Cegah Perilaku Nakal Wisman di NTB, Begini Pendapat Para Praktisi dan Pemerhati Pariwisata

Mataram – Belum lama ini, sebuah video viral memperlihatkan seorang Wisatawan Mancanegara (Wisman) yang berselisih dengan Pecalang di Bali. Wisman tersebut merasa kesal karena diminta melambatkan laju kendaraannya saat terdapat acara adat di Pecatu, Badung.

Perilaku sejumlah Wisman di Bali yang berulah dan melanggar aturan setempat muncul di media sosial dalam beberapa waktu terakhir. Sikap turis yang kerap tidak menghargai aturan di Jalan Raya membuat penertiban terhadap Wisman perlu dilakukan. 

Para pemangku kepentingan juga harus menggencarkan sosialisasi kepada Wisman mengenai tata tertib pariwisata di Tanah Air.

Pengamat Pariwisata Nasional, Indonesia Tourism Strategist, Taufan Rahmadi kepada massmedia hari Minggu (26/3) menyampaikan pendapatnya terutama untuk turis yang datang ke NTB, agar tidak terjadi seperti di Bali. “Pertama, Bupati atau Walikota bisa mengeluarkan Peraturan Daerah (PERDA) terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan Wisman di destinasi wisata. Kedua, perbanyak Polisi Pariwisata yang ditempatkan di destinasi-destinasi wisata. Ke tiga, berdayakan Asosiasi Kepariwisataan, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di dalam memasifkan aturan-aturan tata tertib di destinasi wisata,” terangnya.

Menurut Taufan, setiap sangsi ada tingkatannya, menyesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan. Sejauh ini kondisi di NTB masih terbilang kondusif terkait perilaku wisatawan.

Untuk itu, menurutnya, Pemerintah Nusa Tenggara Barat harus melakukan tindakan preventif untuk mencegah hal-hal yang terjadi di Bali agar tidak terjadi di NTB.

Di tempat berbeda Tuan Guru Pariwisata (TGP) Ahyak Mudin mengatakan, sebenarnya kasus-kasus seperti ini tidak perlu dibesar-besarkan. Lumrah dalam seratus manusia ada satu yang nakal atau dalam seribu wisatawan ada satu kasus ditemukan wisatawan nakal.

Lantas apakah kasus-kasus seperti ini merusak Pariwisata kita? Sepertinya belum tentu. “Buktinya berapa banyak kasus seperti ini dari dulu tapi Bali tetap dikunjungi. Contoh lainnya misal dari 1000 TKI di Malaysia pasti ada satu yang nakal,” katanya.

Lebih lanjut menurut pemerhati Pariwisata asal Lombok Timur yang sudah 30 tahun lebih berkecimpung di Dunia Pariwisata ini, jika dirinya bertemu dengan turis Nakal maka akan dijelaskan kepada tamunya itu dengan santun mengenai aturan-aturan setempat.

“Dan coba kalau diukur rasio kasus dibandingkan dengan jumlah kunjungan pasti persentasenya kecil,” jelasnya. (Asbar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *