Gili Linus Lotim Berupa Tumpukan Batu Megalitikum Mirip Gunung Padang di Jawa Barat

Lombok Timur – Gunung Padang adalah situs kuno yang berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Keberadaan situs seluas 291.800 meter persegi ini sempat mengundang perhatian publik akhir-akhir ini karena diklaim sebagai struktur piramida tertua di bangun ribuan tahun yang lalu yang terkubur akibat letusan gunung Krakatau yang membelah pulau Sumatera dan pulau Jawa.

Situs Gunung Padang ini merupakan tumpukan batu megalitikum berbentuk kubus tersusun di area bertingkat, terkubur berada di daratan berbentuk bukit.

Sedangkan Gili Linus berada di laut merupakan tumpukan bebatuan hitam yang indah berbentuk kubus dan persegi panjang. Bebatuan tersebut menumpuk dan tersusun rapi. diperkirakan bebatuan ini sudah berusia ratusan sampai ribuan tahun.

Batu-batu yang menumpuk dan tersusun rapi di Gili Linus berada ketinggian 100 M dari  permukaan laut dan luasnya lebih dari 3 Ha. Berusia ratusan sampai ribuan tahun karena di sela-sela batu yang menumpuk ini ditumbuhi pohon-pohon besar dan di puncaknya ada kuburan tertua.

Tidak mustahil Gili Linus Pulau kecil dan misterius ini yang berada di Desa Batu Nampar, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), adalah juga dibangun oleh peradaban manusia zaman batu megalitikum dan tenggelam akibat letusan maha dahsyat gunung sehingga gunung es mencair.

Hal ini bisa terbukti bila penelitian ahli purbakala turun ke Gili Linus seperti yang sedang berlangsung di gunung padang Cianjur Jawa Barat.

Tim massmedia beberapa waktu yang lalu menyusuri muara mangrove menggunakan perahu nelayan dari dusun Sagik Mateng menuju Gili Linus dan Gili Pasir suatu perjalanan dan pemandangan yang mengasikan di kiri kanan diapit tanaman mangrove.

Perahu melaju memecah ombak menuju Teluk Ekas yang indah dengan pasir putih di sisi barat dan pasir hitam di sisi timur. Maka dari kejauhan sudah terlihat Gili Linus berbentuk kerucut dapat dilihat dari pantai Batu Nampar.

Rombongan dipandu Kepala Dusun Sagik Mateng Selatan, Mohamad Fauzi yang juga tokoh budaya di sana.

Mohamad Fauzi menuturkan secara rinci Destinasi Wisata yang ada di wilayahnya sebagai Pusat Budaya dan Alam. Pusat Budaya Alam ditandai dengan adanya tiga rumah adat Bale Beleq, Makam Datu Pene, dan Upacara Adat. Upacara adat ini bisa 7 kali dalam satu tahunnya, puncaknya di acara Budaya Penelando.

Sedangkan Alamnya ada Bukit Wengkek, Gili Pasir dan Gili Linus. Bukit Wengkek adalah satu bukit yang langsung pemandangannya ke Teluk Ekas. Sedangkan Gili Pasir menurut Fauzi munculnya hanya dua Minggu dalam satu bulannya. “Ada waktu waktu tertentu untuk sampai kesana. Terletak antara teluk Ekas dan teluk Awang,” jelasnya.

“Cerita legenda yang beredar di masyarakat, Gunung Linus kanon adalah upaya untuk menutup teluk Awang dan Ekas. Ceritanya Gunung Linus ini kembar dengan gunung tengak  dulu dipikul (Sasak: telembah) sama Gunung Tengak (lokasi Lombok Tengah). Konon pemikulnya terbuat dari pelepah pepaya talinya dari tandan bikan. Di perjalanan pemikulnya patah sehingga yang satu berada di Lombok Tengah di daratan dan yang satu lagi berada di Lombok Timur di laut,” tutur Kadus Fauzi.

Untuk sampai ke Gili Linus, dari Dusun Sagik Mateng Selatan ke dermaga sampan, terus dengan menggunakan Perahu nelayan melewati hutan mangrove selama 20 menit. Sedangkan menuju ke Gili Pasir kurang lebih satu jam. Bisa juga melalui dermaga Batu Nampar langsung tidak melalui hutan mangrove. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *