Lombok Timur – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Indonesia Homestay Association (IHSA) Alvy Pongoh mengatakan sangat mendukung dan menyambut baik terkait keberadaan IHSA di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Saya sebagai Ketua Umum DPP IHSA, sangat menyambut baik keberadaan IHSA di NTB, khususnya yang ada di wilayah kabupaten kota yang ada di Pulau Lombok ini, untuk menjadi garda terdepan dalam pembangunan pariwisata NTB ini,” jelasnya kepada media ini saat ditemui di Link Homestay, Desa Kembang Kuning, Minggu (24/7).
Dijelaskan Alvy, Indonesia Homestay Association (IHSA) merupakan organisasi kepariwisataan yang lahir pada 20 Februari 2022. Secara resmi dideklarasikan pada 23 Maret 2022 dan dihadiri secara virtual oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno.
“Karena beliau sangat mendukung kehadiran IHSA ini, sebagai mitra kerja pemerintah, dalam hal ini, Kemenparekraf, di dalam pengembangan pertumbuhan Desa-desa wisata di seluruh Indonesia,” terangnya.
Sebagai contoh, Alvy menjelaskan, pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) di mana dari tujuh komponen penilaian pada ajang ADWI tersebut, salah satunya harus adanya homestay.
“Sehingga keberadaan IHSA sangat diperlukan terkait adanya program Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI yang sering disampaikan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah tingkat Provinsi dan Kabupaten Kota,” terangnya.
Karena itu, Dia berharap kepada seluruh pengelola dan pegiat homestay di seluruh Indonesia, khususnya Lombok, NTB, untuk bergabung bersama IHSA untuk sama-sama memajukan dan mengembangkan pariwisata daerah melalui homestay.
Dikatakan mantan pegawai penerbangan tersebut, saat ini ada tiga program utama DPP IHSA yang disebut dengan 3 D. Di mana, D yang pertama adalah Data Based yaitu mengumpulkan data mengenai homestay, baik pelaku usaha, pengelola ataupun pegiat, jumlah dan kualitasnya.
“Sehingga kita mengetahui apa kebutuhan, masalah dan apa yang terjadi dengan homestay ini di seluruh Indonesia,” pungkasnya.
Sementara itu, D yang kedua adalah digitalisasi. Kata Alvy, untuk memajukan Desa Wisata, khususnya homestay, perlu dilakukan digitalisasi terhadap homestay-homestay yang ada di seluruh Indonesia.
“Jadi, kalau homestay ini sudah terdigitalisasi, ada dalam aplikasi, pemasaran dan penjualannya, baik untuk wisatawan mancanegara maupun nusantara, ini dengan gampang, dengan mudah hanya lewat smartphone saja. Bisa dilakukan pemesanan terhadap homestay di seluruh Indonesia,” lanjutnya.
Sedangkan D yang ketiga, kata Dia adalah Desa Wisata. Di mana DPP IHSA termasuk DPD dan DPC akan fokus pada pembangunan pengembangan homestay yang ada di Desa Wisata.
“Karena syarat desa wisata harus ada homestay dan homestaynya harus menjadi yang terbaik, sehingga wisatawan nusantara maupun mancanegara ini akan lebih senang, akan lebih happy tinggal di homestay,” bebernya.
Selain itu, salah satu kampanye yang terus dilakukan DPP IHSA adalah “living with local, stay at homestay”. Artinya, para tamu, para wisatawan itu diusahakan bisa tinggal atau menginap di homestay.
“Sehingga, terjadi pertukaran, interaksi yang berbeda antara penduduk lokal dengan para tamu yang datang dari luar wilayah desa tersebut,” harapnya.
Alvy mengatakan NTB adalah salah satu dari lima destinasi super prioritas yaitu Mandalika, sehingga ini menjadi magnet untuk membuat daerah-daerah lain di NTB ikut maju dan berkembang di sektor Pariwisata.
“Dengan kebangkitan Pariwisata, kita akan mencapai kebangkitam ekonomi dan mensejahterakan masyarakat khusunya di daerah pedesaan desa-desa wisata.” tutupnya. (wan)