Umum  

Jelang Hari Raya Qurban, Penjualan dan Harga Hewan Ternak Menurun

Lombok Timur – Keluhan para peternak kambing dan sapi di Lombok Timur mulai nyaring terdengar. Biasanya H-7 jelang Hari Raya Idul Adha, mereka sudah banyak dihubungi oleh perorangan maupun Pengurus Masjid atau Yayasan, Kantor Pemerintah maupun Swasta, untuk pemesanan Hewan Qurban kambing ataupun Sapi. Karena hewan-hewan tersebut harus Sehat dan layak untuk dikonsumsi.

Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang merebak di Lombok Timur membuat penjualan hewan ternak menurun. Harga hewan ternak juga menurun.

Jurnalis massmedia mewawancarai Hapif Zuhdin pedagang kambing di pinggir jalan Sekarteja, jenis kambing yang dijual kambing Etawa, Sabtu (2/7). Ia mengatakan harga Etawa saat ini 3,8 juta yang tingginya 80 sampai 100 cm dan harga tertinggi 5 juta. Sedangkan harga kambing biasa 1,6 juta dan harga tertinggi 2,5 juta.

Selama satu bulan berjualan baru laku 6 ekor kambing. Sangat berbeda dengan tahun lalu bisa mencapai 15 ekor menjelang H-10 hari Qurban. Menurutnya wabah PMK tidak pernah terjadi terhadap kambing di wilayahnya.

Salah satu pedagang sapi di Kecamatan Suela, Aminudin mengatakan, pembeli sapi menurun sejak wabah PMK merebak. “Peternak di sini berusaha bagaimana agar kambing maupun sapinya tidak terkena wabah. Karena dijual pun harganya sangat rendah. Rugi kita,” terangnya.

“Kalau hari-hari biasa, saya bisa menjual kambing lima sampai tujuh ekor. Tapi kalau sekarang, laku satu ekor saja kami sudah sangat bersyukur,” ungkap Junaidi, salah seorang peternak di Tetebatu, Jum’at (1/7).

Padahal, menjelang Idul Adha merupakan waktu panen para pedagang hewan dan peternak. Biasanya, jumlah pembeli meningkat dua kali lipat dibanding biasanya.

“Tapi kalau sekarang justru menurun drastis. Dibanding hari biasa pun selisihnya jauh sekali,” jelasnya.

Dengan kondisi seperti ini, pria berusia 45 tahun itu mengaku tak bisa berbuat banyak. “Mau bilang apa kami sudah melaksanakan penyemprotan desinfektan hampir 3 hari sekali,” ungkap Junaidi pasrah.

Ia hanya bisa berharap Pasar Hewan segera dibuka. Saat ini kata dia, pedagang hanya bisa berjualan di rumah-rumah ada juga yang di pinggir jalan.

“Kalau pasar dibuka artinya kan wabah sudah berakhir. Sudah itu saja harapan kami,” jelasnya.

Pedagang lainnya, Mohammad Tamam juga mengeluhkan hal yang sama. Pedagang sapi asal Tetebatu Kecamatan Sikur itu menyebut, selain jumlah pembeli, harga sapi juga turun.

Ia mencontohkan sapi limosin berusia delapan bulan yang biasanya terjual dengan harga Rp 18 juta. “Tapi sekarang akibat wabah PMK ini, hanya ditawar Rp. 13 juta,” tuturnya saat ditemui dengan nada sedih. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *