Umum  

Rachmat Hidayat Kembali Berbagi di Bulan Suci, Bantu Kursi Roda Elektrik untuk Pensiunan PNS Difabel di Lombok Timur

Lombok Timur – Memasuki sepuluh hari kedua Bulan Suci Ramadan, Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan, H Rachmat Hidayat, kembali melakukan aksi berbagi. Politisi kharismatik Bumi Gora ini kemarin (2/4) menyalurkan bantuan kursi roda elektrik untuk pensiunan abdi negara yang kini tinggal di Lombok Timur.

Rachmat menyambangi Dusun Mekar Baru di Desa Sikur, Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Di sana, Anggota Komisi VIII DPR RI tersebut membesuk Budi Cahyono, pensiunan auditor di Inspektorat Kota Mataram, yang kini tidak bisa berjalan lagi.

Rachmat membawa bantuan kursi roda elektrik untuk aparatur sipil negara yang purna tugas tahun 2017 tersebut, dan menyerahkannya langsung kepada salah satu tokoh yang sangat dihormati oleh masyarakat Desa Sikur itu.

“Bantuan kursi roda ini adalah murni aksi kemanusiaan. Tidak ada kaitannya sama sekali dengan politik. Hanya dengan keikhlasan dan tanpa mengharapkan pamrih apapun, aksi kemanusiaan ini akan menjadi bermakna untuk kita semua,” imbuh politisi lintas zaman ini.

Rachmat segera menghubungi Kementerian Sosial dan meminta dikirimkan kursi roda elektrik sebagai bagian dari program aspirasinya sebagai Anggota Komisi VIII DPR RI. Hal itu dilakukan manakala dirinya mendapat informasi tentang kondisi kesehatan Budi Cahyono. Tidak butuh waktu lama, kursi roda elektrik ini disiapkan dan dikirim Kemensos ke Mataram.

“Menjadi rasa syukur tentu bagi kita semua manakala dengan kehadiran kursi roda elektrik ini, Dik Budi Cahyono kini bisa lebih mandiri dalam beraktivitas, lebih-lebih dalam beribadah,” ujar Rachmat.

Dia menegaskan, jika pun dirinya begitu responsif membantu kursi roda elektrik saat menerima kabar kondisi Budi Cahyono, hal itu kata Rachmat adalah wujud penghormatan atas seluruh dedikasi, jasa, dan pengabdian yang diberikan untuk pembangunan daerah.

“Bantuan ini tak akan pernah sebanding dengan dedikasi dan pengabdian yang sudah beliau berikan untuk daerahnya,” ucap Rachmat.

Kerabat Budi Cahyono menyongsong kedatangan Ketua DPD PDI Perjuangan NTB ini dengan suka cita. Di antara keluarga yang menyambut antara lain ada H Murjoko dan Prof Yusuf Akhyar Sutaryono, Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Ada pula istri Budi Cahyono, Sri Ningsun beserta anak-anaknya.

Budi Cahyono sendiri merupakan Aparatur Sipil Negara yang berasal dari kaum difabel. Semenjak usia dua tahun, pria kelahiran 1957 tersebut telah menderita polio. Kaki kirinya tidak bisa berjalan. Sehingga dalam beraktivitas sehari-hari, termasuk selama berdinas sebagai pegawai negeri selama 34 tahun, Budi Cahyono harus menggunakan tongkat.

Kekurangan yang dideritanya tersebut, tak menjadi penghalang Budi Cahyono untuk berdikari. Rachmat yang mengenal Budi Cahyono semenjak kecil tahu persis, bagaimana gigihnya Budi Cahyono menempuh pendidikan. Tak sekalipun Budi Cahyono minder dengan kondisi fisiknya yang kekurangan.

Budi Cahyono juga tak pernah mengeluh. Dia begitu ikhlas menerima kondisinya tersebut. Sehingga sehari-hari, Rachmat mendapati bahwa yang ada pada diri Budi Cahyono adalah semangat yang bahkan melebihi mereka yang memiliki fisik normal. Sehingga, Budi Cahyono pun mampu menempuh pendidikannya dengan nilai membanggakan hingga menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Mataram.

