Lombok Timur – Perubahan iklim semakin dirasakan dampaknya terutama sektor pertanian. Di mana subsektor tanaman pangan yang paling rentan terhadap perubahan pola curah hujan. Karena tanaman pangan umumnya merupakan tanaman semusim yang relatif sensitif terhadap kelebihan dan kekurangan air, sehingga menyebabkan gagal panen.
Antisipasi dampak dari perubahan iklim tersebut, KONSEPSI NTB bermitra dengan PATTIRO melalui Program Voice for Inclusiveness Climate Resilience Actions (VICRA) melaksanakan Diskusi Terfokus Tingkat Komunitas terkait Analisa Kerentanan Dan Kapasitas Partisipatif Perubahan Iklim di Kabupaten Lombok Timur.
Dalam sambutannya, Direktur KONSEPSI NTB, Dr. Moh. Taqiuddin menyampaikan kegiatan tersebut didukung oleh Pemerintah Belanda dalam rangka membuka ruang partisipasi bagi petani rentan terhadap perubahan iklim.
“Kegiatan ini merupakan program yang didukung oleh Pemerintah Belanda melalui Kementerian Luar Negeri Belanda yang bertujuan untuk menciptakan ruang masyarakat bagi petani yang rentan dan memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dan mengadvokasi posisi mereka dalam aksi ketahanan iklim. Dan merupakan program kerjasama dengan 9 wilayah di Indonesia, salah satunya adalah di Kabupaten Lombok Timur,” tetangnya pada Sabtu (12/3).
Dalam diskusi ini sekaligus untuk mengumpulkan data serta informasi masyarakat terkait dampak perubahan iklim. Terutama dampaknya bagi perempuan dan kelompok rentan di Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur dengan Analisis Kerentanan dan Kapasitas Partisipatif Perubahan Iklim di Komunitas Petani Tadah Hujan melalui uji panduan Identifikasi ancaman/bahaya, penyusunan matriks ancaman/bahaya mencakup kemungkinan yang terjadi dan konsekuensi yang ditimbulkan serta analisis bahaya, kerentanan, kapasitas dan risiko perubahan iklim.
Sementara itu, Program Manager, Eva Sujiati, mengungkapkan perlunya memberikan ruang partisipasi bagi komunitas petani agar kebutuhannya bisa diakomodir.
“Komunitas ini perlu diberikan ruang partisipasi agar kebutuhan dan kepentingannya dapat diakomodir dan daya tawar dalam memberikan masukan terhadap KPBI untuk periode 2020-2045,” ungkapnya.
Harapannya, melalui kegiatan ini ada model percontohan analisis kerentanan terkait bencana perubahan iklim terhadap masyarakat di Kabupaten Lombok Timur. Dengan tersusunnya hasil analisis berupa data kerentanan, risiko dan dampak tersebut maka dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah Lombok Timur untuk melakukan antisipasi dan upaya adaptasi dalam perubahan iklim sebagai upaya menjaga ketahanan pangan masyarakat akibat perubahan iklim. Juga komunitas petani perlu menjadi aktor utama dalam Aksi penerapan Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim (KPBI) di sektor pertanian. (*)