Lombok Timur – Dunia perfilman Kabupaten Lombok Timur kembali masuk dalam kancah Nasional. Setelah kemarin film yang berjudul Wet Qu dari SMA Yadinu Masbagik mendapat 6 nominasi di ajang Amikom Video Competition 2021 tingkat Nasional, kali ini Film yang berjudul “Peram Galeng” dari SMK Islam Al-Lathifiyah Tinggar yang berhasil masuk nominasi di Festival Film Budaya Nusantara (FFBN) 2021 yang diadakan di Bandung.
Festival yang diadakan setahun sekali oleh Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ini diikuti oleh 250 karya dari seluruh Indonesia.
Skenario film tersebut ditulis oleh Winda Hermawati dan Lalu Muhammad Watoni atau yang akrab disebut Cecep. Cecep menjelaskan bahwa Film Peram Galeng sendiri menceritakan tentang Udin si pemuda desa yang berusaha menaklukkan hati seorang perempuan cantik penjual pupuk dan obat herbal bernama Sulami. Dengan teknik rayuan mautnya, Sulami pun akhirnya mulai nyaman dan mau bertemu dengannya. Namun, Udin mulai stress ketika hari pertemuan akan tiba, Udin terkena penyakit Peram Galeng.
Film Peram Galeng menggunakan Bahasa Sasak di Daerah Sikur Semaya. Genre Drama Komedi Romantis ini dikemas ringan agar bisa masuk di semua kalangan.
Di samping mengenalkan mitos yang ada di Lombok, film ini juga menggambarkan potret emosional perempuan yang masih labil. Bagaimana ia dalam waktu singkat, cepat percaya dan terpengaruh dengan rayuan laki-laki tanpa harus kenal lebih jauh dengan sosok pria tersebut.
“Harapannya film ini bisa mengedukasi khususnya siswi, sehingga minimal bisa menekan pernikahan di usia dini, mengingat masih tingginya pernikahan di usia dini,” ungkap Cecep.
Cecep menerangkan pesan dari film tersebut adalah “Apapun itu, apabila dilakukan dengan niat yang buruk, maka akan menghasilkan yang buruk pula.
Peram Galeng itu sendiri merupakan nama penyakit bagian leher secara medis biasa disebut nyeri leher. Masyarakat Lombok mempercayai cara penyembuhan penyakit ini dengan cara menjemur bantal yang dipakai tidur kemudian dipukul 9 kali di bagian leher yang sakit.
“Film Peram Galeng sendiri masih dalam tahap penjurian dan semoga bisa membawa harum NTB dalam dunia perfilman di kancah Nasional. “Kita mohon do’a dan dukungan dari seluruh masyarakat,” harap Cecep.
Film Peram Galeng saat ini sedang diputar dalam program Filmmaker goes to school dengan schedule sementara masih di wilayah Lombok Timur.
Cecep juga menjelaskan bahwa film tersebut diproduksi oleh Anggrek Multimedia dalam program yang sering dilaksanakan yaitu Filmmaker Goes to School. Program Filmmaker Goes to School sendiri program yang berorientasi pada bagaimana tentang cara pembuatan film, pelatihan dan pemutaran film.
Film-film yang diproduksi oleh Anggrek Multimedia dalam program Filmmaker Goes to School antara lain Wet Qu dari SMA Yadinu Masbagik, Songket Jingga dari Madrasah Aliyah NW Gayut, Tongkek dari SMKN 1 Kotaraja, Helaian Emas di Jurit dari SMK Ondak Jaya, dan Peram Galeng dari SMK Islam Al Lathifiyah Tinggar.
Selain itu Cecep juga berharap bakat serta potensi yang dimiliki para sineas muda Lombok khususnya Lombok Timur tidak kalah dengan para Sineas Nasional. Sehingga perlu kiranya mendapatkan perhatian serta dukungan penuh dari pemerintah setempat.
“Karena menurut kami, di zaman sekarang ini, perfilman merupakan wadah yang pas untuk bisa memperkenalkan nama daerah serta keberagaman budaya, adat istiadat yang kita miliki supaya bisa dikenal luas hingga Nasional bahkan Internasional,” terangnya.
Cecep juga berharap semua usaha dan prestasi yang sudah diraih bisa menjadi kebanggan masyarakat Lombok Timur khususnya. “Semoga usaha serta prestasi yang kami dapatkan saat ini bisa menjadi sebuah kebanggaan kita bersama,” pungkasnya. (Ozie)