Lombok Timur – Maju mundurnya dunia pariwisata tidak lepas dari seorang Tour Guide (baca: Pemandu Wisata). Tour Guide berperan aktif ikut mempromosikan pariwisata Lombok Timur. Dari sekian banyak Tour Guide yang ada, di antaranya ada yang sudah lama bergelut di bidangnya, dan ada pula yang hitungannya masih junior.
Maad Adnan Usman atau akrab disapa Uncle Kus adalah salah satu pelaku yang sudah puluhan tahun bergerak di pariwisata. Kawan-kawannya pelaku wisata Lotim menyebutnya legend. Uncle Kus, mulai terjun “nyambi” sebagai guide dan penjual asongan handicraft Loyok dan kain tenun Pringgasela di Senggigi pada tahun 1990 sambil kuliah. Di kampus negeri ini Uncle Kus terdaftar di Program Studi Bahasa Inggris Diploma lll FKIP Universitas Mataram.
“Sejak SMA Kelas 3 sudah mulai bisa Speak English,” ungkap Uncle Kus. “Kebetulan di kelas saya ada 1 orang guru dan 1 orang murid dari Australia,” terangnya kepada media ini via telepon di sela-sela kesibukannya, Minggu (4/7).
Setelah lulus kuliah pada tahun 1992, Uncle Kus pulang kampung dan mulai aktif membangun pariwisata bersama kawan-kawan di Tetebatu.
Pada Tahun 1995, Ia berangkat ke Jerman. Waktu itu Ia diundang khusus untuk melihat langsung kehidupan sehari-hari masyarakat Jerman. “Jadi bisa melihat bagaimana kesibukan mereka bekerja dan memanfaatkan waktu dengan tepat, terjadwal dan terencana. Sesuatu yang harus ditiru,” tuturnya.
Uncle Kus menambahkan, masyarakat jerman sangat disiplin dengan waktu, patuh, dan taat aturan pemerintahnya. Mereka mencintai kebersihan dan keindahan.
Kemudian balik lagi ke Senggigi pada bulan Agustus 1995 dan bekerja di Lombok Pub sampai akhir tahun 1996. Tahun 1997, Uncle Kus menginvestasikan sedikit rezeki untuk beli tanah dan tahun 1998 membangun Bungalow.
Di rumah orang tuanya sudah ada Warung Tongkrongan tempat makan dan ngopi satu-satunya di Tetebatu, Warung Ma’ Sari namanya. Setelah ibu wafat warung Ma’ Sari ganti nama dengan nama baru Bale-Bale Cafe.
Pada tahun 1992-1993, Uncle Kus mulai buka Day Tour ke Sapit. Ia memperkenalkan Sapit kepada wisatawan. Waktu itu Sembalun belum bisa tembus menggunakan motor apalagi mobil. Ketika jalan ke Sembalun dari Pesugulan baru mulai dikerjakan Sapit makin terkenal.
Sementara itu, Tete Batu makin ramai dengan Air Terjun Jeruk Manis dan Black Monkeynya. Sejumlah Travel Agent besar yang ada di Senggigi dan Mataram mulai membanjiri Tetebatu. Tamu-tamu group dengan Bus Travel mewah hampir tiap hari masuk.
Pada waktu itu, magnet utamanya adalah Air Terjun dan Black Monkeynya. Kemudian ditunjang lagi dengan Loyok Bamboo Handicraft dan Sarung Hand Weavingnya Pringgasela. “Boleh dibilang tahun ini semua panen dollar, semua bisa jadi uang,” katanya.
Makin ramai, makin banyak ide untuk membuat tamu betah. Di sana-sini ada happy hours, Born fire, Party, aksi Acoustic, dan begambrah sudah terjadwal dengan baik. “Salah satu artis saat itu namanya Uncle Kus,” ungkapnya dengan penuh bangga dan tersenyum lebar.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada tahun 1994-1995 Pondok Bulan dan Cendrawasih berdiri, kemudian ada Onong Garden, dan Kunang-kunang makin mewarnai wajah pariwisata Tetebatu. Demikian tutur Uncle Kus sambil menerawang saat masa keemasan Tetebatu.
Banyak dari pengusaha itu yang bukan orang asli Tetebatu. Ada yang berasal dari Mataram, Kopang, Tanjung, Jakarta, dan Sumatera Barat dan ada yang datang dari Aceh. Mereka awalnya datang ke Tetebatu jalan-jalan liburan, lama-lama betah dan memutuskan untuk membuka Bisnis di Tetebatu. “Kita sudah seperti saudara sampai akhirnya bikin Band bareng pada tahun 1997. Home Band Cafe pertama di Lombok Timur, Tetebatu Cafe,” tutupnya. (Asbar)