Selepas menamatkan studinya di perguruan tinggi negeri terbesar di NTB tersebut, Budi Cahyono kemudian berkarir di pemerintahan. Pengangkatannya sebagai PNS diawali dengan penempatan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Seiring dengan berlakunya Otonomi Daerah, Budi Cahyono kemudian berpindah status kepegawaian dari pegawai pusat menjadi pegawai daerah dengan penempatan di Inspektorat Kota Mataram.

Selama 34 tahun berdinas, Budi Cahyono purna tugas tahun 2017 sebagai auditor dalam usia 60 tahun. Seiring usia, pria yang aktif berkecimpung pada organisasi Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia tersebut enam bulan lalu diserang stroke. Hal yang akhirnya membuatnya tidak bisa berjalan.

Rona kebahagiaan terpancar sangat jelas dari raut wajah Budi Cahyono, yang turut menyongsong kedatangan Rachmat dari teras rumahnya. Rachmat kemudian menghampiri dan menyalami Budi Cahyono dengan hangat. Keduanya lalu larut dalam obrolan tentang kenangan-kenangan indah di masa lalu, yang menyiratkan betapa eratnya hubungan persahabatan di antara mereka.

Rachmat lalu menyilakan tim dari Sentra Paramita Mataram, unit kerja milik Kementerian Sosial di NTB, membawa masuk kursi roda elektrik untuk Budi Cahyono. Kustadi, perwakilan Tim Sentra Paramita Mataram kemudian menjelaskan bagaimana kursi roda elektrik tersebut dioperasikan. Tubuh Budi Cahyono pun diangkat dan didudukkan di atas kursi roda elektrik yang harganya mencapai Rp 27 juta tiap unitnya tersebut.

Budi Cahyono kemudian mempraktikkan langsung pengoperasiannya. Hanya butuh sebentar baginya untuk kemudian mengakrabi berbagai fitur canggih yang memudahkan pengguna mengoperasikan secara mandiri kursi roda tersebut. Budi Cahyono pun kini leluasa keluar masuk rumah hingga ke kamar, tanpa harus mendapat bantuan dari orang lain.

Karena itu, mendapat bantuan kursi roda elektrik dari Rachmat tersebut, membuatnya begitu bersyukur. Budi Cahyono yang sebelumnya menggunakan kursi roda manual, kini bahkan sudah menyiapkan berbagai rencana. Kursi roda elektrik itu akan mengantarnya untuk menunaikan ibadah salat berjamaah lima waktu, salat Jumat, dan juga salat tarawih selama bulan Ramadan di masjid yang berjarak 300 meter dari rumahnya.

Sementara itu, mewakili keluarga, Prof Yusuf Akhyar Sutaryono, menyampaikan ucapan terima kasih dan memberi apresiasi atas perhatian yang sudah diberikan Rachmat kepada saudara sepupunya Budi Cahyono.

“Kami sungguh terharu. Beliau Pak Rachmat, tidak pernah lupa pada kami dan keluarga. Kursi roda elektrik ini akan sangat membantu sekali bagi saudara kami,” ucap Guru Besar Unram Bidang Nutrisi dan Makanan Ternak ini.

Prof Oyon, begitu dirinya karib disapa, mengungkapkan bahwa Budi Cahyono adalah penyandang disabilitas yang sangat mandiri. Dia menceritakan, bagaimana sewaktu mereka masih kanak-kanak, dengan kondisi fisik yang terbatas, Budi Cahyono pun tetap bisa ikut bermain bola bersama teman-teman sebaya mereka. Posisinya sebagai penjaga gawang.

“Doa kami dan seluruh keluarga agar Allah memberi balasan terbaik untuk seluruh perhatian dan bantuan yang telah diberikan Pak Rachmat kepada kami dan seluruh masyarakat NTB,” kata Prof Oyon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *