bisa dinikmati oleh setiap lapisan masyarakat. 

Di antaranya, ia berperan aktif sebagai fasilitator dalam pendirian SMPN 2 Pringgasela di Sukatain (Sekarang Pengadangan Barat). Ketika desa-desa yang lain tidak sanggup karena permasalahan lahan ia maju dan menyatakan kesanggupan untuk mencari lahan supaya SMP tersebut bisa dibangun di wilayah Pengadangan. Sementara itu, sebagai Ketua Yayasan ia mengumpulkan anak yatim yang tidak mampu untuk disekolahkan, diberikan fasilitas tempat tinggal dalam wadah panti asuhan. 

Dedikasi, komitmen, serta persistensi ini yang kemudian sejak tahun 2009-2021 membuatnya diangkat menjadi Pengawas SD se-Kecamatan Pringgasela. 

Setelah pensiun dari tugasnya menjadi ASN, sekarang ia menjabat sebagai Ketua BPD Desa Pengadangan periode 2021-2027. Semangat pengabdian yang telah terpatri sejak muda dalam dirinya, sampai sekarang membuatnya selalu aktif dan menjadi penggerak dalam setiap  program keagamaan, kepemudaan, pelestarian adat dan hal-hal lain demi kemajuan desa dan keutuhan persatuan masyarakat yang padu dan padan. Ia dipercaya menjadi Ketua Panitia Pembangunan Masjid Jami’ Fathurrahman, Pembina Pengurus Masjid se-Desa Pengadangan, mendirikan Lembaga Adat Rembaq Bakti dan menjadi pembina, penggagas Festival Pesona Budaya Pengadangan yang saat ini sudah membawa nama Desa Pengadangan sampai ke taraf nasional.  

Selain pendidikan dan pengabdian pada desa, Drs. H. Asipudin juga aktif dalam organisasi Pramuka. Pramuka telah banyak memberinya pengalaman, pengetahuan juga strategi atau pendekatan dalam proses pengabdian pada masyarakat. Ia mengikuti kegiatan Pramuka dari tingkat Kecamatan sampai Nasional, dipercaya sebagai Ketua Pengurus Kwartir  Ranting Pringgasela, Pengurus Pramuka Kwarcab Kabupaten Lombok Timur dan Dewan Kerja Gerakan Pramuka Nusa Tenggara Barat. 

Rekam jejak pengabdian ini hanya beberapa bait yang bisa kami sadur dari lembaran-lembaran fase hidup sosok Drs. H. Asipudin. Masih banyak kisah dan cerita luar biasa yang sangat inspiratif. Mari petik sendiri lalu nikmati buah manis dari secuil tulisan Rekam Jejak Pengabdian ini. 

“Tetap sadar diri sebagai Abdi dan Hamba adalah jalan pengabdian sesungguhnya”. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *