Bukit Algoritma: Cita-cita Besar di tengah Minimnya SDM Berbasis IPTEK

Oleh: Dr. Putra Wanda

Praktisi Teknologi Informasi dan Founder Tokoved

Satu kabar yang sempat hangat akhir-akhir ini adalah rencana pembangunan Bukit Algoritma di Sukabumi. Proyek yang rencananya menghabiskan dana Rp 18 triliun ini digadang-gadang menjadi tonggak kemajuan teknologi Indonesia. Pada paparan konsep yang diajukan, lokasi ini akan menjadi cikal bakal terbentuknya ekosistem industry 4.0 yang syarat digitalisasi dan akan menjadi “Silicon Valley” nya Indonesia. Apakah pernyataan di atas cukup berlebihan? Mari kita kupas satu persatu.

Sebagai informasi awal, Silicon Valley diawali sejak 1932, merupakan pusat riset dan industri teknologi khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi di wilayah selatan Teluk San Francisco California Amerika Serikat. Lokasi ini adalah rumah bagi banyak perusahaan global, seperti Google, Facebook dan Apple. Kawasan itu juga merupakan pusat penelitian berfokus pada pengembangan teknologi baru. Banyak negara yang mencoba membangun ekosistem serupa dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang diberikan.

Di Indonesia, wacana Bukit Algoritma ini mulai hangat saat proyek yang terletak di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dikatakan akan menjadi pusat Pengembangan Teknologi dan Industri 4.0 di Indonesia. Namun, cita-cita untuk menjadi “Silicon Valley” Indonesia tentu masih jauh jika melihat realitas yang terjadi di lapangan. Pembangunan “Valley” ini kemungkinan akan mengalami kendala mendasar dari segi infrastruktur, keterbatasan SDM digital hingga dukungan finansial.

Ketika menengok realitas di lapangan, kondisi infrastruktur dasar seperti listrik yang tidak stabil, koneksi internet yang labil, juga akses informasi dan teknologi yang terbatas akan menjadi kendala paling dirasakan. Selain itu, realitas sosial akan membuat pembangunan maha-dahsyat ini kehilangan akarnya. Masyarakat terpencil akan semakin asing lagi dengan kehidupan-kehidupan baru di pusat pembangunan.

Dalam pemaparan konsepnya, Budiman Sudjatmiko, selaku Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO mengatakan lokasi ini tidak hanya akan jadi pusat teknologi inovasi, tapi juga pengembangan biotech. Bahkan, ia juga mengatakan bahwa nantinya pihak yang akan menampung hasil riset, seperti teknologi pertanian, perikanan, hingga IT. Dalam pandangan kami, konsep Silicon Valley justru sebaiknya  harus dibangun dengan ekosistem terpusat yang fokus pada pengembangan industry 4.0 dengan mengundang perusahaan startup (IT) nasional memindahkan operasional bisnis mereka di kawasan dengan berbagai kemudahan dan insentif.

Sebelum berwacana tentang pengembangan kawasan inovasi dan teknologi tahap lanjut, seperti kecerdasan buatan, robotika, drone hingga panel surya. Untuk dapat membangun Kawasan industri IT berkelanjutan, hal yang lebih urgen untuk disampaikan kepada stakeholder adalah bagaimana Bukit Algoritma yang dikatakan menjadi kawasan industri 4.0 memberikan kemudahan akses penyediaan  talenta digital yang mumpuni, ramah investasi dan berkonsep wisata seperti Silicon Valley AS. 

 

Pilar Suksesnya Inisiasi Bukit Algoritma

Saat ini, Indonesia masih kekurangan talenta digital yang siap bersaing di dunia industri 4.0. Realitas timpang ini dapat menghambat kemajuan riset dan industri 4.0 tanah ini. Permasalahan minimnya SDM IPTEK 4.0 ada jauh sebelum rencana pembangunan Bukit Algoritma ini. Keseriusan dalam investasi dalam penyediaan SDM 4.0 akan menentukan keberhasilan cita-cita membangun Kawasan padat teknologi ini dalam satu dekade ke depan.

Dalam pandangan kami, ada 3 pilar yang menentukan suksesnya sebuah ekosistem ‘wah’ seperti Bukit Algoritma yakni tingkat antusiasme industri digital di Indonesia, produksi riset dan talenta dari dunia Pendidikan Tinggi, dan dukungan investasi dari Modal Ventura. Ketiga pilar ini tidak bisa terlepas dalam membangun ekosistem sesukses Silicon Valley di AS. Selain itu, konsep aglomerasi industri Teknologi Informasi melalui bukit algoritma ini layaknya didukung melalui regulasi pemerintah dalam rangka menarik investasi sektor industri 4.0.

Sebagai seorang praktisi bidang Teknologi Informasi, kabar pembangunan kawasan ini tentu menjadi hal positif yang dapat mendukung kemajuan ekonomi digital Nasional. Oleh karena itu, keseriusan dalam meningkatkan pendidikan dan penciptaan pusat riset dan pengembangan industry 4.0 menjadi faktor kunci. Selain meningkatkan peran melalui pembangunan SDM berbasis IPTEK, wacana Bukit Algoritma ini dapat meningkatkan sektor pariwisata dan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan bagi kawasan.

Hingga artikel ini saya tulis, semua hal barulah wacana gambaran besar Bukit Algoritma. Masih diperlukan konsep dan riset yang lebih matang untuk mengatasi berbagai kendala dan persoalan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan cita-cita besar sebagai pusat riset dan industri 4.0 yang bisa menjadi kebanggaan kita sebagai bangsa. Harapan saya, konsep bagus ini semoga bukan sekadar Gimmick atau cerita indah di kertas tapi latah dalam implementasi karena dangkalnya konsep pembangunan ekosistem digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *